Kenali Strategi Triple Intervention Bank Indonesia Saat Terjadi Pelemahan Kurs Rupiah

Kurs sempat melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS), Bank Indonesia melakukan beberapa langkah stabilisasi keuangan. (Sumber gambar: Bisnis.com/Arief Hermawan P)

Kurs sempat melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS), Bank Indonesia melakukan beberapa langkah stabilisasi keuangan. (Sumber gambar: Bisnis.com/Arief Hermawan P)

Like

Pasca hari raya Idul Fitri nilai tukar rupiah terus melemah sampai puncaknya menyentuh Rp 16.200 per dolar AS.

Konflik global yang terjadi antara Iran dan Israel sedikit banyak memperparah kondisi perekonomian Indonesia.

Bank Indonesia (BI) selaku Bank Sentral menjalankan perannya untuk menjaga stabilitas rupiah selama masa krisis, salah satunya dengan strategi triple intervention.

Sementara itu, faktor dan laju ekonomi dalam negeri masih terjaga ungkap Deputi Gubernur Senior BI tempo hari.

Per hari ini (18/4) rupiah mampu rebound dan menguat hingga Rp 16.178 per dolar AS. Menguat 0,27 persen dari sebelumnya sejalan dengan meningkatnya nilai tukar mata uang negara-negara wilayah Asia. 


Baca Juga: Demi Dorong Industri Lokal, Kemenperin Tetapkan Pembatasan Impor Produk Elektronik di Indonesia

Apa sebenarnya strategi triple intervention? Yuk, simak artikel berikut ini Be-emers

 

Strategi Triple Intervention

Bank Indonesia menggunakan strategi ini guna menjaga nilai tukar rupiah agar tetap bekerja sesuai dengan mekanisme pasar.

Strategi ini dilakukan dengan intervensi yang mereka lakukan pada pasar spot, Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF), sampai pembelian Surat Berharga Negara (SBN).



Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF)

Sederhananya, DNDF merupakan sebuah kontrak jual-beli instrumen investasi valuta asing terhadap rupiah.

Berdasarkan kontrak yang disepakati dan tenggat waktunya, dana akan dipindahkan sebesar selisih kurs acuan dengan kurs kesepakatan.

Berdasarkan ketetapan BI, penyelesaian transaksi DNDF dibayarkan dalam kurs rupiah.

Biasanya transaksi jenis ini banyak dilakukan oleh eksportir atau importir yang ingin menjual atau membeli valuta asing untuk kebutuhan bisnisnya.

Sebagai contoh seorang importir hendak membeli dolar untuk melunasi hutangnya di luar negeri.

Baca Juga: 5 Strategi Mengatur Keuangan Pasca Lebaran

Dirinya melakukan pembelian dolar pada sebuah bank dengan jangka waktu yang disepakati bersama.

Kemudian saat jatuh tempo, kurs rupiah turun sejumlah beberapa poin. Perbedaan selisih ini yang harus dibayarkan oleh dirinya.

Pada contoh lain, seorang eksportir hendak menjual dolar dengan tenggat waktu yang sama. Kemudian saat jatuh tempo, kurs rupiah turun sejumlah beberapa poin.

Dirinya mendapatkan keuntungan sebesar selisih kurs tenggat waktu jatuh perjanjian. Perbedaannya terdapat pada kata kerja menjual atau membeli.

Transaksi ini dapat dilakukan dengan dua metode berbeda. Pertama adalah kurs DNDF yang ditetapkan BI (fixed rate tender) dan kurs DNDF yang diajukan peserta OPT konvensional (variable rate tender).