Menghadapi Lingkungan Kerja Toxic, Apakah Resign Selalu jadi Solusinya?

Lingkungan kerja toxic mempengaruhi kesehatan mental karyawan. Sumbernya gambar freepik.com

Like
Pengalaman Pahit Mungkin Tidak Menyenangkan untuk dikenang tetapi Selalu Ada Pelajaran yang dapat Diambil dari Setiap Kejadian. 
 
Be-emers, lingkungan kerja toxic bisa terjadi pada jenis pekerjaan apapun. Karena bukan karena pekerjaannya yang menjadi faktor utama lingkungan toxic terjadi tetapi karena perilaku individu yang menyebabkan lingkungan buruk itu terbentuk.

Lantas, apa yang harus dilakukan jika bekerja di lingkungan toxic? Apakah keluar menjadi satu-satunya solusi tepat? 
 
Sebelum memutuskan untuk keluar dari pekerjaan tersebut, mari kita ketahaui terlebih dahulu mengapa terjadi lingkungan kerja yang toxic dan menemukan solusi sehingga dapat mengambil keputusan tepat. 
 
Lingkungan kerja dikatakan toxic karena lingkungan kerja cenderung tidak sehat dan negatif, sehingga pekerjaan dan semuanya yang berada di lingkungan tersebut merasa tidak nyaman. Pada akhirnya mempengaruhi kinerja karyawan. 
 
 

Tanda-Tanda Lingkungan Kerja Toxic

Sebelum mengambil kesimpulan dan menyalahkan lingkungan atau tempat kerja toxic. Beberapa tanda bahwa be-emers mungkin memang benar-benat berada di lingkungan kerja toxic meliputi:
  • Sering terjadi konflik antar karyawan. 
  • Atasan tidak mendukung kinerja karyawan bahkan cenderung mengabaikan masalah yang terjadi. 
  • Tuntutan dan tekanan kerja berlebihan. 
  • Kurangnya apresiasi atau penghargaan atas kinerja.
  • Komunikasi yang buruk sehingga sering terjadi kesalahan pahaman yang berujung konflik. 

Mengapa Terjadi Lingkungan Kerja Toxic?

Ada beberapa alasan mengapa lingkungan kerja bisa menjadi toxic. Seperti yang telah disinggung sebelumnya, masalah ini berasal dari perilaku individu yang menciptakan budaya kerja yang tidak sehat. Berikut beberapa faktor utama yang dapat menyebabkan lingkungan kerja toxic adalah sebagai berikut:
 

1. Pemimpin Tidak Profesional

Berbicara tentang lingkungan kerja toxic, saya pribadi pernah mengalami hal tidak menyenangkan tersebut. Meskipun tidak lagi bekerja dan mendapatkan pekerjaan baru di bidang yang sama. Namun, saya masih berpikir, mengapa hal-hal tidak nyaman itu terjadi. Pada akhirnya dapat disimpulkan bahwa ketidak profesionalan pemimpin menjadi salah satu penyebabnya.
 
Hal tersebut terjadi karena mungkin, kepala sekolah merasa mempunyai kuasa. Bagaimana pun juga, kepala sekolah tempat saya mengajar dulu adalah istri dari ketua yayasan, yang mana nama ketua yayasan hanyalah pemilik dibatas kertas. Karena sejatinya, sang istri (kepala sekolah) adalah pemilik sebenarnya. 
 

2. Kurangnya Komunikasi yang Efektif 

Komunikasi yang buruk bisa menjadi akar dari banyak masalah di tempat kerja. Atasan yang tidak mendengarkan karyawan dan karyawan yang lebih sering berbicara di belakang. Pada akhirnya komunikasi tidak berjalan semestinya. Kesalahan paham pun tidak terelakkan. 
 

3. Budaya Kerja yang Tidak Sehat 

Ketika ketidakprofesionalan terjadi, pada akhirnya menimbulkan persaingan tidak sehat. Siapa yang lebih dekat dengan atasan akan lebih mungkin untuk naik jabatan dan lain sebagainya.
 

4. Tuntutan Kerja yang Berlebihan 

Beban kerja yang tidak realistis, deadline yang ketat, dan tuntutan kerja yang terus-menerus dapat menciptakan tekanan yang berlebihan. Pada akhirnya besarnya gaji yang didapatkan menjadi awal ketidak puasan. Ketika rasa tidak puas muncul akan mempengaruhi kinerja karyawan.

Beban kerja akan terasa semakin berat dan karyawan merasa terus-menerus dikejar oleh pekerjaan. Hal tersebut memengaruhi kesejahteraan karyawan secara keseluruhan.