Imbas Merger dengan TikTok Shop, Tokopedia Lakukan PHK Massal Karyawan!

(Sumber gambar: iStockphoto/CreativalImages)

(Sumber gambar: iStockphoto/CreativalImages)

Like

Perusahaan e-commerce Indonesia, Tokopedia yang kini bergabung bersama TikTok Shop mengumumkan bahwa mereka telah melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) karyawan. 

Melansir dari bisnis.com, terdapat 450 karyawan yang terkena PHK dari 5.100 karyawan di sana. Kabar pemecatan ini disinyalir sebagai sinyal awal gelombang PHK lain di bulan-bulan berikutnya yang bisa mencapai 70%.

Lantas, apa yang membuat situs jual beli online berwarna hijau ini memutuskan untuk PHK para karyawannya?

 

Penyebab di Balik Pemecatan Karyawan Tokopedia-TikTok

Tokopedia dan TikTok sendiri telah bermerger sejak awal tahun 2024 yang diberi nama Shop Tokopedia. Saham Tokopedia senilai 75,01% sukses diakuisisi oleh TikTok. 

Namun, penggabungan 2 perusahaan ini yang menjadi buntut dari permasalahan PHK karyawan Tokopedia. Penyebabnya karena 2 raksasa tersebut telah melanggar Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 31 Tahun 2023. 

Dilansir dari laman Ditjen PDN Kemendag, aturan tersebut dibuat sebagaimana untuk menciptakan persaingan usaha yang sehat dan adil di Indonesia dengan cara tidak melakukan interkoneksi antar perusahaan.


Baca Juga: Tesla PHK 10% Karyawan Global, Ini Beberapa Penyebabnya!

Dalam artian, merger usaha Tokopedia dengan TikTok ini sifatnya salah sehingga muncul dampak yang imbasnya ke pemecatan karyawan. 

Apalagi, dua platform tersebut punya konteks yang berbeda. TikTok merupakan platform media sosial, sementara Tokopedia hanyalah situs jual beli online / e-commerce.

Tak hanya karena merger usaha, Shop Tokopedia juga dianggap telah melenceng dari komitmen utamanya untuk menjual 100% produk-produk lokal dari UMKM. Namun, kenyataannya masih ditemukan banyak barang impor yang diperjualbelikan. 

Hal ini yang membuat para UMKM lokal perlahan jadi kehilangan tempat dan strategi untuk memasarkan dan mengembangkan bisnisnya. Mereka merasa adanya persaingan yang tidak sehat karena tergerus oleh barang-barang impor dengan peminat yang cukup tinggi.