Mengenalkan Investasi pada Anak Sejak Dini ala Buku Rich Dad Poor Dad

Mengajarkan investasi pada anak dapat dimulai dari hal yang mudah terlebih dahulu. Misalnya dengan mengenalkan kebiasaan menabung (Foto. Freepik.com)

Mengajarkan investasi pada anak dapat dimulai dari hal yang mudah terlebih dahulu. Misalnya dengan mengenalkan kebiasaan menabung (Foto. Freepik.com)

Like
Mengenalkan konsep investasi sejak dini telah dilakukan banyak orang tua sejak dahulu. Dimulai dari hal paling sederhana seperti menabung dan lainnya. Selain itu, orang tua juga juga kerap menanamkan kepada anak-anaknya bahwa kelak setelah dewasa, mereka harus mempunyai pekerjaan mapan yang bergaji besar. 
 
Meskipun terdengar sederhana, konsep-konsep ini pada akhirnya mempengaruhi bagaimana anak memandang uang dan investasi. Hal tersebut sangat berpengaruh terhadap gaya hidupnya di masa mendatang.
 
Hemat Pangkal Kaya, peribahasa populer tentang arti menabung. Sejalan dengan peribahasa tersebut, banyak orang tua yang mengenalkan celengan pada anak-anaknya. Sehingga celengan menjadi benda populer bagi orang Indonesia dan mungkin juga dunia.
 
Namun, seiring berjalannya waktu, konsep keuangan "hemat pangkal kaya" semakin dipertanyakan relevansinya. Bagaimana menurut Be-emers sendiri?
Hadirnya buku Rich Dad Poor Dad, yang ditulis Robert T. Kiyosaki, membuat banyak orang terpengaruh dan meng-upgrade kembali pemahaman tentang konsep keuangan dan investasi.
 

Konsep Uang dan Investasi Menurut Buku Rich Dad Poor Dad

Sebelum mengajarkan ke anak, orang tua harus terlebih dahulu memahami konsep keuangan dan investasi. Berikut beberapa poin penting mengenai konsep uang dan investasi yang diambil dari buku "Rich Dad Poor Dad," ditulis oleh Robert T Kiyosaki
 

1. Aset vs. Liabilitas

Sebelum mengenal lebih jauh tentang investasi kita harus memahami apa perbedaan antara aset dan liabilitas. Aset adalah sesuatu yang menambah uang sementara liabilitas adalah sesuatu yang mengurangi uang.
 
 

2. Pentingnya Pengetahuan Mengenai Keuangan 

Di sekolah kita tidak diajarkan mengenai keterampilan mengelola keuangan sebagai bekal menjadi kaya, padahal hal ini sangat penting. Maka kita sendiri yang harus mencari wawasan dan pengalaman mengenai literasi keuangan. Karena kemampuan memahami dan mengelola keuangan pribadi, adalah salah satu cara untuk mencapai kebebasan finansial.
 
 

3. Kerja untuk Belajar, Bukan untuk Uang

Kita sering kali dicekoki pemikiran bahwa kita harus bekerja mapan dan bergaji besar untuk menjadi kaya. Kini saatnya untuk mengubah mindset bahwa kita bekerja untuk belajar keterampilan baru yang dapat membantu mengelola bisnis atau investasi sendir, bukan sekadar memperoleh gaji. Keterampilan seperti penjualan, pemasaran, akuntansi, dan investasi sangat penting untuk dipelajari.
 
 

4. Pentingnya Investasi dan Penghasilan Pasif

Untuk mencapai kebebasan finansial, kita harus membangun sumber penghasilan pasif melalui investasi dalam real estate, saham, atau bisnis. Penghasilan pasif adalah uang yang diperoleh tanpa harus bekerja terus-menerus.
 
 

5. Mindset Orang Kaya vs Orang Miskin

Hal yang paling menonjol dari Rich Dad Poor Dad adalah tentang perbedaan mindset antara orang kaya dan orang miskin. Orang kaya berpikir jangka panjang dan berfokus pada membangun aset, sementara orang miskin dan kelas menengah cenderung berpikir jangka pendek dan fokus pada pendapatan dari pekerjaan tetap. Maka dari itu, saatnya kita merenung diri. Kita memiliki mindset yang mana?
 
 

6. Kekuatan Perusahaan

Siapapun dapat menjadi pengusaha. Dengan memiliki perusahaan, kita dapat mengurangi pajak yang harus dibayar dan melindungi kekayaan dari risiko.
 
 

7. Mengambil Risiko dengan Bijak

Kita kerap merasa takut untuk mengambil risiko. Namun, dengan belajar kita bisa mengukur risiko dan berpikir bijak untuk berinvestasi.
 
Buku ini mendorong pembaca untuk tidak takut mengambil risiko yang terukur dan dipikirkan dengan baik dalam berinvestasi. Menurut Robert T Kiyosaki, orang kaya berani mengambil risiko setelah melakukan riset dan analisis, sementara orang miskin cenderung menghindari risiko karena ketakutan akan kehilangan uang. 
 
Konsep-konsep tersebut di atas adalah landasan bagi kita (orang tua) untuk memahami bagaimana cara mengelola keuangan pribadi dan memulai perjalanan menuju kebebasan finansial. Selanjutnya kita bisa mengajarkan dan menanamkan konsep-konsep tersebut kepada anak-anak yang bisa dimulai sejak dini.