Dua Sejoli: Pupuk dan Petani

Ilustrasi hasil kebun (Sumber: www.freepik.com)

Ilustrasi hasil kebun (Sumber: www.freepik.com)

Like

Seru dan menyenangkan! Itu kesan dan perasaan saya selama saya tinggal satu minggu di sebuah dusun. Saya bersama teman-teman sekolah lainnya, mencoba beradaptasi dan berbaur di masyarakat setempat.

Penasaran dengan dusun yang saya maksud?

Nama dusunnya adalah Pandean Lor. Dusun tersebut merupakan salah satu dusun yang terletak di desa Pandean, yang berada di kecamatan Ngablak, kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Adapun mata pencaharian masyarakat setempat didominasi oleh pertanian dan peternakan.

Nah, kalau berbicara tentang tujuan kehadiran kami di dusun tersebut adalah untuk mengikuti rangkaian kegiatan “Live-In” yang diselenggarakan oleh sekolah kami, khususnya untuk siswa kelas 12 SMA.

Harapan sekolah, melalui kegiatan Live-In tersebut, kami bisa belajar banyak hal tentang kehidupan dan pengalaman di dusun, yang berbeda dengan dengan kehidupan kami selama ini di perkotaan.


Selain itu, diharapkan juga agar kami dapat belajar mandiri saat jauh dari keluarga, belajar hidup sederhana, membentuk kepekaan sosial, mengembangkan kebiasaan berbagi dengan orang lain, dan masih banyak lagi.

Selama di dusun tersebut, para siswa pun tinggal di rumah warga. Setiap rumah yang telah ditentukan sebelumnya akan menampung dua orang siswa. Pemilik rumah tersebut pun akan menjadi orang tua angkat kami selama tinggal di dusun tersebut.

Mereka akan membimbing dan mengajari kami akan berbagai hal, mulai dari kehidupan di desa, kegiatan sehari-hari, dan masyarakat setempat.

Saya pun tidak terkecuali, kami mendapatkan orang tua angkat. Kami memanggilnya Pak Naryo dan Bu Sri, sepasang petani yang menanam kubis dengan penuh dedikasi.

Pak Naryo dan Bu Srip bercerita bahwa sebagian besar warga di dusun tersebut bekerja sebagai petani, yang menanam berbagai macam buah dan sayur. Kenapa petani? Karena mereka mewarisi tanah dari leluhur, lahan yang bukan sembarang ladang, tetapi juga warisan budaya yang melekat kuat dengan keluarga mereka selama kehidupan mereka bertahun-tahun di Pandean Lor.

Suatu hari, kami diajak mendaki ke kebun di gunung. Di sana, kami membantu memetik sayur-sayuran yang sudah rusak atau layu, sambil Pak Naryo menyemprotkan pestisida pada tanaman.

Sambil beristirahat, Pak Naryo dan Bu Sri berbagi cerita tentang suka-duka menjadi petani. Mereka harus sabar menunggu panen, kadang harus sampai satu hingga dua bulan.

Sayangnya, hasil dari kerja keras mereka tidak selalu sesuai harapan. Terkadang, sayur yang mereka tanam bisa busuk, layu, menerima terlalu banyak asupan air dikarenakan curah hujan tinggi, atau mendapat sinar matahari yang sedikit di wilayah pegunungan. Hal ini merupakan kesulitan bagi kedua orang tua angkat kami.

Baca Juga: Bulir-Bulir Harapan Anak Bergizi Melalui Beras Hitam Biofortifikasi

Dan ketika hal buruk seperti ini terjadi, tidak ada yang dapat Pak Naryo dan Bu Sri lakukan selain menerima kerugian tersebut dengan lapang dada. Menjadikan pengalaman pahit tersebut sebagai pembelajaran untuk lebih berhati-hati saat bertani di masa depan. Pengalaman tersebut menyadarkan saya betapa beratnya tugas seorang petani.

Memang tidak bisa dipungkiri, bahwa banyak faktor yang berpengaruh dalam keberhasilan penanaman dan pemanenan buah serta sayur. Namun, salah satu faktor krusial yang harus kita perhatikan adalah jenis pupuk yang digunakan.

Pupuk yang tidak baik akan menghambat pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Sementara itu, pupuk berkualitas akan mendorong pertumbuhan tananman memperkuatnya terhadap kondisi lingkungan buruk yang ada.

Karena itu, pupuk berkualitas akan memberi manfaat yang positif bagi sektor pertanuan di Indonesia. Sehingga, pupuk berkualitas harus tersedia secara memadai bagi seluruh petani di Indonesia.

Selain itu, harga pupuk yang terjangkau juga membantu sektor pertanian Indonesia, agar produksi buah dan sayur dapat dilakukan secara efisien. Sehingga tidak akan terjadi kelangkaan komoditas bahan pangan.

Untungnya di tengah permintaan pupuk yang berkualitas antar kalangan petani, ada pihak yang hadir membawa harapan. Mereka adalah Pupuk Kaltim. Mungkin dari kita baru pertama kali mendengar nama tersebut, jadi kurang paham dengan lembaga tersebut dan peran yang mereka mainkan dalam lanskap pertanian Indonesia.