Ekonomi Biru Bisa Bantu Pulihkan Keberlangsungan Indonesia Pasca COVID-19?

Blue Economy Illustration Web Bisnis Muda - Image: Flickr

Blue Economy Illustration Web Bisnis Muda - Image: Flickr

Like

Sudah hampir setahun setengah ke belakang, pandemi COVID-19 melanda seluruh penjuruh dunia yang mengakibatkan terhambatnya segala keberlangsungan aspek kehidupan, salah satunya yang cukup terlihat dari aspek ekonomi.

Namun, seiring dari kondisi yang sedikit demi sedikit membaik ini, beberapa negara sudah mulai mempersiapkan kembali langkah-langkah untuk kembali memulihkan ekonomi nasional atau transformasi ekonomi negaranya.

Adapun, salah satu langkah tersebut ditempuh dengan memaksimalkan potensi garis alam dan kekayaan sumber daya alam yang dimiliki oleh suatu negara.

Sebagai contoh, Indonesia dan Swedia yang baru saja menyepakati kerja sama ekonomi biru (blue economy) lewat pernyataan bersama (joint statement).

Perjanjian tersebut ditandatangani oleh Suharso Monoarfa selaku Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) dengan Thomas Eneroth selaku Menteri Infrastruktur Swedia dan Per Bolund selaku Menteri Lingkungan Hidup dan Iklim Swedia yang berlangsung di Stockholm, Swedia pada Senin, (25/10/2021) sebagaimana dikutip dari Bisnis.


Lebih lanjut lagi, kerja sama ekonomi biru yang terjalin antara Indonesia dengan Swedia ini didasarkan dari kesamaan sebagai negara kepulauan yang memiliki potensi sumber daya alam terkhusus laut dan perairan.

Selain itu, lewat kerja sama ekonomi biru ini juga terbilang mampu menjadi langkah dalam pemulihan dari dampak pandemi COVID-19 karena lewat kerja sama ini dapat menjadi transformasi ekonomi demi pembangunan yang inklusif serta berkelanjutan.

Akan tetapi, ekonomi biru ini juga didasarkan pada tiga pilar yakni lingkungan kelautan yang sehat dan tangguh, industri berbasis kelautan kompetitif serta area pesisir yang atraktif.


Apa itu Ekonomi Biru?

Melansir dari Forest News, lewat wawancara yang dilakukan kepada Dr. Victor Nikijuluw selaku Direktur Senior Konservasi Internasional Indonesia dan Mantan Direktur Jenderal Departemen Kelautan dan Perikanan Indonesia menjelaskan bahwa ekonomi biru (blue economy) muncul sekitar 10 tahun lalu dan sesungguhnya belum ada istilah yang diterima secara umum.

Akan tetapi Dr. Victor menerjemahkan ekonomi biru sebagai segala hal yang berupa kegiatan menghasilkan laba yang dimiliki atau dilakukan oleh penduduk setempat dengan melibatkan dua aspek yaitu keberlanjutan dan penghidupan.

Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa ekonomi biru adalah pembangunan yang berbasis terhadap nilai ekonomi sumber daya laut Indonesia, agar terciptanya nilai tambah pada rantai pasok (supply chain) demi terselenggaranya kesejahteraan masyarakat dalam keberlanjutan lingkungan.

Ekonomi biru juga memiliki cangkupan sektor yang cukup luas mulai dari perikanan, industri olahan hasil laut, logistik laut, wisata bahari, bioteknologi, manajemen sumber daya air, industri galangan kapal hingga sumber daya manusia dalam pendidikan ataupun riset.

Nah, kira-kira menurut Be-emers bagaimana nih keberlanjutan dari ekonomi biru ini nantinya?

Baca Juga: Mengenal Blue Ocean Strategy Sebagai Siasat untuk Menaklukkan Pesaing