Tapering Off Tidak Goyahkan Reksa Dana Obligasi

Ilustrasi - Bisnis.com

Ilustrasi - Bisnis.com

Like

Apakah kamu saat ini memegang reksa dana pendapatan tetap (obligasi)? Apa kamu khawatir kinerjanya akan terganggu akibat kebijakan tapering yang akan dilakukan bank sentral Amerika Serikat?

Tenang, kinerja reksa dana pendapatan tetap diproyeksi masih positif sepanjang tahun ini meski dibayangi sentimen tapering off yang akan dilakukan Federal Reserve (The Fed).

Ini karena rencana tapering yang akan dilakukan bank sentral Amerika Serikat atau Federal Reserve dinilai telah diperhitungkan oleh pasar (priced in).

Tapering adalah kebijakan dari bank sentral yang mengurangi pembelian aset seperti obligasi (surat utang).

Mengutip Bisnis.com, Direktur Utama PT Pinnacle Persada Investama Guntur Putra menyebut bahwa sejauh ini kinerja reksa dana pendapatan tetap masih cukup positif.


Untuk periode Agustus 2021 pun masih menunjukkan kekuatannya. Hal itu terlihat dari penguatan imbal hasil (yield) dari Surat Utang Negara (SUN) Indonesia yang bergerak ke kisaran 6,1 persen meski sempat bergerak ke level 6,4 persen pada pekan lalu. Sebagai informasi, pergerakan yield berkebalikan dengan harga obligasi.
 

Proyeksi 2021


Menurut Guntur, kinerja reksa dana pendapatan tetap masih akan positif sepanjang 2021 meski dibayangi sentimen tapering off. Sentimen itu, lanjutya, tidak akan menimbulkan dampak terlalu signifikan mengingat The Fed telah memberikan sinyal akan mulai melakukan tapering di tahun ini.

“Isu tapering off sudah priced-in dan secara impact harusnya tidak seburuk jika dibandingkan dengan tahun 2013 karena porsi kepemilikan asing di SBN juga tidak sebesar di tahun 2013,” katanya, dikutip dari Bisnis.com, Rabu (1/9/2021).

Selain itu, Bank Indonesia juga telah sepakat untuk melanjutkan burden sharing dengan Pemerintah Indonesia.

Lankah tersbut, katanya, merupakan langkah antisipasi untuk mencegah terjadinya capital outflow dan menjaga stabilitas pasar.

Meski demikian, kelanjutan burden sharing ini juga menimbulkan risiko tersendiri. Hal ini menimbulkan potensi peringkat utang negatif baik dari S&P maupun lembaga pemeringkat utang lainnya yang dapat mempengaruhi rating untuk Indonesia.
 

Kinerja YTD


Data Infovesta Utama menunjukkan, pada periode 20 – 27 Agustus 2021, reksa dana pendapatan tetap mencatatkan return positif 0,50 persen.

Sementara itu, secara year to date reksa dana pasar uang masih menjadi instrumen dengan kinerja terbaik dengan imbal hasil 2,31 persen. Menyusul di belakangnya adalah reksa dana pendapatan tetap dengan imbal hasil 1,51 persen.

Di sisi lain, reksa dana saham memiliki return -5,34 persen secara year to date. Adapun, reksa dana campuran juga masih berkutat di zona merah dengan return -0,68 persen.

Reksa dana pendapatan tetap adalah reksa dana yang instrumen investasi utamanya pada surat utang atau obligasi. Obligasi adalah sebuah instrumen yang memberikan bunga atau kupon secara tetap, krena itulah produk investasi kolektif itu dinamai reksa dana pendapatan tetap.