Tips Alokasi Dana untuk Sandwich Generation

Generasi sandwich pusing (Foto: pexels-karoline-grabowska)

Generasi sandwich pusing (Foto: pexels-karoline-grabowska)

Like

Berdasarkan pengolahan data Susenas Maret 2022,  jumlah “Sandwich Generation” diperkirakan mencapai 8,4 juta penduduk Indonesia.

Sandwich generation dikenal sebagai generasi yang terpaksa menanggung beban finansial untuk keluarganya. Contohnya, seorang anak tertua harus memberikan dana kepada ibunya sebagai single parent dan memberi ongkos untuk semua adik-adiknya.

Beban berat bagi seorang sandwich generation apabila dia harus menanggung seluruh beban keluarga besarnya seorang diri untuk jangka waktu lama.

Apalagi jika sandwich generation tersebut telah menikah dan memiliki keluarga inti seperti istri/suami dengan anak-anaknya. Begitu berat ketika dia tak menyadari uangnya tiap bulan habis tak bersisa, bahkan untuk saving dan investasi pun tak ada lagi.

Baca Juga: Untuk Sandwich Generation, Ikuti Cara Ini Biar Enggak Boncos!


Dalam kondisi normal, pengaturan keuangan seseorang pribadi yang baik dan tepat adalah:
  • 50 persen  untuk biaya cost of living (biaya hidup)
  • 30 persen  untuk saving (tabungan)
  • 20 persen  untuk playing (berekreasi)
Sayangnya, tak semua orang dapat mengatur keuangan secara lancar apabila sang sandwich generation tidak pernah terbuka kepada keluarganya tentang keuangannya dan beban berat yang dipikulnya.  


Tips Alokasi Dana untuk Sandwich Generation


Berikut ini adalah tips tentang bagaimana cara alokasi dana yang tepat bagi sandwich generation.


1. Terbuka Keuangan


Kemukakan kepada keluarga tentang keuangan secara transparan. Misalnya, gaji yang diterimanya saat ini (X) tidak ada tambahan extra income, tapi untuk cost living (Y) dan pemberian dana (Z) sudah tidak bersisa lagi dari gajinya (X-Y-Z=0).   

Dia bisa meminta kerelaan keluarga untuk membebaskannya dari beban untuk memberikan dana tiap bulannya.


2.  Mengatur Keuangan 50:30:20


Dalam kondisi seberat apa pun, penerapan skema keuangan 50:30: 20, yaitu 50 persen untuk cost of living, 30 persen saving dan 20 persen playing harus terus dilakukan.

Baca Juga: Mengenal Generasi Sandwich dan Cara Memutus Rantainya

Bagaimana jika gaji yang hanya sebesar UMR hanya mencukupi cost of living? Tentunya Anda tidak bisa membebankan diri untuk membantu orang lain jika diri Anda sendiri belum bisa mandiri keuangan. 


3. Komunikasi Terbuka dan Baik


Sebelum berumah tangga, sebaiknya pasangan memiliki komunikasi terbuka tentang keuangan yang diperoleh dan dikeluarkan sehingga tidak terjadi cekcok atau drama dalam rumah tangga.

Selain itu juga harus memiliki cara pandang yang sama terhadap bagaimana memperlakukan uang dan skala prioritas. Jika ada perbedaan, perlu solusinya dan jalan tengahnya karena nanti akan jadi bumerang tanpa adanya penyelesaian.


4. Prioritaskan Hal Penting


Apabila ada permintaan bantuan keuangan dari adik atau kakak sendiri atau adik dan kakak istri atau suami, kita harus memperlakukan dengan cara pandang prioritas.  

Misalnya kita sendiri sudah memiliki anak yang punya kebutuhan uang sekolah dan masa depan, apakah kita harus mengorbankan anak dibandingkan dengan keluarga besar?

5. Alokasi Bantuan dari Playing

Apabila dalam keadaan terdesak ada keluarga besar yang perlu bantuan keuangan, maka kita harus sepakat bahwa bantuan itu harus diambil dari alokasi dana dari playing.

Artinya setelah dana dibeirkan kepada keluarga, maka kita juga realistis untuk mengurangi atau menghapuskan untuk rekreasi sebesar yang kita berikan.

Punya opini atau tulisan untuk dibagikan juga? Segera tulis opini dan pengalaman terkait investasi, wirausaha, keuangan, lifestyle, atau apapun yang mau kamu bagikan. Submit tulisan dengan klik "Mulai Menulis".
 
Submit artikelnya, kumpulkan poinnya, dan dapatkan hadiahnya!
 
Gabung juga yuk di komunitas Telegram kami! Klik di sini untuk bergabung.