Cerita Saham Sepekan: IHSG yang Mulai Stabil, Kinerja UNVR, dan Prospek Holding Ultra Mikro BBRI

Like

 

Consumer - Canva

Consumer - Canva

 

Laba Bersih Terkoreksi Tipis, UNVR Tetap Optimis Pemilihan Konsumsi Akan Melaju Moderat

Salah satu emiten geng LQ45, yakni PT Unilever Indonesia Tbk. baru banget mengumumkan hasil kinerjanya per Desember 2020 nih, Be-emers.

Sayangnya, emiten konsumer dengan kode saham UNVR itu mengalami penurunan laba bersih 3,1 persen secara year-on-year (yoy). Dari laporan keuangannya, disebutkan bahwa UNVR meraih laba bersih sebesar Rp7,16 triliun.

Sebelumnya, pihak UNVR pernah mengestimasi perolehan labanya bakal mencapai Rp7,29 triliun. Kok bisa turun ya?

Diketahui dari data Bisnis, penyusutan laba UNVR terjadi seiring dengan naiknya beban pemasaran dan penjualan yang mencapai 7,19 persen, menjadi Rp8,62 triliun. Enggak cuma itu, beban umum dan administrasi Unilever juga meningkat hingga 12,83 persen.

Meski begitu, penjualan bersih UNVR tumbuh tipis 0,11 persen dari periode yang sama di tahun sebelumnya lho! UNVR tercatat meraih penjualan bersih sebesar Rp42,97 triliun di 2020.


Rupanya, penjualan ekspor UNVR terkoreksi cukup dalam, yakni -11,14 persen sebesar Rp1,81 triliun di tahun 2020. Namun, penjualannya di dalam negeri masih tumbuh 0,69 persen kok.

Kalau menurut keterangan Presiden Direktur Unilever Indonesia Ira Noviarti, bisnis fast moving consumer goods (FMCG) milik Unilever terdampak pelemahan daya beli masyarakat di masa pandemi.

Adapun, meski daya beli masyarakat perlahan membaik sejak akhir 2020, Ira justru yakin kalau ke depannya, pemulihan konsumsi masih akan dalam laju moderat nih, Be-emers. Hingga perdagangan Jumat (5/1), saham UNVR harus terkoreksi hingga 1,03 persen ke level 7.225.


Baca Juga: Cerita Saham Sepekan: Nasib Emiten Telekomunikasi Hingga KRAS yang Berhasil Cuan
 

Prospek Holding Ultra Mikro BBRI

Sejak Januari 2021, wacana soal pembentukan holding ultra mikro mencuat lagi nih, Be-emers.

Nantinya, holding untuk pemberdayaan UMKM tersebut bakal melibatkan tiga BUMN, yakni  PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (Persero), PT Pegadaian (Persero) dan PT Permodalan Nasional Madani (Persero) atau PNM.

Kira-kira holding ini bakal mempengaruhi kinerja BBRI kedepannya enggak ya?

 

Rupiah - Canva

Rupiah - Canva



Kalau menurut Head of Equity Trading MNC Sekuritas Medan Frankie Wijoyo Prasetio, dikutip dari Bisnis, pembentukan holding yang ditujukan buat menciptakan efisiensi cost of fund tersebut bisa bikin ekspansi usaha jadi lebih murah.

Cost of fund dan biaya operasional yang lebih efisien juga bermanfaat buat penurunan suku bunga pinjaman bagi UMKM. Dengan kata lain, pembentukan holding juga dinilai bisa menambah kekuatan BBRI buat menghimpun pendapatan nih, Be-emers.

Holding BUMN Ultra Mikro tersebut pun bisa menopang kinerja BBRI. Di satu sisi, pembentukan holding tersebut juga bakal menjaga PNM dan Pegadaian agar fokus sama bisnis model dan “culture”-nya masing-masing.

Berdasarkan laporan keuangannya hingga 30 September 2020, total aset BBRI tercatat mencapai Rp1,447,85 triliun! Dikenal sebagai bank spesialis kredit mikro, dengan perolehan aset tersebut, BBRI jadi bank dengan nilai aset terbesar di Indonesia lho!

Meski begitu, rupanya di perdagangan Jumat (5/1), saham BBRI harus ditutup melemah tipis 0,45 persen ke level 4.470. Namun, BBRI jadi incaran asing dengan mencatatkan volume beli bersih hingga 20,31 juta saham nih, Be-emers.

Wah, akankah holding ultra mikro tersebut beneran bakal bikin kinerja BBRI semakin terdepan di sektor perbankan?