Tempe dari kedelai (Foto: Canva)
Likes
Asal muasal kata tempe yaitu dari bahasa jawa kuno "tumpi" yang dapat diartikan sebagai makanan berwarna putih meskipun awalnya tempe berasal dari kedelai hitam.
Dalam pengembangan selanjutnya sekitar abad ke-16 tempe dibuat dari kedelai biasa dan menjadi makanan khas dari Indonesia yang sampai saat ini digemari di beberapa negara.
Banyak fakta menarik tentang tempe, mulai dari kandungannya yang tinggi akan protein nabati dan asam amino. Bahkan, menurut Whitney Graduate Research Fund di Florida State University, 100 gram tempe mengandung 0,12 mikrogram vitamin B12.
Jumlah ini kira-kira sama dengan jumlah manfaat vitamin B12 yang biasa didapat dari 1/4 dada ayam, sangat menarik yah Be-emers. Ternyata dari secuil tempe menyimpan banyak kandungan.
Selain menjadi makanan khas Indonesia, tempe juga saat ini digemari di luar negeri seperti Jepang, Amerika dan beberapa negara Eropa lainnya. Ada beberapa negara yang menyebut tempe dengan istilah magic food atau makanan ajaib.
Baca Juga: Tempe Tahu Langka, Ini Alternatif Sumber Protein Sehat untuk Kamu
Warga Indonesia yang berjualan tempe di Jepang pun mendapat julukan The King Of Tempe. Ia adalah bapak Rustano, dijuluki seperti itu karena berhasil memproduksi tempe dengan jumlah 16.000 sepekan. Hebat yah, Be-emers !
Fakta menarik tersebut sayangnya memiliki sedikit celah, karena keberadaan tempe saat ini mayoritas berasal dari kedelai impor sehingga rentan terhadap proses GMO (Genetically Modified Organism).
Kenapa Kedelai Lokal Kurang Disukai?
Hal ini bukan tanpa alasan para produsen di Indonesia lebih memilih kedelai impor daripada lokal. Berikut adalah tiga kekurangan kedelai lokal dalam produksi tempe.
1. Belum di Sortir
Kedelai lokal memiliki harga yang sebenarnya jauh lebih murah dibandingkan kedelai impor, sayangnya kedelai ini cenderung belum dilakukan sortir secara sempurna.
Baik dari segi kebersihan yang seringkali tercampur dengan daun, rumput dan ranting maupun dari segi ukuran kedelai yang tidak sama besar kecilnya.
2. Ketersediaan yang Terbatas
Berbeda dengan kedelai impor yang jumlahnya melimpah dan tidak tergantung panen, ketersediaan kedelai lokal lebih sedikit. Ini tergantung pada panen petani kedelai, sedangkan produsen tempe harus melakukan produksi setiap harinya. Ini jadi kendala karena pasokan bahan baku dan permintaan pasar menjadi tidak seimbang.
Baca Juga: Sudah Tahu Belum? Ini Fakta Manfaat dari Makan Tempe
3. Hasil Produksi Lebih Sedikit
Pada kedelai lokal, hasil fermentasi tidak terlalu mengembang seperti kedelai impor. Hal ini tentu saja mempengaruhi nominal laba yang diterima oleh produsen sehingga memilih kedelai impor menjadi pilihan mereka.
Terlepas dari kekurangan kedelai lokal, sebenarnya penggunaannya lebih dianjurkan dibandingkan kedelai impor. Kedelai lokal cenderung lebih sehat karena non GMO dan lebih organik tentu saja.
Produksi tempe non GMO memang tidak bisa dilakukan besar-besaran, karena produsen juga harus memikirkan permintaan pasar yang cukup tinggi. Tetapi, di Indonesia sendiri produsen tempe non GMO mulai banyak yang menjalani, mekskipun produksinya tidak sebesar produsen tempe GMO.
Jadi, bagaimana Be-emers, tetap memilih tempe sebagai makanan favorit kan?!
Punya opini atau tulisan untuk dibagikan juga? Segera tulis opini dan pengalaman terkait investasi, wirausaha, keuangan, lifestyle, atau apapun yang mau kamu bagikan. Submit tulisan dengan klik "Mulai Menulis".
Submit artikelnya, kumpulkan poinnya, dan dapatkan hadiahnya!
Gabung juga yuk di komunitas Telegram kami! Klik di sini untuk bergabung.
Komentar
09 Mar 2023 - 14:29
Sayang yaa, padahal hanya tinggal upgrade sedikit SDM sudah bisa menggerakan perkonomian INDONESIA. :)