Benarkah Mayoritas Pendidikan Vokasi Bikin “Useless Generation”?

Useless Generation Illustration Web Bisnis Muda - Canva

Useless Generation Illustration Web Bisnis Muda - Canva

Like

Di dalam era digital saat ini, tantangan untuk menyiapkan tenaga kerja yang terampil dan siap bersaing tidaklah mudah. Tuntutan talenta yang lebih advanced membuat banyak keahlian dan skill lama yang sudah tidak lagi relevan dengan kondisi perkembangan zaman masa kini.

Kini, berbagai bidang industri mengacu pada era revolusi industri 4.0, dan negara ini dianggap masih tertinggal dalam mencetak sumber daya terampil yang bisa bersaing dengan baik.

Prof. Rhenald Kasali, Guru Besar Ilmu Manajemen Universitas Indonesia, menyebutkan bahwa mayoritas pendidikan vokasi di Indonesia masih terkait dengan bidang-bidang ilmu yang justru dapat menimbulkan useless generation
 

Hmm, apa itu useless generation?

Maksudnya adalah kemungkinan dalam beberapa tahun ke depan, bidang ilmu tersebut sudah tidak relevan lagi karena adanya kemajuan teknologi. Hal ini akan menjadi bahaya jika tidak diatasi dengan baik dan serius.

Dengan adanya perubahan setiap 5 hingga 10 tahun pada industri apapun, hal tersebut tidak bisa dihentikan atau dicegah. Oleh karena itu, kita selalu dituntut untuk menjadi adaptif terhadap perubahan dan terus mau belajar lebih banyak lagi

Jika tidak mau bergerak maju, misalnya saja, ketika seseorang menempuh pendidikan vokasi selama 3 tahun maka ilmunya kemungkinan hanya bisa dipakai dalam 7 tahun ke depan, yang setelah itu berpotensi tidak bisa digunakan lagi.


Menurut Prof. Rhenald, pendidikan vokasi seharusnya tidak hanya mengajarkan hal teknis. Pembelajaran juga harus diimbangi dengan kemampuan pengembangan diri dan soft skill. Karena menurutnya, jika hanya fokus ke hal teknis saja, maka dalam kurun 5 - 10 tahun ke depan akan useless.

Di masa serba teknologi ini, yang dibutuhkan bukan hanya hard skill, melainkan juga soft skill, kemampuan manajemen, serta keinginan untuk terus belajar dan beradaptasi dari satu keahlian ke keahlian lainnya.

Untuk bisa berkompetisi dengan dunia baru yang terus berubah, dibutuhkan sumber daya manusia, teknologi, metode, serta sistem yang berbeda. Oleh karena itu, seseorang dituntut untuk terus dapat mengikuti perubahan tersebut dan survive.

Sebaiknya, pendidikan vokasi juga tidak bisa hanya mempersiapkan lulusan yang hanya akan menghadapi kompetisi pada hari ini saja. Mereka harus bisa mempersiapkan lulusan yang dapat berkompetisi untuk jangka panjang.

Menurut tokoh yang juga merupakan founder dari Rumah Perubahan, Prof Rhenald, mengatakan bahwa langkah pemerintah dalam mendorong link and match antara kebutuhan industri dan perguruan tinggi sebetulnya sudah cukup baik, namun hal itu masih dirasa kurang cukup.

Pemerintah juga perlu mempersiapkan dan membangun ekosistem yang kondusif antara dunia pendidikan, dunia usaha, dan dunia industri, sehingga hal ini mampu menjawab tantangan dalam mencetak sumber daya manusia yang dapat bersaing di era digital 4.0 ini.

Baca Juga: Walau Ada Beasiswa, Butuh Biaya Berapa Sih untuk Lanjut Kuliah di Luar Negeri?