Dilema Perbankan: NPL Rendah dan Target Penyaluran Kredit

NPL rendah dan target penyaluran kredit. (Ilustrasi: Canva)

NPL rendah dan target penyaluran kredit. (Ilustrasi: Canva)

Like

Bisnis dalam industri perbankan memberikan dilema bagi bank. Dilema tersebut terjadi saat bank menginginkan portofolio pinjaman yang berkualitas untuk mencapai tujuan yakni angka NPL yang rendah.

NPL yang rendah menjadi indikator jika bank menerapkan prinsip kehati-hatian dalam memberikan kredit kepada calon nasabah.

Akan tetapi jika bank terlalu mementingkan NPL rendah konsekuensi yang tidak diinginkan adalah target penyaluran kredit kurang tercapai.

Bank yang terlalu mementingkan NPL rendah dan bersikap sangat hati-hati dalam menyalurkan pinjaman akan membuat persyaratan dan kriteria calon nasabah menjadi sangat ketat dan tidak bisa dipenuhi oleh kebanyakan calon nasabah.

Jika itu terjadi maka pertumbuhan kredit akan cenderung stagnan bahkan menurun. Pertumbuhan kredit yang tidak sesuai target akan menurunkan profitabilitas bank dalam memanfaatkan dana pihak ketiga maupun modal bank sendiri.


Pandemi Covid-19 membuat bank lebih berhati-hati dalam menyalurkan kredit yang akan mereka kucurkan. Kegagalan pembayaran cicilan baik pokok maupun bunga bank oleh nasabah akan menyusahkan bank dalam pemenuhan kewajiban jangka pendek.

Baca Juga: Mengenal Kerawanan dalam Industri Perbankan, Apa Saja Ya?

Penyaluran kredit harus dibarengi dengan data-data yang akurat mengenai calon nasabah. Hal itu bisa mengurangi probabilitas pinjaman tersebut mengalami gagal bayar.

Peningkatan kredit berkualitas harus lebih diutamakan bank daripada jumlah penyaluran kredit yang terus meningkat akan tetapi memiliki kualitas yang buruk.

Bahkan bisa saja mengakibatkan bank mengalami kebangkrutan jika mayoritas nasabah tidak mampu memenuhi kewajiban mereka terhadap bank.
 

Bagaimana Menyiasati Dilema Ini?


Bagaimana bank sebaiknya menyiasati dilema tersebut? Salah satu cara yang bisa digunakan adalah memberikan bank spesialisasi kredit kepada segmen tertentu.

Segmen yang bisa dipilih misalnya memberi pinjaman pada perorangan atau perusahaan, kepada profesi wirausahawan atau pegawai, pada bisnis besar atau umkm maupun bank yang khusus mendanai proyek-proyek infrastruktur.

Dengan spesialisasi pinjaman tersebut maka bank akan memiliki keunggulannya masing-masing. Mendalami pinjaman spesialisasi memberikan bank keahlian khusus dalam menyeleksi calon nasabah.

Dengan spesialisasi pinjaman, bank bisa lebih leluasa dalam menggaet nasabah baru namun sudah mengerti seluk-beluk industri tersebut.

Dampak baik yang ditimbulkan adalah NPL bisa tetap rendah karena bank sudah mendalami informasi debitur pinjaman dan pertumbuhan kredit bisa bertumbuh secara berkesinambungan.

Baca Juga: Ambisi BI Terbitkan Rupiah Digital

Dikarenakan bank mendapatkan julukan spesialisasi pada segmen tertentu maka nasabah dengan segmen tersebut akan lebih memilih untuk mengajukan pinjaman kepada bank tersebut dibandingkan bank lain yang memiliki segmen yang berbeda.

Kesimpulan yang didapatkan dari wawasan ringkas mengenai dilema bank antara menjaga NPL rendah dan pertumbuhan kredit adalah menurut penulis bank perlu meningkatkan kualitas pinjaman dibandingkan peningkatan kuantitas pinjaman.

Strategi spesialisasi segmen bisa diambil oleh bank untuk menjaga NPL tetap rendah dan pertumbuhan kredit yang berkesinambungan.

Jangan lupa follow IG saya @onietjaan untuk diskusi dan menyambung silaturahmi, sekian terimakasih. 

Punya opini atau artikel untuk dibagikan juga? Segera tulis opini dan pengalaman terkait investasi, wirausaha, keuangan, lifestyle, atau apapun yang mau kamu bagikan. Submit tulisan dengan klik "Mulai Menulis".
 
Submit artikelnya, kumpulkan poinnya, dan dapatkan hadiahnya!
 
Gabung juga yuk di komunitas Telegram kami! Klik di sini untuk bergabung.