Likes
Pemerataan Ekonomi
Kita tahu, bahwa keadaan negara ini atau di manapun selalu ada orang kaya maupun orang miskin. Tadi sebelum siang, saya melihat sebuah video TikTok.Orang-orang yang punya mobil macam supercar yang keren-keren itu pekerjaannya apa, ya? Kata si pembuat video, tetangganya saja yang memelihara tuyul, mobilnya Ertiga! Hadeh, pakai pelihara tuyul segala.
Baca Juga: Pro-Kontra Javier Milei, Presiden di Tengah Krisis Ekonomi Argentina
Dalam konteks ekonomi, orang-orang kaya memang punya prinsip yang jauh berbeda dibandingkan orang menengah maupun orang miskin.
Kalau orang kaya, ketika dapat uang, mereka berpikir, bagaimana agar bisa lebih banyak lagi dapat uang? Bagaimana agar uang tersebut bisa diputar atau diinvestasikan?
Sedangkan orang menengah atau orang miskin, dapat uang, ya, langsung dipakai buat belanja ini dan itu. Hanya demi memenuhi gengsi sebagai orang yang terlihat kaya, mereka menggunakan uang untuk membeli barang-barang konsumtif, bahkan seringkali pakai mengutang pula!
Orang kaya sudah bisa memenuhi kebutuhan pokok mereka. Kebutuhan sekunder, bahkan tersier juga tidak masalah.
Sementara itu, orang miskin, cukup megap-megap memenuhi kebutuhan pokoknya. Apalagi beras yang katanya makin naik sekarang? Memangnya, beras sekarang per butirnya berapa, sih?
Zakat fitrah adalah simbol kepedulian terhadap mereka yang membutuhkan. Salah satu tujuannya juga untuk membuat orang-orang yang tidak mampu ikut bergembira di hari raya.
Baca Juga: 8 Strategi Meningkatkan Produktivitas Selama Bulan Ramadhan: Tips Ampuh Kerja Tetap Prima
Kita sebagai orang yang beruntung sudah biasa menyantap aneka jenis hidangan di hari raya Idul Fitri. Beda dengan orang miskin, yang mungkin hanya bisa bermimpi. Itupun kalau berani bermimpi.
Penggunaan beras sebagai zakat fitrah juga akan memutar roda perekonomian pedagang-pedagang kecil alias UMKM.
Tapi, tergantung, sih, kita beli berasnya di mana? Kalau beli berasnya di minimarket ternama, dengan alasan berasnya lebih bagus, wangi, dan pulen, yah, itu akan mengalirkan keuntungan ke pengusaha besar juga. Namun, jika kita membelinya di pasar, maka akan menjadikan pedagang pasar bergembira pula.
Hal yang mesti diingat adalah beras yang akan dijadikan zakat fitrah adalah beras yang kita konsumsi sehari-hari.
Jadi, tidak pantas jika kita beli beras jelek, bahkan berkutu, untuk menjadi zakat fitrah. Harapannya, dengan memakai beras yang kita konsumsi juga, orang-orang yang membutuhkan akan makin senang hatinya. Biasanya, yang didapatkan bukan beras semacam itu. Namun, kali ini, bisa lebih baik.
Tulis Komentar
Anda harus Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.