5 Parameter Keuangan Sehat, Kamu Memenuhi Berapa?

Kesehatan keuangan:   scott-graham-unsplash

Kesehatan keuangan: scott-graham-unsplash

Like

Hidup di zaman “now”  atau era kekinian ternyata makin kompleks.  Bukan sekedar fisik atau jiwa saja yang sehat tapi keuangan pun juga harus punya parameter yang sehat.

Loh kok bisa, apa pengaruhnya keuangan yang sehat terhadap tubuh dan jiwa kita? Pasti ada pengaruhnya dong. Contoh ringan, apabila kita tiba-tiba kena PHK hanya dapat pesangon satu kali gaji saja. Kita tak punya dana darurat sama sekali. 

Setelah satu bulan penuh kita usaha maksimal mencari pekerjaan kesana kemari dan memutar otak usaha apa yang dapat memasukkan pendapatan seperti sediakala, ternyata belum ada hasil alias nihil. 

Pikiran kita makin bingung, jiwa kita penuh dengan kekhawatiran setelah uang pesangon habis, apa yang akan kita kerjakan?

Nah sebelum hal itu terjadi, seperti kata peribahasa “sedia payung sebelum hujan”.  Sebaiknya  kita selalu merencanakan dan menyiapkan langkah agar keuangan kita tetap sehat setiap waktu.


Salah satu manfaat dari menjaga kesehatan keuangan adalah mengurangi stres finansial. Ketika seseorang mengalami masalah keuangan, maka akan berdampak negatif pada kesehatan fisik dan mental. Kesehatan keuangan yang baik membantu mengurangi beban stres.
 

Apa indikator bahwa keuangan kita dalam kondisi yang sehat?


Seperti halnya tubuh, kita juga membutuhkan pemeriksaan rutin atau finansial check-up.  Selalu ada evaluasi keuangan yang sehat. 

Siklus keuangan ideal dapat dicapai apabila kondisi aset kita tidak melebihi dari utang.  Kebugaran uang terjaga, demikian juga halnya dengan dana aset kita tidak tergerus karena utang-utang yang besarnya melebih dari aset.

Setiap mendekati akhir tahun,  kita perlu mengadakan pemeriksaan dan pengeluaran rutin, utang, harta aset, investasi apakah masih aman atau tidak?
 

5 Langkah indikator untuk Kesehatan keuangan


1.Kestabilan keuangan dengan pemasukan yang sesuai dengan kebutuhan 


Dalam kondisi naiknya beberapa kebutuhan pokok seperti beras, cabai, tempe, dan lainnya, kita harus menghitung kembali apakah  pemasukan yang tetap tetapi pengeluaran lebih besar dari harga rutinas bulan lalu. 

Budget makan misalnya Rp1,5 juta per bulan, karena naik harga kebutuhan, pasti akan naik juga menjadi Rp1,7-Rp1,8 juta.  Kita perlu memperhatikan apakah dengna naik budget, akan mempengaruhi pendapatan sehingga uang untuk investasi, menabung akan berkurang?


2.Evaluasi komitmen pembayaran pinjaman   


Jika dalam waktu dekat, bank tempat kita meminjam dana akan menaikkan suku bunga pinjaman, apakah kita masih bertahan dan mampu membayar principal dan bunganya yang membengkak?  

Contoh kita pinjam rumah tinggal sebsar Rp1 milyar dengan penghasilan sebesar Rp35 juta per bulan.  Cicilan per bulan diusahkan maksimal Rp10,5 per bulan, maka kondisi keuangan tetap sehat. 

Namun, ketika suku bunga yang biasanya ditentukan floating, maka otomatis ketika suku bunga pinjaman dinaikkan oleh Bank Indonesia maka bank pemberi pinjaman akan menaikkan suku bunga. 

Apabila kenaikan bunga pinjaman bisa mencapai Rp12 juta, kita sudah memasuki zona tidak sehat.


3.Evaluasi pengeluaran bulanan  


Setiap keluarga punya kebiasaan yang berbeda dalam hal pengeluaran. Namun untuk kesehatan keuangan, begitu pendapatan masuk tiap bulan, sebaiknya langsung dialokasikan untuk dana darurat, tabungan atau investasi.


4.Menyediakan dana darurat   


Pengertian dari dana darurat berbeda dengan dana tabungan.  Dana darurat adalah kebutuhan dana yang sangat mendesak dalam kondisi yang tiba-tiba. Contohnya ketika terjadi kecelakaan, sakit kronis, kehilangan pekerjaan.

Perlu dipahami bahwa manfaat dana darurat ini sangat bermanfaat untuk kondisi darurat sehingga keuangan kita tidak terganggu dengan mengeluarkan dana besar.

Dana darurat ini menjadi penolong bagi keluarga saat membutuhkan dana yang tak terduga, meskipun ada asuransi dan sebagainya, tetapi dana darurat menjadi bagian penting dan bermanfaat terutama ketika PHK terjadi.


5.Evaluasi jumlah aset  


Aset bukan sekedar uang tabungan, tapi perlu pembentukan aset untuk masa depan. Dengan menyisihkan tabungan dari penghasilan untuk dibuat investasi maka ada pembentukan aset baru.  

Aset baru ini menjadi pendukung “passive income” atau kebutuhan  di masa mendatang.  Inflasi tiap tahun berfluktuasi, untuk mengkover adanya inflasi itu kita butuh dana tambahan. 

Jadi dengan adanya investasi tambahan , ada penghasilan tambahan yang dapat menutupi biaya inflasi.

Mau tulisanmu dimuat juga di Bisnis Muda? Kamu juga bisa tulis pengalamanmu terkait investasi, wirausaha, keuangan, hingga lifestyle di Bisnis Muda dengan klik “Mulai Menulis”.
 
Submit artikelnya, kumpulkan poinnya, dan dapatkan hadiahnya!
 
Gabung juga yuk di komunitas Telegram kami! Klik di sini untuk bergabung.