Harga Minyak Naik. (Ilustrasi: Canva)
Likes
Aktivitas di China sempat terhambat karena naiknya angka Covid-19 yang membuat negara tersebut harus lockdown. Kini China telah melonggarkan lockdown, dampaknya harga minyak langsung naik.
China adalah negara yang pertama kali terkena virus Covid-19 dan sempat jatuh parah gara-gara virus tersebut. Sehingga, menjadi wajar jika China melakukan antisipasi tinggi terhadap virus ini.
Melalui penerapan strategi nol-covid, China membatasi ruang gerak masyarakatnya dengan melakukan lockdown.
Satu kasus Covid-19 yang ditemukan dapat membuat seluruh area ditutup atau lockdown. Sayangnya strategi nol-covid yang diterapkan sangat ketat dan menghambat banyak aspek di negara tersebut.
Bahkan demonstrasi besar-besaran di China pecah dipicu lockdown yang menghambat penyelamatan kebakaran hingga ada korban meninggal.
Lockdown dan demonstrasi besar-besaran ini berdampak besar pada perekonomian China dan secara tidak langsung berdampak ke perekonomian global.
Kabar baiknya, China mulai melonggarkan lockdown, protes mulai mereda, dan kegiatan perekonomian China dengan negara lain mulai kembali.
Baca Juga: Angka Covid-19 Meningkat, China Tunda Pertemuan Ekonomi
Perekonomian China Kembali Dibuka, Harga Minyak Naik
Dampak langsung dari kembali dibukanya perekonomian China adalah harga minyak yang langsung mengalami kenaikan.
Seperti yang diberitakan Fox Business, ketika ekonomi China mulai dibuka kembali di tengah pembatasan COVID-19 yang dilonggarkan, minyak naik lebih dari US$1 per barel pada Senin (19/12) pagi meskipun ada kekhawatiran akan resesi global.
Pada hari Senin (19/12), minyak mentah Brent naik US$1,12 atau 1,4 persen per barel, dan minyak West Texas AS naik US$1,42, naik 1,9 persen menjadi US$75,71 per barel menurut Reuters.
Selama beberapa bulan terakhir, China telah memberlakukan pembatasan mobilitas untuk sebagian besar penduduknya setelah peningkatan kasus COVID-19.
China adalah negara pengimpor minyak mentah terbesar dunia. Negara ini mulai melonggarkan pembatasan Covid-19 dan berencana untuk mendukung aspek ekonomi yang paling terpukul oleh regulasi era pandemi.
Awal tahun ini, harga minyak melonjak ke rekor tertinggi US$147 per barel karena invasi Rusia ke Ukraina pada Februari dan pembatasan perdagangan.
Baca Juga: Prediksi Goldman Sachs, Ekonomi China Terbesar di 2035
Kekhawatiran atas resesi global telah menyebabkan harga minyak langsung jatuh dalam beberapa bulan terakhir.
"Tidak diragukan lagi bahwa permintaan dipengaruhi secara negatif," kata Naeem Aslam, analis Avatrade, kepada Reuters.
"Namun, tidak semuanya begitu negatif karena China telah berjanji untuk melawan semua pesimisme tentang ekonominya, dan akan melakukan apa yang diperlukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi," lanjutnya
Mau tulisanmu dimuat juga di Bisnis Muda? Kamu juga bisa tulis pengalamanmu terkait investasi, wirausaha, keuangan, hingga lifestyle di Bisnis Muda dengan klik “Mulai Menulis”.
Submit artikelnya, kumpulkan poinnya, dan dapatkan hadiahnya!
Gabung juga yuk di komunitas Telegram kami! Klik di sini untuk bergabung.
Tulis Komentar
Anda harus Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.