Apa Itu Antibodi Monoklonal? Begini Penjelasannya

Ilustrasi Gambar Antibodi Monoklonal - Bisnis Muda - Canva.Com

Ilustrasi Gambar Antibodi Monoklonal - Bisnis Muda - Canva.Com

Like

Kamis, 5/8/2021 siapa yang baru baru ini mendengar tentang antinbodi monoclonal? Ternyata banyak loh yang belum mengetahui dan paham apa itu antibodi monoklonal.

Antibodi monoklonal adalah sebuah terapi yang dapat mengurangi jumlah angka pada kasus kematian yang disebabkan pandemi covid-19 ini.

Antibodi monoklonal mengandung regdanvimab. Regdanvimad adalah bahan yang dapat mengikat Receptor Binding Domain atau RBD dari spike protein SARS-COV-2, yang kemudian menghambat interaksi dengan reseptor seluler tubuh manusia atau ACE2

Regdanvimad dapat mencegah masuknya virus ke dalam sel tubuh dan mencegah infeksi SARS-CoV-2 pada tubuh manusia yang sedang terpapar covid-19 ini dengan efek samping bisa terjadinya alergi dan demam. Tetapi ini sudah aman dan sudah terdapat adanya usulan dari para dokter.

Terapi antibodi monoklonal ini dapat dianggap bisa lebih spesifik, murni, dan memiliki risiko kontaminasi patogen lewat darah yang lebih rendah daripada terapi imunoglobulin intravena dan terapi serum.


Antibodi monoklonal, ialah antibodi monospesifik yang dapat mengikat satu epitope saja. Antibodi monoklonal ini dapat dihasilkan dengan teknik hibridoma. Sel hibridoma merupakan fusi sel dan sel. Pembuatan sel hibridoma terdiri dari tiga tahap utama yaitu imunisasi, fusi, dan kloning.

Bekerjanya antibodi monoklonal pada penyakit yang disebabkan coronavirus terdahulu membuat terapi ini dipertimbangkan kembali oleh coronavirus disease 2019. Karena dengan adanya kemiripan antara reseptor virus severe acute respiratory syndrome (SARS) dan SARS-CoV-2, penggunaan antibodi monoklonal diharapkan dapat memberikan hasil yang sama pada pasien COVID-19.

Kriteria yang dapat melakukan Terapi Antibodi Monoklonal pada Covid-19 ini, antara lain :

Dilansir dari alomedika.com  Bila antibodi monoklonal terbukti cukup efektif dan aman untuk digunakan pada pasien COVID-19, setidaknya ada tiga kriteria populasi ideal yang akan merasakan manfaat dari terapi ini.

Pertama
Sesuai protokol penelitian BLAZE-2, kandidat ideal mencakup pria dan wanita berusia di atas 18 tahun yang tinggal atau bekerja di fasilitas perawatan jangka panjang dan baru didiagnosis COVID-19 dalam 7 hari. Kandidat tidak mempunyai riwayat COVID-19 serta tidak pernah mendapatkan vaksin COVID-19 dan antibodi monoklonal khusus COVID-19 sebelumnya.

Selain itu, BLAZE-2 juga menerapkan kriteria eksklusi, yaitu penyakit sistemik lain, riwayat pemeriksaan serologi SARS-CoV-2 positif, dan riwayat penggunaan terapi plasma konvalesen dari pasien COVID-19.

terapi antibodi mungkin belum dapat diterapkan pada individu yang diduga COVID-19 tanpa hasil RT-PCR positif atau individu sehat dengan hasil rapid test antibody SARS-CoV-2 positif tanpa disertai gejala klinis infeksi saluran napas atas atau pneumonia.

Kedua
Terapi antibodi monoklonal juga berpeluang digunakan pada individu > 18 tahun yang didiagnosis COVID-19 dalam 7 hari dengan saturasi oksigen ≥ 92% pada posisi istirahat. Kriteria ini sesuai dengan ACTIV-2 dengan tujuan meneliti pasien COVID-19 yang dirawat jalan.

Ketiga
Terapi antibodi monoklonal juga berpeluang untuk digunakan pada individu >18 tahun yang baru didiagnosis COVID-19 dengan gejala progresif dalam waktu 12 hari terakhir dan memenuhi kriteria hospitalisasi untuk pemantauan lebih lanjut secara medis.

Wanita hamil diperbolehkan untuk turut serta dalam penelitian tersebut, tetapi belum diketahui apakah antibodi monoklonal mempunyai efek terhadap kehamilan dan janin. Efek buruk tersebut merupakan luaran yang turut dipantau selama penelitian berjalan