Paus Fransiskus ke Indonesia; Embun Toleransi di Tengah Kegersangan

Paus Fransiskus mengadakan kunjungan ke Jakarta (Foto/Fahri F/Bisniscom)

Like

Kedatangan Paus Fransiskus di negeri ini menjadi perbincangan yang hangat. Kesederhanaan, keteladanan, hingga seruan toleransinya. Kedatangannya seolah menjadi simbol kerukunan dan toleransi bagi umat beragama.

Toleransi antar agama menjadi salah satu topik yang selalu diserukan saat berada di negeri ini selain perdamaian dan kemanusiaan tentunya.

Paus Fransiskus berkunjung ke masjid Istiqlal dan ke lorong toleransi. Buatmu yang tidak paham, lorong toleransi adalah lorong yang menghubungkan antara masjid Istiqlal dengan kereja Katedral yang berada di Jakarta.
 

Toleransi masih begitu-gitu saja

Setara Institut menyajikan hasil penelitian yang dilakukan tahun 2021. Hasil penelitian menunjukkan kondisi toleransi menunjukkan angka yang stagnan sejak 2015. Indeks Kota Toleran (IKT) menunjukkan pada 2022 angka toleransi 5.03 turun tipis tahun 2021 5.24.

3 Kota dengan angka toleransi tertinggi yaitu Singkawang   (6.58), Salatiga (6.42), dan Bekasi (6.08). Sebaliknya, 3 kota terbawah toleransi ada Cilegon (3.22), Depok (3.61), Padang (4.0).

Gus Dur dalam sebuah pemikirannnya menjelaskan bahwa akar dari toleransi adalah pembentukan civil society (masyarakat sipil). Hal ini bertujuan menciptakan umat beragama yang inklusif; saling mengerti, saling memiliki, dan saling menghormati (Setiawan.2018). 


Baca Juga: Pelajaran dari Misa Paus Fransiskus: Pentingnya Cinta Kasih dan Toleransi!
 


Konsisten Merajut Toleransi dan Kerukunan Umat Beragama

Berikut adalah toleransi beragama yanga dapat dipelajari dari datangnya paus ke Indonesia: 

Kearifan Lokal dan Kebudayaan

Sebagai orang Jawa yang masih memelihara tradisi dan kearifan lokal, saya masih sepakat kalau instrumen kebudayaan efektif untuk menyatukan penduduk dari segala lapisan. Maka tidak mengherankan saat ada pergelaran jatilan, ketoprak, wayang orang, dan pasar malem sering diadakan hampir setiap kecamatan.