5 Cara Menentukan Pembagian Aset dalam Perjanjian Pra Nikah

5 Cara Menyinggung dan Memperjelas Aset ketika membangun Keluarga. Sumber Gambar Adobe Express

5 Cara Menyinggung dan Memperjelas Aset ketika membangun Keluarga. Sumber Gambar Adobe Express

Menyinggung aset sebelum pernikahan mungkin bisa lancar, mungkin bisa juga tidak. Apalagi kalau harus buat perjanjian di awal. Mungkin kalau di kota besar hal itu sudah biasa. Namun jika hidup di desa, mungkin itu belum terbiasa, bahkan mungkin canggung menyinggung aset.
 
Meski demikian, sebenarnya harta, aset, uang, itu penting, untuk menjaga kelangsungan pernikahan. Jadi mau tidak mau harus disinggung dan diperjelas aturannya. 
 
Lalu bagaimana caranya? Yuk yang punya pengalaman bisa berbagi di kolom komentar. Namun, berikut adalah 5 Cara Menyinggung dan Memperjelas aturan Aset ketika membangun Keluarga 

 

5 Cara Menentukan Pembagian Aset dalam Perjanjian Pra Nikah

Berikut adalah 5 cara menentukan pembagian aset dalam perjanjian pra nikah yang bisa kamu lakukan: 
 

1. Pahami Aturan Umum

Langkah pertama ketika akan menyinggung dan memperjelas aturan aset bagi penulis adalah berpedoman pada aturan umum.
 
Ada banyak aturan umum mengenai pembagian aset yang bisa digunakan oleh Be-emers. Namun bagi penulis, penulis menggunakan hukum pembagian harta waris secara Islam.
 
Jadi asal calon pasangan sudah mengerti, dan lebih baik lagi kalau paham, ada hukum waris di Islam, itu sudah cukup.
 

2. Pilih Pasangan yang Satu Visi dan Misi dalam Hal Keuangan

Satu visi dan misi dalam hal keuangan terutama ya Be-emers. Pun tidak ada kriteria khusus untuk ini. Tetapi kalau di agama Islam, Be-emers bisa berpedoman pada agamanya. Jika agamanya baik, maka menurut Islam, ada harapan orang tersebut pun juga baik secara keseluruhan.
 
Dalam hal keuangan misalnya. Kalau dari awal perilaku pasangan tersebut sudah tidak satu visi dan misi, maka jangan segan untuk tinggalkan pasangan tersebut. 
 
Bagi cowok, perilaku tidak satu visi dan misi dalam hal keuangan dapat dicontohkan tidak mau gantian traktir, tidak terbuka masalah keuangan keluarga, tidak ada pandangan membangun ekonomi setelah berkeluarga, atau kalau ditanya habis nikah mau ngapain dia baru berpikir dan masih bingung, dan sebagainya.

Lebih baik Be-emers pertimbangkan lagi untuk melanjutkan hubungan dengan cowok tersebut.
 
Bagi cewek misalnya, seperti di novel-novel atau drama, yaitu jika cewek tersebut hanya bisa meminta dan meminta tanpa bisa berhemat, semua keinginan (keinginan ya, bukan kebutuhan) harus dipenuhi, tidak bisa mengatur prioritas, tidak bisa mengatur keuangan, dan lain-lain.

Maka Be-emers juga bisa pertimbangkan lagi untuk melanjutkan hubungan dengan cewek tersebut.
 
Benar, pasangan bisa dididik, bisa dilatih, mungkin bisa diajak diskusi. Dan itu masing-masing Be-emers yang bisa menilainya. 
 
Tapi kalau kata ustadz Felix Siauw di akun YouTube-nya @FelixSiauw1453, menyatakan bahwa kita ingin, memiliki pasangan yang satu visi dan misi, atau minimal mendekati, agar kita tidak habis waktunya untuk mengedukasi dia.