Apa Sih, Konsep Scarcity dalam Berbisnis ?

Jangan Hanya Perang Harga (Sumber gambar: Image by Rafael Javier from Pixabay)

Jangan Hanya Perang Harga (Sumber gambar: Image by Rafael Javier from Pixabay)

Like

Tahukah Be-emers bahwasanya semua brand yang terkenal saat ini menggunakan psikologi untuk membantu mendorong kesuksesannya? Salah satunya yang mungkin tidak kita sadari tetapi kita telah terjebak disana adalah konsep Scarcity.

Konsep ini diciptakan oleh Robert B. Cialdini, Ph.D. dalam bukunya yang berjudul Influence: The Psychology of Persuasion. Buku ini menyatakan bahwa manusia memberi nilai yang lebih tinggi pada barang yang langka.

Beberapa brand terkenal tidak mau membuka cabang karena ingin membuat nilai dari produk atau jasanya lebih tinggi. Dengan membuat nyaman akan produk atau jasanya, mereka meningkatkan ketertarikan konsumen dengan menciptakan Scarcity. Tidak buka cabang, akan membuat antriannya panjang dan tanpa disadari reaktansi psikologis menyebabkan kita lebih menginginkan produk atau jasa itu.

Stefano Domenicali, chief executive officer dan president of Lamborghini, menyatakan dengan jelas bahwa konsep Scarcity ini adalah sebuah keharusan bagi mereka.

Konon kabarnya IKEA selalu berada dipinggiran kota namun dekat dengan akses tol selain untuk mempermudah logistik juga untuk membangun Scarcity. Effort dari konsumen yang sudah jauh-jauh datang ke sana akan mendorong mereka untuk tidak pulang dengan tangan hampa. "Sudah jauh-jauh, masa nggak beli apa-apa," atas pemikiran ini mereka pun membeli.


Dua hal yang bisa dipelajari; brand harus selalu membuat nyaman dan brand tidak boleh terlalu "Murahan".

Promo yang tidak pernah berakhir akan membuat orang kurang menghargai suatu brand. Walaupun consumer experience penting, namun terlalu mudah didapatkan juga membuat konsumen kurang menghargai.