Tidak Perlu Menunggu Semua Sempurna untuk Memulai, Sebuah Inspirasi dari Sasya

Tidak perlu menunggu sempurna untuk mulai (sumber gambar: pexel.com)

Tidak perlu menunggu sempurna untuk mulai (sumber gambar: pexel.com)

Like

Inspirasi itu memang bisa datang dari mana saja. Bisa dari buku atau artikel yang kita baca. Dari film yang kita tonton. Dari sekedar ngobrol atau baca status seorang teman. Atau bahkan dari anggota terkecil dalam keluarga kita.

Sekitar awal Ramadhan lalu, Sasya anak saya yang berusia 9 tahun mulai merasa bosan selama di rumah. Ia tiba-tiba kepengen banget mencoba memasak kue. Karena dapur kami selama ini hanya mampu menghasilkan masakan-masakan sederhana dengan bumbu-bumbu instan, ide itu sempat saya tolak. Kami tidak punya cukup alat dan bahan-bahan. Menurut saya buat kue itu sulit dan sepertinya tidak mungkin untuk kita lakukan di rumah. Lebih mudah beli saja.

Tapi Sasya meyakinkan kami kalau ada contohnya dan bisa kok. Selama beberapa hari ia menonton video YouTube dan mencatat bahan-bahannya. Saya sempat bilang bahan-bahannya susah di dapat dan harus menunggu ke supermarket dulu. Juga sepertinya harganya agak diluar budget bulanan kami.

Sasya dengan sabar menunggu, lengkap dengan memberikan uang sakunya buat modal buat kue. Lama-lama kok ya kasihan juga. Akhirnya kami belikan juga bahannya. Ternyata ada di toko kue kecil dekat rumah. Sasya jadi semangat.

 

Beberapa masakan Sasya (sumber: foto pribadi)

Beberapa masakan Sasya (sumber: foto pribadi)


Awalnya buat Cireng, cemilan kesukaannya di rumah neneknya. Masih agak gagal saat pertama kali buat, tapi masih eatable lah. Terbukti dengan ludes juga dalam waktu singkat.


Esoknya ia coba buat Donat. Eh berhasil dong! Terharu banget lihat Sasya berhasil buat adonan roti yang mengembang. Karena terakhir kali saya buat donat beberapa tahun lalu, sempat gagal. Dan si Mamahnya ini dengan mudahnya menyerah begitu saja.

Makanya takjub banget ketika lihat Sasya bisa membuat adonan yang mengembang dengan cantik sendirian saja. Mulai dari mengukur bahan-bahan sampai menguleninya.

Sasya jadi mulai lebih PD. Ia mulai rajin mengoleksi beberapa resep kue yang ia suka. Mencatat bahan-bahannya dan mencari alat-alat yang bisa dipakai di rumah. Walau nggak ada oven, ia mencoba memakai pan yang agak lebar dengan loyang kecil pinjaman.

Kami serumah mulai benar-benar terpukau ketika Sasya ternyata bisa buat roti dan kue Putri Salju. Serius euy ternyata beneran bisa dilakukan tanpa oven dan mixer. Semuanya Sasya lakukan sendiri tanpa bantuan loh.

Sejak itu, kami mulai percaya sama Sasya. Semua bahan kue seperti tepung, mentega, telur, dan perlengkapan sederhana untuk membuat kue langsung kami sediakan. Sasya jadi terobsesi banget sama tepung, mentega dan bahan-bahan kue.

Para nenek juga seneng banget tahu cucunya lagi semangat masak. Langsung deh, bantuan pinjaman mixer dan oven pun turun. Sasya tentu saja makin semangat dan percaya diri untuk mencoba macam-macam masakan baru setiap harinya.

Beneran setiap hari dong Sasya masak. Dia kaya yang nggak nyaman gitu kalau nggak masak sehari saja. Termasuk saat kami baru pulang dari pemakaman saudara beberapa hari sebelum Ramadhan kemarin. Saat itu sudah Ashar. Kami semua kelelahan karena sudah pergi ke rumah duka sejak pukul 6 pagi. Si Abahnya cuma bilang kepingin makan cireng buat buka puasa. Sasya pun asyik sendiri buat Cireng untuk kami semua berbuka. Asyik banget ternyata punya anak yang suka masak itu.

Yang bikin kami senang juga, Sasya melakukannya dengan benar-benar suka cita. Suka aja dengar Sasya nyanyi-nyanyi kecil sambil masak sendiri di dapur. Sasya nggak gitu suka ditemani kalau lagi masak. Malah akhir-akhir ini kalau dibantu biar lebih cepat, Sasya malah pake ngambek segala. “Kapan aku akan belajar, kalau Mamah yang ngerjain,” katanya.

Padahal kan Mamah pengen juga ikutan ya… Abis Sasya masak itu kaya yang gampang dan seru.

Mamah juga jadi tergoda untuk mencoba bikin ketupat, opor dan sambal goreng ampela khas Cirebon buat lebaran. Sajian yang biasanya hanya kami dapatkan di rumah orang tua. Tadinya nggak kepikiran kalau saya mampu bikin makanan yang sepertinya rumit dan menggunakan banyak bahan. Maklum, selama ini bisanya pakai bumbu instan yang tinggal cemplung aja.

Tapi dengan menyerap keberanian dan semangat tidak takut gagal ala Sasya, berhasil juga dong dapur kami menghasilkan makanan dengan kasta yang lebih tinggi. Benar-benar mengharukan.

Selain urusan dapur, Raka kakaknya yang berusia 13 tahun juga jadi terinspirasi untuk kembali belajar editing video. Sebelumnya Raka merasa hanya bisa mengedit video di laptop. Lah sekarang kan laptop harus dipakai gantian bertiga dengan Abah dan Mama.

Belajar dari Sasya, Raka mencoba untuk nggak manja menunggu punya laptop sendiri. Tapi tetap belajar editing walau dengan Hp dan aplikasi yang tersedia di smartphone. Bener kan, Raka jadi tahu, ternyata banyak fitur tersembunyi yang bisa bikin editing video di Hp itu keren juga.

Dari Sasya, kami belajar kalau tidak perlu menunggu semua sempurna dulu untuk memulai. Mulai saja seadanya. Nanti segalanya akan lengkap dengan sendirinya.

Makasih Sasya inspirasinya…. We love you.