Berlomba Garap Gasifikasi, Emiten Batu Bara Akan Cuan?

Coal - Canva

Coal - Canva

Like

Indonesia memang kaya akan sumber daya alamnya. Salah satu sumber daya alam yang potensial yakni batu bara.

Dengan cadangan sumber daya batu bara hingga 147,6 miliar ton dari berbagai provinsi, batu bara juga jadi salah satu komoditas yang cukup diandalkan untuk kebutuhan energi dalam negeri.

Diketahui, saat ini terdapat proyek gasifikasi batu bara nih, Be-emers. Buat kamu yang belum tahu, dilansir dari laman Kementerian ESDM, gasifikasi merupakan sebuah proses konversi batu bara menjadi produk gas yang nantinya bisa digunakan sebagai bahan bakar hingga bahan baku kimia.

Hal itu tentunya juga jadi peluang baru nih buat para emiten tambang batu bara. Bahkan, para emiten batu bara tersebut melirik proyek gasifikasi sebagai salah satu bentuk strategi ekspansi di sisi hilir.

Diketahui dari data Kementerian ESDM, saat ini setidaknya sudah ada empat proyek gasifikasi batu bara yang bakal dikembangkan oleh para emiten, antara lain:
  • PT Kaltim Prima Coal dan PT Arutmin Indonesia yang merupakan dua anak usaha PT Bumi Resources Tbk. (BUMI),
  • PT Bukit Asam Tbk. (PTBA),
  • Entitas usaha PT Adaro Energy Tbk. (ADRO), yakni PT Adaro Indonesia.

Lalu, apakah proyek gasifikasi tersebut bakal membuat cuan jangka panjang buat para emiten?


Baca Juga: Bakal Kelola Tambang Bekas Freeport, Antam Berpotensi Cuan?

Bukit Asam (PTBA)
Menurut Sekretaris Perusahaan Bukit Asam Apollonius Andwie C., dikutip dari laman Bisnis, pihaknya dijadwalkan akan melakukan penandatanganan kontrak kerja sama terkait proyek gasifikasi bersama dengan Air Product dan Pertamina di akhir November 2020.

Nah, lewat kerja sama tersebut, PTBA bakal membangun pabrik gasifikasi batu bara menjadi dimethyl ether (DME) yang berlokasi di Tanjung Enim, Sumatera Selatan. Konstruksi proyek itu ditargetkan mulai pada semester I/2021 dan beroperasi secara komersial pada kuartal II/2024.

Perlu diketahui, total investasi proyek itu mencapai US$2,1 miliar yang akan ditanggung sepenuhnya oleh Air Product.

Terlebih, PTBA menjadi pemasok kebutuhan batu bara dan Pertamina akan bertindak sebagai pembeli produk DME. Dengan begitu, PTBA enggak bakal menanggung beban risiko finansial dan konstruksi nih.

Hal itu juga dinilai akan berdampak langsung ke kinerja PTBA. Apollo mengatakan, salah satu dampaknya yakni dengan adanya peningkatan penjualan batu bara di mulut tambang sebesar 6 juta ton per tahun dan pemanfaatan batubara kalori rendah yang tidak ekonomis.

Enggak cuma itu, PTBA juga telah mengestimasikan lini bisnis penghiliran akan berkontribusi sekitar 30-40 persen terhadap total pendapatan perseroan pada 2024-2025.


Bumi Resources (BUMI)
Sementara itu, menurut Direktur sekaligus Sekretaris Perusahaan Bumi Resources Dileep Srivastava, pihaknya bakal turut berkontribusi terhadap proyek gasifikasi batu bara ke methanol melalui anak usahanya, yakni PT Kaltim Prima Coal (KPC), yang ditargetkan bakal beroperasi secara komersial di sekitar tahun 2023 atau 2024.

Ke depannya, KPC bakal bertindak sebagai pemasok batu bara sekitar 6 juta ton per tahun dari proyek kerja sama antara Bakrie Capital Indonesia, Air Products and Chemicals Inc, dan PT Ithaca Resources senilai US$2 miliar.

Di sisi lain, proyek gasifikasi anak usaha Arutmin, menurut Srivastava, masih dalam proses studi. Kemungkinan, hal itu akan segera masuk ke tahap feasibility dan indicative commissioning proyek sekitar 2025.

Selain itu, Arutmin nantinya juga kemungkinan akan berperan sebagai pemasok batu bara. Alhasil, kedua proyek itu pun diharapkan dapat meningkatkan kinerja BUMI ke depannya.


Adaro Energy (ADRO)
Head of Corporate Communication Division Adaro Energy Febriati Nadira mengatakan, pihaknya telah melakukan berbagai studi dari sisi teknologi dan menyimpulkan bahwa produksi methanol berbasis gasifikasi batu bara cocok untuk dikembangkan.

Di sisi lain, Presiden Direktur dan Chief Executive Officer Adaro Energy Garibaldi Thohir pun sempat bilang kalau ke depannya, perseroan akan lebih proaktif untuk melakukan inisiatif terkait ekspansi di penghiliran batu bara.

Bahkan, ia juga mengaku kalau pihaknya telah melakukan studi dan penjajakan dengan beberapa perusahaan, termasuk pihak asing, yang memiliki teknologi di bidang penghiliran batu bara.

Adapun, Analis Samuel Sekuritas Indonesia Dessy Lapagu menilai, bisnis penghiliran tentunya akan menjadi nilai tambah yang baik bagi produsen batu bara dan sebagai alternatif penyaluran pasokan batu bara.

Dengan adanya proyek ini, dua saham emiten tambang, yakni ADRO dan PTBA mengalami peningkatan yang cukup signifikan nih hingga penutupan bursa hari ini (27/11). Diketahui, saham ADRO melesat 2,21 persen ke level Rp1.390 dan saham PTBA naik 2,12 persen dengan parkir di level Rp2.410.

Namun, hal sebaliknya justru dialami sama BUMI. Diketahui, saham BUMI hingga akhir perdagangan bursa justru harus anjlok hingga 6,58 persen dan parkir di level Rp71. Meski begitu, saham BUMI sudah mulai bangkit dari level gocap nih, Be-emers!

Baca Juga: Kena Suspensi Sejak 2018, Emiten Tambang Grup Sinarmas Ini Terancam Delisting!