Kisah Andre Irawan yang Resign dari Startup dan Berhasil Kembangkan Usaha Keripik Pisang Milik Keluarga

Muhammad Andre Irawan (kiri) saat memamerkan produk Irawan Chips dalam acara HI Art and Music Festival UGM. (Sumber foto: instagram @irawanchips)

Muhammad Andre Irawan (kiri) saat memamerkan produk Irawan Chips dalam acara HI Art and Music Festival UGM. (Sumber foto: instagram @irawanchips)

Like

Sekarang, banyak sekali pilihan karir yang dapat digeluti oleh anak muda. Tak terpaku menjadi seorang pekerja kantoran saja, tapi juga menjadi freelancer, content creator, bekerja di startup, memulai usaha sendiri, hingga melanjutkan usaha keluarganya. 

Berbicara mengenai usaha keluarga, anak muda lulusan Hubungan Internasional (HI) Universitas Gajah Mada ini lebih memilih resign dari stratup dan membesarkan usaha yang dimiliki orang tuanya. Pemuda itu adalah Muhammad Andre Irawan, anak dari pemilik usaha keripik pisang lampung Irawan Chips. 

Usaha keluarganya itu viral di aplikasi TikTok setelah Andre mengunggah videonya yang memutuskan resign dari perusahaan startup, untuk membantu usaha keripik pisang sang ayah lewat akun miliknya, yaitu @andredege. Usaha ayahnya itu pun sudah berdiri sejak tahun 2017. 

Baca Juga: Ditinggal Kekasih dan Belom Move On! Remaja Ini Berbisnis Keripik Beling

 

Video viral milik Andre di TikTok. (Sumber: TikTok @andredege)

Video viral milik Andre di TikTok. (Sumber: TikTok @andredege)
 

Resign dari Startup

Andre memutuskan untuk resign setelah mempertimbangkan berbagai hal selama dua bulan sebelumnya. Selain karena visi misi perusahaan sudah tidak sejalan dengan visi misi pribadinya, pertimbangan lainnya juga dipengaruhi oleh nasihat dari pimpinannya. 


Bosnya saat itu mengatakan, kalau Andre memiliki bisnis, mending keluar saja dari tempat kerja dan besarkan bisnis yang dimiliki jika percaya. Setelahnya, Andre pun merasakan perbedaan yang sangat besar ketika melanjutkan usaha bersama ayahnya. Andre tidak merasa tertekan dan bahagia menjalani semuanya. 

Berbeda waktu ia masih menjadi karyawan yang benar-benar bekerja di bawah tekanan dan tidak begitu senang saat menjalaninya. Hal ini karena Andre berada di bagian sales dan diberikan target penjualan yang sangat tinggi. 

Target itu membuat Andre kewalahan. Ia harus bekerja 7 hari dalam seminggu. Namun, setelah menjadi pengusaha, dirinya bisa mengatur sendiri prioritas waktunya seperti apa, dekat dengan keluarga, hati lebih bahagia dan akhirnya bisa menghasilkan lebih banyak lagi. 

Akan tetapi, Andre paham dan yakin kalau semua orang punya pilihan masing-masing dan tidak semua orang mau jadi pengusaha. Begitu juga sebaliknya, tidak semua orang juga mau jadi seorang karyawan saja. 

Lebih jauh lagi, sejak kuliah Andre memang sudah bertekad untuk mengembangkan usaha keluarganya ketimbang bekerja sebagai karyawan. Ia bercerita, jika umumnya anak jurusan HI suka ikut dalam acara MUN dan lomba debat.

Dirinya malah mempelajari cara berjualan, marketing, datang ke toko-toko untuk mencari tahu cara menitipkan barang dagangan dan membuat konten Instagram yang menarik.  Sebab, memang itulah tujuan Andre. Antara menjadi pengusaha atau jadi seorang content creator. 

Diiringi keputusan resign-nya, ternyata justru membawa Andre menjadi pengusaha sekaligus content creator bagi usaha keluarganya. Dimana semuanya berawal dari konten Tiktok berjudul “Resign dari Start Up, Bantuin Bapak Jualan Keripik Pisang”. 

Video viral yang berisikan cuplikan rutinitas Andre dan ayahnya yang tengah melakukan bagian produksi. Sementara dirinya di bagian pemasaran dan penjualan itu berhasil menembus 5,8 juta penonton.  

Andre pun berpikir tak ada yang istimewa dengan konten tersebut. Akan tetapi, menurutnya kita juga tidak boleh bermain dengan pikiran kita saja. Karena kalau kita engga coba, kita engga akan tahu hasilnya. 

Mungkin inilah yang disebut preparation meets opportunity. Usaha Andre mempelajari ilmu marketing sejak kuliah, menyempurnakan produknya dari segi kemasan dan varian rasa, serta akhirnya mencapai titik balik saat konten TikToknya viral pada bulan Oktober 2021. 

Dampaknya, produk Irawan Chips milik keluarganya itu tidak hanya menjadi tren sesaat. Namun, bisa tetap eksis dengan penjualanannya yang meningkat tajam setelah sebelumnya sempat berhenti, karena Andre bekerja dan tak ada yang membantu di bagian pemasaran dan penjualan.  

Baca Juga: Bikin Usaha Baru Enggak Harus Resign Kok, Begini Tipsnya
 

Iseng Membuka Usaha Keripik Pisang

Andre pun membagikan kisah awal ayahnya memulai usaha keripik pisang yang berangkat dari sekedar iseng belaka. Bermodal 3 juta rupiah, ayahnya mencoba membuat keripik pisang di Lampung, tepatnya di daerah Raja Basa dan keripik tersebut dikirim ke Yogyakarta, tempat Andre kuliah sekaligus dipasarkan oleh anaknya. 

Saat itu, respons teman-teman Andre sangat baik, hingga akhirnya banyak yang membeli, hingga memesan lagi. Nah, dari sinilah Andre lebih seirus menjalani usaha ayahnya dengan membuat sosial media dan sarana promosi lainnya. 

Keripik pisang ini dinamakan Irawan Chips, menggunakan nama belakang Andre. Dalam menjalankan usahanya, Ayah Andre turut serius dengan mempersiapkan izin PIRT dari Dinas Kesehatan. Hal itu bertujuan agar keripik pisangnya bisa dipasarkan lebih luas, seperti ke minimarket dan supermarket. 

Keripik pisang Irawan Chips sendiri memiliki keunggulan lebih tipis dan renyah, lalu varian rasa cokelatnya juga tidak membuat enek ataupun nyangkut di langit-langit. Tak lupa, Andre pun mengemas produk ini dengan kemasan yang menarik dan bungkus yang lebih aman jika dikirim ke daerah lain. 

Di awal produksi, per minggunya Irawan Chips hanya mencapai 100 sisir pisang saja. Namun sekarang, dari produksi mingguan itu akhirnya menjadi jumlah produksi harian.  

Setiap harinya, sekarang Andre dapat mencapai 60 sisir pisang dalam sekali produksi. Jadi dalam satu minggu bisa menghabiskan 420 sisir atau 2.000 pcs keripik. 

Untuk penjualannya sendiri, setiap harinya Andre mampu menjual 50 pcs sampai 100 pcs Irawan Chips. Usai viral di aplikasi TikTok, penjualannya pun meningkat 5 kali lipat. 

Meskipun omset per bulan totalnya tak bisa dipastikan. Dari yang awal penjualan sebulan hanya 200 pcs, sekarang rata-rata mencapai 1.000 pcs per bulan. 

Keripik buatannya itu dibanderol mulai dari Rp 15.000 untuk kemasan 100 gram, dan Rp 25.000 untuk 200 gram, lalu ada juga paket bundling. 

Jika sedang live TikTok, Irawan Chips tak segan memberikan diskon yang lumayan besar untuk para pembelinya. Melalui TikTok dan beberapa marketplace, penjualan Irawan Chips sudah merambah sampai ke Aceh dan Nusa Tenggara. 

Dalam menjalankan usaha ini, Andre tak menyangkal jika dirinya sempat mengalami kendala, mulai dari pemasaran, hingga sumber daya manusia (SDM) yang membantu produksi. Andre juga menceritakan pengalamannya yang pernah mencoba menitipkan keripiknya itu ke toko.  

Tanpa pengetahuan yang mumpuni, Andre pun sering mendapat banyak penolakan. Berangkat dengan kesalahan-kesalahan itu, dirinya tak segan untuk belajar dan menemukan solusi untuk penjualannya. 

Sampai sekarang, Andre juga terus mempelajari strategi penjualan di media sosial seperti TikTok. Agar tetap eksis, Andre kembali membuat video tutorial bagaimana cara produksi Irawan Chips. Video unggahannya itu pun kembali ramai disoroti warganet. 

Dari situ lah, Andre akhirnya memahami, bahwa untuk berjualan tidak bisa hanya menggunakan metode hard selling. Tetapi juga harus dikemas secara menarik, supaya orang-orang penasaran dengan cara pembuatannya dan bagaimana rasanya. 

Dampak positif lain dari video viralnya itu, sekarang Irawan Chips sudah memiliki empat karywan. Keempatnya di tempatkan di bagian produksi. Dua orang mengupas dan memasak pisang, dan dua lagi menggoreng serta mencari pisang. 

Irawan Chips juga baru memiliki tiga varian rasa saja, yakni keripik pisang rasa cokelat, susu dan balado. Ke depannya, Andre ingin berinovasi untuk terus mengembangkan produk keripiknya. 

Menurut Andre, meskipun persaingan saat ini memang semakin ketat. Namun, Irawan Chips berupaya untuk memprioritaskan pelayanan kepada pelanggan. Misalnya pengiriman yang cepat, aman, dan komunikasi yang baik dengan calon dan para pembeli, sehingga produknya pun dapat tetap eksis di pasaran. 




Editor: Rachma Amalia