Pelajaran Parenting dari Kasus Nikita dan Lolly, Pentingnya Menghindari Toxic Parenting

Kasus nikita dan lolly mengajarkan pentingnya untuk menghindari toxic parenting freepik.com

Like

Drama kehidupan yang dipertontonkan di depan publik bahkan di media sosial antara Nikita Mirzani dengan anak pertamanya, Laura Meizani Nasseru Asry atau Lolly panggilannya.   

Nikita menjemput paksa Lolly dari sebuah rumah di bilangan Bintaro dengan diampingi oleh polisi. Tujuan penjemputan paksa putri sulungnya untuk visum.  

Belakangan ini mencuat berita isu bahwa Lolly hamil di luar nikah dan telah melakukan aborsi sebanyak dua kali.

Kisah pertikaian antara Nikita dan Lolly telah menarik perhatian banyak orang. Konflik antara ibu dan anak ini menunjukkan betapa pentingnya hubungan dan komunikasi yang seimbang dalam keluarga.

Di tengah berbagai masalah, kita dapat menemukan pelajaran berharga tentang parenting.


Baca Juga: Pengin Punya Anak Penurut, Ini Hal yang Harus DIperhatikan Orang Tua!

Pola parenting Nikita juga dapat menjadi bahan refleksi. Dalam usaha melindungi dan mendidik Lolly, mungkin Nikita tidak sengaja menerapkan pendekatan yang terlalu otoriter.

Hal ini dapat membuat anak merasa terjebak dan tidak memiliki kebebasan untuk berkembang. Penting bagi orang tua untuk menemukan keseimbangan antara memberikan bimbingan dan memberikan kebebasan kepada anak.


Jangan lakukan toxic parenting.

Nikita sering kali menerapkan pola parenting yang dapat dianggap sebagai toxic parenting. Pendekatan yang terlalu mengontrol dan kritis dapat membuat Lolly merasa terjebak dan tidak berharga.

Sikap ini berpotensi merusak kepercayaan diri anak dan menyebabkan ketegangan yang lebih dalam. Dalam hal ini, penting bagi orang tua untuk menyadari dampak dari kata-kata dan tindakan mereka.arenting 
 


Komunikasi yang tidak efektif

Pertama-tama, penting untuk menyadari bahwa komunikasi adalah kunci. Nikita dan Lolly menunjukkan bagaimana hubungan yang tidak seimbang dapat menyebabkan kesalahpahaman dan pertikaian.

Ketika seorang anak merasa suaranya tidak didengar, ia mungkin merasa terpaksa melawan, seperti yang terjadi dalam kisah ini.

Ini mengingatkan kita bahwa sebagai orang tua, kita perlu memberikan ruang bagi anak untuk berbicara dan mengekspresikan perasaannya tanpa merasa tertekan.