Pasar Tetap Tumbuh, Larangan Kripto China Tak Berpengaruh?

Ilustrasi perkembangan kripto (Canva)

Ilustrasi perkembangan kripto (Canva)

Like

Sudah lebih dari 18 bulan sejak China melarang perdagangan kripto. Awalnya, perusahaan kripto seperti Huobi kehilangan basis pelanggan China mereka. Namun, baru-baru ini mereka menemukan cara untuk mengatasi larangan tersebut.

Sudah beberapa tahun pemerintah China memberikan perhatian khusus, dalam konteks negatif, kepada perdagangan kripto. Pada tahun 2013 negara ini mulai menghentikan perdagangan kripto.

Namun, baru pada tahun 2021, tepatnya bulan Mei, China melarang perdagangan kripto dan penambangan token digital di negaranya. 

Meski pemerintah China memberlakukan pelarangan perdagangan kripto, namun nyatanya tidak menghentikan animo untuk terus membeli dan menjual aset digital itu.

Misalnya, dokumen yang diajukan sebagai bagian dari pengajuan kebangkrutan FTX pada bulan November mengungkapkan bahwa pengguna China menyumbang 8?ri pelanggan bursa.


Hong Kong Jadi Alternatif



Sementara China daratan mungkin mengambil garis keras pada crypto, perusahaan Cina seperti Huobi telah menemukan tempat yang aman di Hong Kong.

Baca Juga: Indonesia Mau Bikin Bursa Kripto! Memang Sudah Siap?

Di sana, kebijakan pemerintah yang lebih ramah kripto dan peraturan progresif telah membantu kota ini muncul sebagai salah satu pusat kripto yang dominan di Asia.

Selain rezim lisensi yang akan datang untuk penyedia layanan crypto, Otoritas Moneter Hong Kong atau Hong Kong Monetary Authority (HKMA) bahkan telah meminta bank untuk memberikan layanan kepada perusahaan crypto.

Huobi adalah salah satu perusahaan kripto yang terus berjuang di tengah larangan perdagangan kripto di China. 

Mereka bermaksud untuk menjadi salah satu bursa pertama yang sepenuhnya patuh di Hong Kong dan berada di jalur yang tepat untuk menerima otorisasi HKMA ketika rezim perizinan yang baru mulai berlaku.

Setelah larangan kripto China, pangsa pasar Huobi anjlok. Seperti yang dilaporkan Bloomberg pada bulan Maret, turun dari 21,6 persen pada tahun 2020 menjadi hanya 4 persen pada tahun 2022. 

Pada bulan-bulan setelah kebangkrutan FTX, perusahaan ini tersapu oleh gejolak pasar berikutnya. Tapi setelah melakukan serangan awal, Huobi kembali bertarung.


Perusahaan Kripto Terus Melawan


Pada bulan April, investor Huobi, Justin Sun, memperkirakan bahwa bisnis tersebut akan menghasilkan keuntungan sebesar US$111 juta pada Q2 2023. 

Ini menunjukkan perubahan yang nyata dari kinerjanya pada tahun 2022. Kemudian, hilangnya pelanggan China dan biaya restrukturisasi besar mengurangi laba. 

Baca Juga: India Ajak Negara G20 Batasi Kripto, Kenapa Tuh?

Terlebih lagi, Huobi bisa dibilang telah melangkah lebih jauh dari para pesaingnya untuk mengakomodasi pedagang kripto China.

Selain membatasi pendaftaran dari alamat IP yang berbasis di China daratan, Huobi tidak banyak membantu mencegah pelanggan China melakukan orientasi.

Bahkan Huobi terus melakukan perlawanan terhadap otoritas negara dengan mengarahkan pengguna China untuk mengajukan program kewarganegaraan digital Dominika sebagai jalan keluar dari larangan tersebut.

Kemitraan Huobi dengan negara Karibia juga merupakan bagian dari aliansi strategis.

Bersamaan dengan TRON, dan DMC Labs, Huobi telah memainkan peran kunci dalam menerbitkan token TRC-20 Dominica Coin (DMC). Diluncurkan pada bulan November, DMC memberikan hak kepada pemegang kewarganegaraan digital Dominika.

Mau tulisanmu dimuat juga di Bisnis Muda? Kamu juga bisa tulis pengalamanmu terkait investasi, wirausaha, keuangan, hingga lifestyle di Bisnis Muda dengan klik “Mulai Menulis”.
 
Submit artikelnya, kumpulkan poinnya, dan dapatkan hadiahnya!
 
Gabung juga yuk di komunitas Telegram kami! Klik di sini untuk bergabung.