Karena Gabut Akibat Pandemi Covid-19, Mereka Akhirnya Memulai Bisnis Sendiri

Teruslah berjuang jangan patah semangat!

Teruslah berjuang jangan patah semangat!

Like

Matahari mulai meninggi, semula berada di arah timur sekarang sudah berada di atas kepala. 

Pukul 12.35 WIB

Laki-laki dengan rambut hitam cepaknya, mehembuskan asap yang keluar dari bibir dan hidungnya. Dia bernama Ardi Muzaki laki-laki berumur 16 tahun yang sekarang sedang duduk di bangku kelas 11 itu sedang nyebat kedua temannya.

Suasana rumah Vigo yang memiliki sebuah taman yang ada bale-balenya sangat cocok untuk berkumpul-kumpul sambil menikmati secangkir kopi dan beberapa cemilan. 

"Ar, kita kapan ya mulai sekolah?" tanya Vigo yang sepertinya mulai jengah dengan keadaan sekarang ini.


"Ya mana gue tau, emangnya gue pemerintah," ujarnya tak lupa dengan asap yang mengepul dari mulutnya.

"Gabut asli, kalo nggak rebahan ya mainnya sama lo berdua doang."

Keadaan kembali hening, mereka melakukan aktivitas masing-masing. Ardi masih setia dengan rokok yang berada di sela-sela jarinya. Vigo sedang ber-chatting ria dengan kekasihnya. Sedangkan Doni dia masih memejamkan mata sedari tadi.

Sebenarnya Ardi juga merasakan hal yang sama. Bosan, dia bosan dengan keadaan yang sekarang. Pandemi covid-19 sudah menyerang sampai negara tercinta kita. Bahkan setiap harinya kasus positif bertambah.

Ardi rindu bisa berkumpul dengan teman-temannya yang lain. Tapi apalah daya dia hanya bisa bertemy dengan si dua tuyul ini. Karena rumah mereka yang bersebelahan, daripada gabut di rumah lebih baik bermain dengan mereka.

Hoaaamm.

"Njelei! Kalo nguap ki mbok yo di tutupi!" Vigo memarahi Doni dengan logat jawa nya.

"Hehe."

"Malah ngguyu."

Ardi terkekeh melihat tingkah dua sahabatnya itu. Tiba-tiba raut murung terpancar di wajah Doni.

"Kenapa muka lo kaya gitu, Don?" tanya Ardi.

"Gue mau ngasih kado ke adek gue, tapi lo tau sendiri kan, gue kalo nggak sekolah ya nggak dapet duit."  Doni mengehela napas kasar.

"Don, lo kan pinter gambar sama desain-desain gitu kan? Kenapa nggak di jadiin bisnis aja? Kan lumayan." Vigo mengusulkan.

"Iya juga sih, tapi kan gimana cara promosiinnya?"

"Tenang, tuh temen kita kan anak hits," ujar Vigo sambil melirik Ardi.

Ardi hanya terkekeh menanggapi Vigo. Sepertinya mereka bertiga memiliki cara untuk mencari uang sendiri di saat pandemi begini.

"Iya gampang," ucap Ardi santai, "lumayan Don, bakat lo kalo nggak di asah."

Doni terlihat menimang-nimang saran temannya itu. Benar juga kata mereka, di saat pandemi macam ini daripada kita gabut yang kerjaannya cuma rebahan dan goleran lebih baik buat ngasah bakat apalagi kalau bisa menghasilkan uang.

"Ehm boleh juga sih. Go, lo bantu-bantu gue desain ya lo kan banyak ide." Vigo langsung mengacungkan jempolnya tanda setuju.

"Ardi, yang guanteng banget. Promosiin ya, karena cuma lo yang anak hits."

"Bisa aja, lo. Gampang ntar gue posting di instagram gue."

"Yaudah yuk!"

"Ayok lah gaskeun!"

Mereka bertiga akhirnya mulai mempersiapkan apa saja yang akan di butuhkan.

Daripada kita hanya berdiam diri di rumah, lebih baik kita mengasah kreatifitas kita untuk mengisi waktu luang. Syukur-syukur bisa menghasilkan uang.

Beberapa bulan kemudian, bisnis yang di lakukan mereka bertiga membuahkan hasil. Tidak kemana-manapun tetapi mereka bisa menghasilkan uang, bahkan bukan hanya bisnis gambar dan desain saja.

Sekarang mereka membuat baju dengan desain mereka sendiri. Semoga saja bisnis yang mereka jalankan bukan hanya berlangsung saat masa pandemi saja. 

Janganlah patah semangat, kita harus bangkit dari keterpurukan. Isilah waktu luang kalian dengan hal-hal yang bermanfaat. 

Salam. 
Kan