Apa Yang Akan Terjadi dengan Startup Indonesia di Masa Depan? Illustration Web Bisnis Muda - Canva
Likes
Di tengah pandemi Covid-19 ini, terdapat sejumlah pihak yang optimistis dengan proyeksi ke depannya untuk pertumbuhan startup, terutama di beberapa sektor yang menjanjikan, Be-emers.
M. Tesar Sandikapura, selaku Ketua Umum Indonesian Digital Empowering Community (IDIEC), mengatakan bahwa untuk lima tahun ke depan bisnis daring menjadi keharusan bagi hampir seluruh sektor industri. Ia mengatakan bahwa startup sektor hiburan, pendidikan, energi, dan pesan antar makanan ke depannya masih akan mengalami tren positif.
Ia juga mengatakan bahwa meskipun adanya pandemi, industri terkait pesan antar makanan, hiburan seperti streaming video dan musik serta pendidikan mendapat momentum untuk tumbuh. Orang-orang akan membutuhkan itu semua karena di rumah terus dan ke depan akan terus dipakai. Startup energi juga akan naik ya ke depan.
Menurutnya, proyeksi 5 tahunan akan lebih tepat digunakan pada produk digital, hal ini karena setelah 5 tahun banyak perubahan yang signifikan pada produk digital termasuk startup. Tesar mengatakan terkait pendanaan startup ke depan, bahwa tren bakar uang akan mulai ditinggalkan, karena menurutnya ke depan investor mulai fokus pada keuntungan.
Ia mengatakan bahwa salah satu contohnya adalah GoTo yang berencana IPO. Menurut Tesar, hal itu dilakukan untuk membiayai operasional dan tuntutan exit dari investor. Karena biaya operasionalnya sudah sangat tinggi, startup sekelas GoTo tidak lagi disuntik dana melimpah oleh para investor, sehingga IPO dipilih sebagai alternatif pendanaan.
Tesar juga menyampaikan bahwa selama ini startup yang mencoba IPO di Indonesia cenderung gagal. Ia yakin bahwa IPO seharusnya digunakan sebagai langkah inovasi baru, bukan alternatif untuk exit.
Ia menambahkan bahwa banyak startup gagal ketika investor baru yang membeli saham tidak mendapat untung bahkan cenderung rugi, namun kalau dilihat dari kacamata investor lama mereka berhasil karena sudah exit dan panen keuntungan.
Tesar menyarakan, startup harus memiliki strategi bisnis yang sehat di tahun-tahun selanjutnya, agar tidak bergantung pada metode bakar uang. Menurutnya, hal itu sudah usang dan tidak akan bisa digunakan untuk bertahan.
Terkait tren ke depannya, para investor startup masih di dominasi dari luar negeri, Tesar yakin bahwa para investor dan pemegang dana di Indonesia belum begitu terbiasa dengan model bisnis startup yang cenderung tidak memiliki aset konkrit seperti tanah, gedung, dan lain sebagainya.
Sementara itu untuk proyeksi kawasan ASEAN, menurut Tesar, Indonesia memiliki peluang untuk dapat mendominasi karena memiliki pasar yang luas.
Tulis Komentar
Anda harus Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.