Di China, Jadi Kaya Raya Udah Nggak Keren Lagi, Kenapa Ya?

Yuan Illustration Web Bisnis Muda - Canva

Yuan Illustration Web Bisnis Muda - Canva

Like

China sempat digegerkan dengan pernyataan dari salah satu pemimpin Redaksi Harper’s Bazaar China, Su Mang. Dalam statement tersebut, Su Mang mengatakan bahwa 650 yuan atau setara dengan Rp 1,44 juta tidak cukup untuk biaya makannya dalam sehari.

Su Mang mengatakan bahwa dirinya harus makan makanan yang lebih baik. Ia tidak bisa makan dengan standar yang rendah.

Pernyataan tersebut membuat netizen China terkejut. Bahkan, beberapa netizen mengatakan uang makan harian mereka hanya berkisar 30 yuan atau sama dengan Rp 66 ribu.

Dikenal sebagai “China’s Devil Wears Prada”, Su Mang mengklarifikasi dan menyebutkan bahwa hal tersebut adalah kesalahpahaman, namun, hal tersebut tidak dapat dipercaya oleh publik.

Selain itu, pada awal tahun, Annabel Yao yang merupakan putri bungsu dari pendiri Huawei, Ren Zhengfei, membuat marah netizen ketika ia telah menjalani kehidupan yang penuh perjuangan. Ia mengatakan bahwa ia harus bekerja keras dalam mencapai karir impiannya.


Figur seperti Su Mang dan Annabel Yao menjadi sasaran karena banyak yang percaya bahwa fuerdai, atau anak-anak kaya generasi kedua, tidak pantas mendapatkan penghasilan yang setinggi langit.

Selama bertahun-tahun, orang kaya China yang memiliki kehidupan glamor, dikenal suka memamerkan mobil mewah, tas mewah, dan barang mewah lainnya secara online. Semakin banyak jenis kekayaan yang dipamerkan, justru malah disambut dengan penghinaan dan permusuhan.

Dr Haiqing Yu, seorang profesor studi media di Universitas RMIT Melbourne, mengungkapkan bahwa menurutnya komentar Su Mang tentang standar makanannya membuat banyak orang marah karena hal tersebut menguak betapa besarnya kesenjangan sosial di China yang selalu berusaha ditutupi.

Sementara itu, menurut Biro Statistik Nasional pendapatan tahunan rata-rata negara adalah 32.189 yuan atau sekitar 2.682 yuan per bulannya. Beijing juga telah menjadi rumah bagi lebih banyak miliarder daripada kota lain di dunia.

Di China, orang kaya yang secara terang-terangan memamerkan aset mereka seringkali disebut “tone deaf” atau ‘buta nada’. Malahan umumnya orang kaya akan terus bertumbuh semakin kaya, sedangkan yang tidak akan terus tertinggal yang berujung kekecewaan dan amarah.

Terungkap juga bahwa aktris China, Zheng Shuang dibayar sekitar 2 juta yuan per hari, dengan total 160 juta yuan untuk satu proyek. Publik makin tersulut karena image dari Zheng sudah buruk dan penuh kontroversi. Ia sempat terlibat dalam kasus penelantaran anak. Bagi seseorang yang menghasilkan begitu banyak uang, ia dianggap tidak pantas dijadikan role model.

Para ahli di China mengatakan bahwa kecenderungan untuk pamer menandakan kurangnya budaya. Dr John Osburg, penulis Anxious Wealth: Money and Morality Among China's New Rich, juga menafsirkan hal tersebut sebagai hal yang norak atau bahkan sebelumnya orang tersebut berasal dari kelas sosial yang rendah.

Menurut riset dari Euromonitor International, China telah melampaui Jepang sebagai pasar barang mewah pribadi di Asia Pasifik, dan diperkirakan akan mengalami pertumbuhan penjualan kembali.

Menjadi orang kaya raya di China, terutama yang hidup dengan glamour, sudah dianggap tidak pantas dan tidak sopan, Be-emers! Karena hal tersebut menjadikan kesenjangan sosial semakin terasa dan dianggap tidak berperikemanusiaan.

Kalau menurut kamu gimana Be-emers, jangan lupa kirim komentar kamu, ya!