Indonesia Hadapi 5 Risiko Ekonomi Menurut World Economic Forum

World Economic Forum. (Foto: Live Streaming Website WEF)

World Economic Forum. (Foto: Live Streaming Website WEF)

Like

Pada World Economic Forum yang diadakan di awal tahun 2023 ini disebutkan bahwa Indonesia menghadapi 5 risiko ekonomi. Apa saja?

World Economic Forum adalah pertemuan tahunan dan sebagai sebuah organisasi non-pemerintah yang berbasis di Jenewa, Swiss. 

World Economic Forum (WEF) didirikan pada 24 Januari 1971 oleh insinyur dan ekonom Jerman, Klaus Schwab. 

WEF memiliki misi untuk memperbaiki keadaan dunia dengan melibatkan bisnis, politik, akademik, dan pemimpin masyarakat lainnya untuk membentuk agenda global, regional, dan industri.

WEF terkenal dengan pertemuan tahunannya setiap akhir Januari di Davos, sebuah resor pegunungan di wilayah pegunungan Alpen timur Swiss. 


Pertemuan tersebut mempertemukan sekitar 3.000 anggota berbayar dan peserta terpilih, di antaranya adalah investor, pemimpin bisnis, pemimpin politik, ekonom, selebritas, dan jurnalis, hingga lima hari untuk membahas masalah global dalam 500 sesi.

Baca Juga: Inflasi November Melambat, Buktikan Ekonomi Indonesia Kuat?

Di tahun 2023, WEF diadakan mulai dari tanggal 16 Januari. WEF juga mempublikasikan The Global Risk Report 2023 yang memetakan berbagai risiko yang jadi ancaman dunia.
 

5 Risiko Ekonomi yang Dihadapi Indonesia


Mengutip dari Bisnis.com ini 5 risiko ekonomi terbesar bagi Indonesia.
 

1. Krisis Utang


WEF menilai bahwa krisis utang menjadi risiko paling tinggi bagi Indonesia. Risiko itu dapat muncul dari besaran utang dan karakteristiknya, termasuk bagaimana kebijakan pemerintah dalam mengelola utang.

Dalam pemetaan WEF, risiko krisis utang berkaitan dengan kegagalan upaya stabilisasi trajektori harga dan meletusnya gelembung (bubble burst) suatu aset.

Krisis utang pun berkaitan dengan risiko keterpurukan ekonomi yang berkepanjangan.
 

2. Konflik Antarwilayah


Berdasarkan survey opini oleh WEF, Indonesia merupakan salah satu negara dengan persepsi risiko konflik antarwilayah yang tinggi, baik di kawasan Asia Tenggara maupun mencakup Asia Selatan dan Asia Timur. 

Konflik di antaranya dilandasi kepentingan geoekonomi. Dalam pemetaan WEF, risiko konflik antarwilayah berkaitan dengan tidak efektifnya institusi multilatreal dan penggunaan senjata untuk pemusnahan massal. 

Hal itu pun turut berkaitan dengan risiko serangan teroris, hingga kekacauan di sebuah wilayah.
 

3. Inflasi Naik Cepat dan Berkelanjutan


Lonjakan inflasi terjadi sebagai imbas dari tekanan ekonomi global maupun kondisi dalam negeri. 

Namun, kenaikan berbagai harga berisiko terjadi dalam kurun waktu yang cukup lama sehingga menjadi risiko.
 

4. Ketimpangan Digital


Belum meratanya infrastruktur menjadi salah satu faktor yang menyebabkan ketimpangan digital. Ruang digital menjadi tidak aman dan bisa jadi risiko yang serius.

Baca Juga: Cara Investasi Pasar Saham saat Ekonomi Tak Stabil Menurut Charles Schwab

Dalam pemetaan WEF, risiko ketimpangan berkaitan dengan kekuatan digital yang terkonsentrasi dan bisa mempengaruhi kejahatan siber.
 

5. Kontestasi Geopolitik atas Sumber Daya


Konflik geopolitik erat dengan motif ekonomi yang kuat, salah satunya penguasaan sumber daya. Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya alam sehingga ini jadi risiko.

Dalam pemetaan WEF, risiko konfrontasi geoekonomi berkaitan dengan konflik antarwilayah dan tidak efektifnya institusi multilatreal. 

Dalam titik tertentu, konfrontasi geoekonomi dapat berdampak terhadap risiko migrasi tidak secara sukarela/terpaksa dalam skala besar.

Mau tulisanmu dimuat juga di Bisnis Muda? Kamu juga bisa tulis pengalamanmu terkait investasi, wirausaha, keuangan, hingga lifestyle di Bisnis Muda dengan klik “Mulai Menulis”.
 
Submit artikelnya, kumpulkan poinnya, dan dapatkan hadiahnya!
 
Gabung juga yuk di komunitas Telegram kami! Klik di sini untuk bergabung.