Para Penembus Batas

bersatu melawan Corona ( sumber : tribunnews.com)

bersatu melawan Corona ( sumber : tribunnews.com)

Like

Semenjak kasus pertama dilaporkan di China pada akhir 2019, hingga WHO menetapkannya sebagai pandemi Global pada 11 Maret 2020, Covid-19 telah menyebar dengan cepat hampir keseluruh negara di penjuru bumi, meninggalkan banyak cerita tentang kematian, kekhawatiran serta air mata.

Selain berdampak pada sektor kesehatan, hingga merenggut korban jiwa, terhentinya sebagian besar aktivitas ekonomi sebagai dampak dari penyebaran virus yang sangat masif  ini membuat dunia menghadapi ancaman resesi dan krisis keuangan global yang lebih buruk bila dibandingkan dengan krisis ekonomi tahun 1998 silam.

Dikutip dari Bisnis.com, wabah Covid-19 sangat berpotensi dalam mengubah tatanan ekonomi dunia seiring dengan perubahan peta perdagangan sehingga mengakibatkan terganggunya berbagai bidang usaha. Selain hal tersebut, dampak Covid-19 telah membuat beberapa sektor usaha di Indonesia melakukan efisiensi operasional guna mempertahankan keberadaannya ditengah-tengah masa sulit yang sedang dihadapi.

Pemutusan hubungan kerja (PHK) menjadi pilihan rasional dari beberapa perusahaan dalam upaya efesinsi tersebut. Sektor-sektor industri seperti manufaktur, pariwisata,transportasi, perdangangan, konstruksi, UMKM serta beberapa sektor industri lain yang rentan terdampak maupun telah terkena imbas langsung dari merebaknya kasus Covid-19, secara bertahap telah mengambil langkah tersebut guna menyelamatkan usaha mereka dari kebangkrutan.

Terjadinya gelombang pemutusan hubungan kerja akibat efek pandemi Covid-19 tersebut, tak ayal menambah jumlah pengangguran baru dan secara langsung akan membawa dampak lain pada kehidupan sosial masyarakat seperti penurunan daya beli, kemiskinan, serta efek-efek lanjutan lainya.


Menurut Paul F Knitter (2006: 86-101), ada empat jenis penderitaan yang menimpa umat manusia : (a) penderitaan badaniah karena kemiskinan, (b) penderitaan bumi karena penyalahgunaan, (c) penderitaan rohaniah karena viktimasi dan (d) penderiaan karena kekerasaan.

Bagi orang-orang yang mengalami PHK dan kehilangan pendapatan, serta beberapa cerita lain yang tidak terpublikasi di muka umum, hanyalah sebagian kejadian dari yang mengalami empat jenis penderitaan akibat Covid-19. Masih banyak cerita lain yang cukup menguras energi dan air mata hingga meninggalkan trauma dan sebuah cerita ketakutan.

Namun, di tengah sejumlah permasalahan pandemi, terdapat beberapa individu maupun kelompok masyarakat yang mempunyai keberanian untuk menembus batas, melintas generasi, menghilangkan segala macam bentuk perbedaan suku, ras, agama serta keyakinan. Karena individu-individu dan kelompok tersebut sadar bahwa Covid-19 adalah masalah yang hanya bisa di hadapi dan diselesaikan secara kolektif dengan kebersamaan.

Yasmin Saman, Tata, Unsia (Makasar), Mochammad Hafidh (Bandung) seakan membuat kita terperanjak. Kedewasaan sosial yang mereka miliki telah melebihi kedewasaan usianya, kepedulian akan penderitaan kolektif membuat hati mereka tergerak.

Mereka tidak peduli perdebatan soal corona, yang katanya hanyalah sebuah konspirasi. Soal tingkat bahaya, soal obat, dan segala macam kontroversi Covid-19.

Yang mereka tau, hanya karena virus ini mereka harus lama berpisah dari teman-teman sekolah, sebagian orang tua temanya hanya banyak berdiam diri di rumah, sebagian besar saudara mereka sedang berjibaku bertahan hidup dan bersusah payah. Tidak banyak suara, mereka berbuat nyata memberi yang mereka punya.

Jauh dari hingar bingar perkelahian seperti orang-orang yang katanya terdidik itu pertontonkan. Kepedulian Yasmin dan kawan-kawan seusianya, serta ratusan anak-anak lain yang tidak terekspos media tersebut seakan menjadi ceriman bagi kita bahwa penyelesain kasus pandemi ini tidak cukup hanya dilakukan dengan diskusi apalagi berkelahi.

Kondisi dewasa ini, dimana penyebaran lebih cepat dari penanganan yang dilakukan karena berbagai macam keterbatasan sumber daya, membutuhkan lebih banyak kepedulian dan sumbangsih nyata untuk mengimbangi ketertinggalan tersebut.

Di belahan tempat lain, kepedulian sosial yang dimiliki oleh masyarakat yang merasa bahwa ini adalah penderitaan bersama, seakan menjadi sumber mata air di tengah gersangnya padang pasir -bila dibandingkan dengan informasi tentang diskriminasi terhadap penderita maupaun tenaga kesehatan sampai penolakan jenazah yang meninggal akibat Covid-19.

Kita patut bersyukur ditengah situasi pandemi ini. Masih banyak kepedulian menyeruak menghias berbagai media massa. Mulai dari ibu-ibu yang meletakan beraneka ragam sayur mayur serta kebutuhan pokok lain didepan rumah, gang-gang, masuk kampung, hingga memudahkan bagi siapa saja yang membutuhkanya untuk menggambilnya dengan cuma-cuma.

Anak-anak muda yang suka rela menggalang dana dan mendonasikanya untuk penanganan wabah yang tak kasat mata. Para pengusaha, public figur, dan organisasi sosial membuat satu gerakan kepedulian tentang Corona yang menghasilkan sumbangan materi hingga puluhan milyar jumlahnya.

Mereka adalah pahlawan-pahlawan kemanusiaan yang kepadanyalah patut kita alamatkan sebuah kebanggaan. Terlebih lagi, dengan belum ditemukanya vaksin yang dapat menurunkan angka penyebaran Covid-19 secara efektif, membuat banyak ahli memprediksi bahwa pandemi Covid-19 tidak akan hilang dalam waktu dekat.

Sebuah laporan yang dikutip dari Live Science memperkirakan pandemi ini mungkin akan berlangsung sekitar dua tahun. Guido Vanham seorang ahli virus asal Belgia seperti yang dilansir World Economic Forum mengatakan virus ini mungkin tidak akan pernah berakhir sampai benar-benar telah berhasil di berantas.

Satu-satunya cara paling efektif dalam memberantas virus adalah dengan menemukan vaksin yang efektif. Kajian dari para ahli dan pernyataan WHO yang menyatakan terdapat potensi bahwa virus Covid-19 tidak akan segera menghilang dan tetap akan ditengah masyarakat, barang kali akan menjadi berita yang tidak menyenangkan.

Berkaca dari sejarah perjalanan panjang bangsa Indonesia dalam menghadapi musuh dimasa penjajahan, kehadiran para pahlawan-pahlawan kemerdekaan selalu memberikan semangat dan energi baru bagi segenap elemen bangsa dalam berjuang merebut kemerdekaan. Mereka menghidupkan asa, menebar harapan akan keyakinan kemenangan esok hari.

Dengan momentum itu lah, kehadiran dan kepedulian para pahlawan, relawan, pejuang Covid-19, baik itu dari kalangan masyarakat umum maupun tenaga kesehatan di setiap daerah di seluruh Indonesia, adalah semangat dalam pertempuran melawan Corona yang kelihatanya akan memakan waktu dan belum menemukan titik kesudahan.

Sentuhan kerelaan dan pengorbanan mereka yang berani melintas batas, menanggalkan semua perbedaan adalah pesan tegas bahwa kita tidak sendirian. Ini masalah kolektif bangsa yang harus diselesaikan bersama-sama.

Sejatinya, daripada menghadirkan banyak berita tentang Corona dari orang-orang yang menyulut konroversi tanpa memberi arti, akan lebih berguna jika para pewarta untuk lebih banyak meng-expose ribuan, bahkan ratusan ribu, pahlawan-pahlawan lokal (local Heroes) Corona lainya yang tersebar di seantero jagad Indonesia. Karena kehadiran mereka adalah penguat ditengah kesulitan, kejenuhan dan ketakutan akan situasi dan teror pandemi yang tak jua menemukan tepi.

Sumber:
https://ekonomi.bisnis.com/read/20200415/9/1227629/dampak-pandemi-covid-19-ini-sektor-sektor-yang-rentan-kena-phk;

https://ekonomi.bisnis.com/read/20200722/9/1269901/dampak-covid-19-ke-ukm-16-persen-pelaku-usaha-pangkas-karyawan