Analisa Fundamental Dasar Saham

bull statue(unsplash)

bull statue(unsplash)

Like

Banyak sekali saham yang berada di Bursa Efek Indonesia. Dengan banyakya saham tersebut, maka kita sebagai seorang investor harus jeli memilih saham manakah yang memiliki potensi multibagger dengan mengerti indikator saham yang undervalue alias masih murah itu yang bagaimana.

Simak terus kelanjutan tulisan ini.

Kita sebagai investor tentu dapat memilih saham dengan valuasi yang murah, akan tetapi hal tersebut perlu didasari oleh pengetahuan yang wajib kita miliki.

Lalu, apa sajakah indikator atau ciri-ciri saham yang masih murah alias undervalue?

Simak ciri cirinya sebagai berikut ini
  1. PBV / price to book value.
    Rasio ini menjelaskan seberapa mahal harga suatu saham terhadap nilai buku perusahaan. idealnya jika kita mencari sebuah saham usahakan yang memiliki PBV di bawah satu dikarenakan masih tergolong murah.


    Akan tetapi, jika kita mengacu pada PBV saja maka kita harus memperhatikan juga ROE perusahaan karena keduanya juga berkaitan satu sama lain.

    Rumusnya: Harga saham : nilai buku per saham.
     
  2. PER / price to earning.
    Rasio ini menjelaskan mengenai perhitungan harga perlembar saham dengan keuntungan per lembar saham dari perusahaan tersebut. Saham dengan per yang rendah menandakan bahwa harga saham nya masih tergolong murah dan itu menjadikan perusahaan dapat dilirik untuk menjadi tempat investasi.

    Akan tetapi PER ini jangan dijadikan acuan utama karena tidak setiap periode PER perusahaan akan selalu bagus. Adakalany,a perusahaan tersebut mengalami kerugian yang menyebabkan rasio PER ini kurang berlaku padahal saham tersebut sebenarnya baik akan tetapi ada penurunan yang wajar bagi perusahaan.

    Rumusnya: Harga saham : Earning per share/ keuntungan perlembar saham. 
     
  3. EPS / laba per lembar saham
    Indikator ini penting mengingat sebuah perusahaan tentu diharapkan menciptkana eps yang besar. eps yang besar saja tidak cukup, tentu dari setiap tahun eps nya tumbuh lebih besar dan mengalami perkembangan.

    EPS menjadi indikasi bagaimana performa perusahaan tersebut dalam mengelola perusahaan nya untuk menciptakan laba.

    Rumusnya: Laba bersih : jumlah lembar saham.
     
  4. DER / debt equity ratio
    Rasio ini menggambarkan seberapa besar persentase utang perusahaan dibandingkan dengan modal yang dimiliki perusahaan. semakin kecil DER nya maka likuiditas perusahaan juga semakin bagus.

    Perusahaan yang memiliki hutang rendah tentu memiliki beban bunga yang rendah pula sehingga akan meringankan operasional perusahaan. Serta, dengan hutang sedikit maka perusahaan akan berkurang persentasenya mengalami kepailitan karena gagal bayar hutang yang mereka miliki.

    Rumusnya: Total hutang : Modal / ekuitas. DER yang bagus sebaiknya dibawah 1 kali.
     
  5. ROE / return on equitas
    Rasio ini menginterpretasikan bagaimana produktivitas perusahaan dalam menghasilkan pendapatan dari modal yang dia miliki. rasio ini dipandang penting karena ini menjadi tolok ukur kinerja perusahaan dalam memanfaatkan sumber daya yang ada.

    ROE yang besar tentu akan menghasilkan laba bersih yang besar dan siap dibagikan sebagai dividen atau ditahan untuk memperkuat modal perusahaan. Pbv yang mahal tentu jika di barengi dengan ROE yang tinggi pula maka hal tersebut menjadi wajar.

    Rumusnya: Laba bersih : Ekuitas. ROE yang bagus sebaiknya diatas rata rata bunga deposito.
     
  6. EV/EBITDA
    Rasio ini berguna menilai sebuah perusahaan dalam kemampuannya menghasilkan kas bagi perusahaan. Rasio ini tentu setiap sektornya berbeda beda ukuran dan standar minimalnya.

    Jadi, pastikan dalam menggunakan rasio ini pilihlah perusahaan dimana kedua perusahaan tersebut bergerak disektor yang sama. EV/EBITDA yang bagus untuk investasi adalah yang rendah dalam artian harga saham sekarang masih lebih murah.

    Sehingga, suatu saat jika pasar jeli dalam membaca EV/EBITDA perusahaan, maka investor yang membeli perusahaan dikala rasio EV/EBITDA masih rendah maka akan memperoleh keuntungan.

    Rumusnya: enterprise value (EV): earnings before interest, taxes, depreciation, and amortization (EBITDA) . rumue EV sendiri yakni : EV = Kapitalisasi Pasar + Nilai Pasar Utang – Kas dan Setara Kas.

Baca Juga: Waspada Tren Bandarmology, Gimana Sih Cara Menganalisis Saham?