Selain Love Language ada juga Stress Language, Kenali Ciri-Cirinya!

Like

Terdapat 5 jenis stress language yang diteliti oleh Donnelly yakni: 


1. The Exploder 

The exploder adalah respons stres yang bisa dilihat secara langsung ketika orang dalam kondisi kesal, frustasi, marah, atau agresi yang biasanya akan dikeluarkan dengan cara "meledak" dan menyalahkan orang lain ketika dirinya mengalami kesusahan. 

The exploder atau bisa disebut respons fight-flight, biasanya akan merespons seperti ada krisis dan  menjurus ke amarah, paranoid, atau bisa juga tiba-tiba memiliki keinginan biologis untuk menyerang di tengah-tengah interaksi.


 

2. The Fixer 

Salah satu jenis stress language yang kedua adalah the fixer yang memberikan respons seperti sedang membantu namun lama-kelamaan bantuannya malah berubah menjadi sikap menggurui, melampaui batasan dan terkesan tidak percaya pada kemampuan orang lain. 

Karakteristik the fixer biasanya akan segera bertindak dan mencoba memperbaiki sesuatu ketika mereka merasa stres, bahkan ketika sedang tidak ada yang perlu diperbaiki atau bahkan sesuatu yang bukan tanggung jawab mereka.


Baca Juga: Dibalik Kewajiban Menjaga Kesehatan Pencernaan: 10 Alasan yang Wajib Anda Ketahui

Kebiasaan inilah yang bisa memicu rusaknya hubungan karena the fixer sering kali bertindak seperti orang tua yang selalu merasa bisa mengatasi masalah. 

 

3. The Imploder 

Karakteristik stres the imploder berbanding terbalik dengan the exploder. Sikap yang ditunjukan oleh the imploder adalah internalisasi stres yang berujung putus asa, tidak berdaya, dan tidak berfungsi.

The imploder biasanya cenderung merasa bersalah pada diri sendiri dan menjalani harinya dengan penuh tekanan. 

The imploder cenderung takut melakukan kontak mata dan terlalu mati rasa untuk mengekspresikan emosi.

Selain itu the imploder juga lebih suka bersembunyi dari dunia luar sehingga sikap mereka ini banyak disalahartikan sebagai sikap tidak peduli atau 'membayangi' orang lain. 


 

4. The Denier 

Karakteristik the denier sesuai namanya bisa menjadi pola perlindungan dari jenis-jenis stres yang sudah dijelaskan sebelumnya.

Mereka percaya kalau menunjukan tanda-tanda stres berarti memperlihatkan kelemahan mereka.

The denier biasanya terlihat seperti seseorang yang optimis namun buta terhadap kenyataan, seseorang yang tabah menghindari emosi atau seseorang yang menunjukan sikap positif untuk menghindari kesusahan. 

Baca Juga: Self Healing Enggak Bikin Kantong Kempes, Inilah 6 Strateginya

Mereka lebih sering berkilah dengan mengucap "saya baik-baik saja", padahal jenis yang seperti ini jika terus memendam perasaan dan emosinya maka dikhawatirkan akan terbentuk menjadi pribadi yg mudah meledak-ledak. 


 

5. The Numb-er 

Stress language yang terakhir ada the numb-er, yakni seseorang yang sering menggunakan alasan lain atau pelarian sebagai cara menyikapi kondisinya.

Pelarian yang biasanya dijumpai pada karakteristik ini mulai dari kebiasaan mengonsumsi alkohol, obat penenang, game online, gaya hidup impulsif, browsing media sosial secara terus menerus, juga kebiasaan menonton tayangan secara non-stop. 

Meskipun ada juga yang menjadikan kebiasaan sehat sebagai pelarian dari stres ini, seperti menjadi rajin berolahraga, dan menjadi rajin bekerja namun tetap saja segala sesuatu yang berlebihan pasti tidak akan bagus untuk efeknya. 




-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Punya opini atau tulisan untuk dibagikan juga? Segera tulis opini dan pengalaman terkait investasi, wirausaha, keuangan, lifestyle, atau apapun yang mau kamu bagikan. Submit tulisan dengan klik "Mulai Menulis".
 
Submit artikelnya, kumpulkan poinnya, dan dapatkan hadiahnya!
 
Gabung juga yuk di komunitas Telegram kami! Klik di sini untuk bergabung