Harga Beras Meningkat, Rakyat Menjerit

pexels-bilguun-bayarmagnai

pexels-bilguun-bayarmagnai

Like

Makanan pokok sebagian besar rakyat Indonesia adalah beras. Beras jadi andalan utama dalam konsumsi makanan. Serasa belum makan jika belum makan nasi. Tapi, bagaimana jika makanan pokok tersebut susah dijangkau oleh rakyat?

Ketika kebutuhan beras tidak pernah turun, bahkan cenderung naik, tapi pasokannya menurun maka terjadilah kenaikan harga beras yang tak terkendalikan. Di pasaran harga beras normal mencapai Rp.12.510/per kg dan premium mencapai Rp.14.170/per kg.

Rantai distrbusi perdagangan berasal dari pihak produsen sampai konsumen sangat panjang.  Melibatkan banyak pelaku perdagangan. 

Meskipun pemerintah melalui Bulog sudah memberlakukan HET (Harga Eceren Tertinggi) dan Harga Pembelian Pemerintah (HPP), tetapi pada prakteknya harga jual sampai kepada konsumen pasti akan melebihi dari HET. Jadi pemberlakuan HET ini tak berfungsi sama sekali.

Bapak Budi Waseso selaku Direktur Utama Perum Bulog mengatakan alasan harga beras mahal di pasaran karena sebagian besar dari beras impor 350 ton itu dioplos.


Stok beras lainnya juga dibungkus ulang dengan merek berbeda dan dijual di pasaran dengan harga yang tinggi. Ketika Bulog mengadakan operasi pasar maka  beras akan lebih stabil dan murah dan tidak menimbulkan inflasi tinggi.  Bulog menjual ke pasar dengan harga sekitar Rp.8.300 per kg.

Lebih menyedihkan lagi, dalam kondisi stok beras yang terbatas, beras impor yang statusnya subsidi itu justru dipermainkan oleh oknum.   Beras subsidi tersebut akan diselundupkan dan akan dikirim ke Atambua dengan harga yang cukup mahal.


Penyebab utama harga beras mahal


Kenaikan harga beras dipicu oleh sejumlah faktor termasuk kemarau panjang hingga tingginya permintaan. Faktor lainnya adalah harga gabah beras tinggi di musim gadu (June-September) ketimbang di musim panen raya (Februari-Mei).

HPP gabah kering  panen (GKP) di petani sudah mencapai Rp.5.000 per kg. Jadi kenaikan harga beras sudah sama seperti kenaikan gabah di tingkat petani dan kenaikan harga beras di level penggilingan dan grosir.

Harga di pasar sudah melejit di atas harga HPP, misalnya Rp.6.000-Rp.7.000 per kg. Mengapa hal ini bisa terjadi?

Asumsi bahwa di musim kemarau panjang ini produksi beras yang menurun sementara konsumsi tetap besar. Tidak adanya keseimbangan antara pasokan dan permintaan membuat harga bisa naik drastis.


Solusi terhadap kenaikan beras


Harga beras tidak pernah terlepas dari kebijakan pemerintah. Saat pemerintah melakukan pembelian gabah dan menaikkkannya, bukan berarti hal itu akan menaikkan kesejahteraan petani.

Justru yang terjadi malah boomerang, kenaikan HPP itu akan menaikkan harga beras di tingkat konsumen.
AKhirnya, warga yang harus beli beras sangat berat dengan harga tinggi.  

Kita tak boleh meremehkan produksi beras.  Perketat berapa kapasitas dari tiap lumbung beras dan berapa kebutuhannya. Sisa kebutuhan dan subsidi beras, gunakan skema impor. 

Ada koordinasi antara Kementrian Pertanian dan Bulog untuk tentukan kapasitas dan kebutuhan beras.

Kurangi rantai produksi yang panjang mulai dari produsen-distributor-pedagang eceren-konumen akhir. Dengan panjangnya rantai produksi membuat MPP total sebesar 21,47persen.

Buatlah program petani modern dengan sistem pertanian yang tidak lagi menggunakan pola konvensional tapi secara modern dan teknologi masa kini.  

Punya opini atau artikel untuk dibagikan juga? Segera tulis opini dan pengalaman terkait investasi, wirausaha, keuangan, lifestyle, atau apapun yang mau kamu bagikan. Submit tulisan dengan klik "Mulai Menulis".
 
Submit artikelnya, kumpulkan poinnya, dan dapatkan hadiahnya!
 
Gabung juga yuk di komunitas Telegram kami! Klik di sini untuk bergabung.