Quo Vadis Industri Pupuk Indonesia?

Like

Solusi dasar adalah penggunaan pupuk berimbang atau sesuai dosis yang dianjurkan. Penggunaan pupuk organik di awal dan pupuk kimia sebagai tambahan. Lalu rotasi tanaman dan sesekali mengistirahatkan lahan. Selain itu juga ada upaya penetralan pH tanah dengan pupuk yang lebih basa.

Jadi, tentu tidak bisa dibenarkan sepenuhnya klaim bahwa penggunaan pupuk memiliki dampak yang lebih besar dari pada keuntungan yang diperoleh. Karena selain pupuk, keberadaan industri pupuk juga berdampak pada Indonesia.

Lebih lanjut, mari kita lihat bersama kontribusi industri pupuk Indonesia berdasar dari sumber pupuk-indonesia.com: 

Secara nasional, industri pupuk di Indonesia berada dibawah naungan PT Pupuk Indonesia (Persero) sejak tahun 2012. Pupuk Indonesia memiliki anak perusahaan antara lain: PT Pupuk Kaltim, PT Petrokimia Gresik, PT Pupuk Kujang, PT Pupuk Iskandar Muda, PT Pupuk Sriwidjaja Palembang, PT Mega Eltra, PT Rekayasa Industri, PT Pupuk Indonesia Logistik, PT Pupuk Indonesia Utilitas dan PT Pupuk Indonesia Pangan.

Industri pupuk Indonesia adalah salah satu produsen pupuk terbesar di Asia. Kapasitas produksi per tahun meliputi 9.362.500 juta ton untuk pupuk jenis urea, 3.380.000 juta ton untuk NPK, 500.000 juta ton SP 36, 750.000 juta ton untuk jenis pupuk ZA, dan 20.000 juta ton untuk jenis pupuk ZK. Baik pupuk subsidi pemerintah maupun non subsidi.


Produk lain seperti amoniak, yaitu bahan dasar pupuk kimia dengan kemurnian 99,5% juga dipasarkan untuk pasar dalam negeri dan ekspor.

Sebagai upaya nyata dalam kontribusi menjaga ekosistem lingkungan, Pupuk Indonesia Group juga mengeluarkan produk pupuk organik. Misalnya seperti produk yang dikeluarkan oleh anak perusahaan PT Pupuk Kaltim yaitu Ecofert, Biotara, Fumyza, Humactive dan Biodekomposer Biodex (pupukkaltim.com).
 

Dari sana diketahui orientasi industri pupuk hari ini bukan hanya penyediaan dan penjualan kimia, namun sudah sampai jauh yaitu bahan dasar pupuk sampai pupuk organik.

Pupuk Indonesia juga berkomitmen dalam kegiatan operasional dan rantai pasok, serta menjalankan program keberlanjutan dan ekonomi sirkular. Salah satu upaya nyata dalam memperpendek rantai pasok dan mendekatkan pupuk dengan petani adalah pembangunan pabrik baru di Indonesia Timur. Tepatnya di Kabupaten Fak-Fak, Papua Barat (kompas.id, 29/22/2023).

Hadirnya pabrik pupuk di Indonesia Timur bukan semata penyediaan pupuk saja. Lebih dari itu. Ini sebagai bukti pengejawantahan pembangunan Indonesia yang merata. Meliputi penggunaan dan penyerapan tenaga kerja lokal, pemanfaatan sumber daya lokal dan pemerataan ekonomi berkesinambungan.

Sebagai perusahaan kebanggan anak bangsa, Pupuk Indonesia juga melakukan berbagai program yang langsung menyentuh akar rumput. Misalnya program MAKMUR (Mari Kita Majukan Usaha Rakyat). Yakni program pendampingan lengkap kepada petani dari masa tanam (on-farm) hingga pasca panen (off-farm).

Pupuk Indonesia juga berkontribusi nyata dalam menyambut bonus demografi dimana 85% talenta di Pupuk Indonesia Group adalah milenial. Juga tanggung jawab sosial di bidang lingkungan dan sosial yang memberikan manfaat langsung pada masyarakat melalui berbagai upaya dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan. Mulai dari pemberian beasiswa, pelatihan tenaga kerja terampil, pemberdayaan program ramah perempuan, konservasi lingkungan, pengelolaan sampah, pemberdayaan UMKM sampai pelatihan dan penangan bencana.

Harapan besar, pupuk semakin dekat dengan petani dengan harga yang selalu sesuai dengan daya beli petani. Sebuah konsep dasar pula, jika produksi pertanian optimal tentu ekonomi akan meningkat dan daya beli masyarakat membaik, dibarengi peningkatan pendapatan petani. Agar nilai tukar petani tinggi.  

Jadi, kemana arah industri pupuk Indonesia? Jawabannya adalah penyediaan input produksi pertanian yang berkualitas dengan memperhatikan lingkungan, dekat dengan petani dan mampu berkontribusi pada ekonomi nasional serta berdampak nyata pada masyarakat luas.