Ngeri, Eropa Resmi Resesi! Apa Dampaknya untuk Indonesia?

Kondisi Ekonomi Eropa Kian Memburuk (Sumber Gambar: Adobe Stock)

Kondisi Ekonomi Eropa Kian Memburuk (Sumber Gambar: Adobe Stock)

Like

Berita buruk menghampiri Eropa nih, Be-emers! Eurostat, kantor statistik Uni Eropa (UE), mengumumkan bahwa zona Euro telah secara resmi terjerumus dalam resesi teknis pada kuartal pertama tahun 2023 setelah ekonomi mengalami kontraksi sebesar 0,1 persen dalam dua kuartal berturut-turut.

Situasi ini seperti mewujudkan mimpi buruk bagi Eropa. Terlebih lagi, negara dengan perekonomian terbesar di wilayah tersebut, yaitu Jerman, telah terlebih dahulu terperosok ke dalam jurang resesi.


Eropa resesi


Pada Kamis (8/6/23), Eurostat memangkas perkiraan sebelumnya yang menunjukkan pertumbuhan sebesar 0 persen pada kuartal terakhir 2022 dan pertumbuhan sebesar 0,1 persen pada kuartal pertama 2023 menjadi kontraksi sebesar 0,1 persen pada kedua periode tersebut.

Baca Juga: Inflasi Terus Rugikan Konsumen, Jerman Memasuki Resesi!

Dua kuartal berturut-turut dengan penurunan Produk Domestik Bruto (PDB) telah mencapai ambang resesi teknis bagi Eropa. Kondisi ini menjadi cerminan betapa sulitnya wilayah ini untuk bangkit dari tekanan inflasi yang ditandai dengan lonjakan harga energi dan pangan akibat konflik antara Rusia dan Ukraina.


Tak terelakkan, Bank Sentral Eropa (ECB) terpaksa mengambil tindakan dengan menaikkan suku bunga utama sebesar 3,75 poin persentase sejak dimulainya kampanye ketat dalam kebijakan moneter yang belum pernah terjadi sebelumnya pada Juli tahun lalu.

Angka-angka terbaru ini meragukan prediksi yang lebih optimis untuk keseluruhan tahun 2023. Perkiraan Komisi Eropa pada pertengahan Mei menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi tahun ini hanya akan mencapai 1,1 persen di 20 negara yang berada dalam zona Euro.

Selain itu, ekonomi zona Euro pada kuartal pertama tahun 2023 tumbuh sebesar 1 persen secara tahunan, mengalami perlambatan dari kuartal sebelumnya yang mencapai 1,8 persen di bawah harapan sebesar 1,2 persen.


Lalu, bagaimana dampaknya terhadap Indonesia?


Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita, menyadari bahwa hal ini perlu diantisipasi oleh industri-industri di Indonesia agar angka pemutusan hubungan kerja (PHK) tidak meningkat secara drastis. Sebab, industri-industri yang bergantung pada ekspor sangat terkait dengan pasar global.

Baca Juga: Wall Street: Resesi 2023 Akan Seperti Krisis Terbesar 1970-an

Purchasing Managers Index (PMI) sektor manufaktur Indonesia pada bulan Mei lalu tercatat berada pada level 50,3, mengalami penurunan sebesar 2,4 poin dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang mencapai 52,7.

Agus Gumiwang menilai penurunan ini disebabkan oleh pelemahan ekonomi global. Sebagai solusi, Indonesia akan mengarahkan pandangannya pada negara-negara potensial lain yang kondisi ekonominya tidak seburuk Eropa.

Selain itu, menurutnya, pasar domestik juga harus diperkuat. Kedua langkah tersebut merupakan tindakan yang diambil pemerintah untuk melindungi industri dalam negeri dari dampak resesi ekonomi Eropa.

Punya opini atau tulisan untuk dibagikan juga? Segera tulis opini dan pengalaman terkait investasi, wirausaha, keuangan, lifestyle, atau apapun yang mau kamu bagikan. Submit tulisan dengan klik "Mulai Menulis".
 
Submit artikelnya, kumpulkan poinnya, dan dapatkan hadiahnya!
 
Gabung juga yuk di komunitas Telegram kami! Klik di sini untuk bergabung.