3 Cara Mencegah Terjadinya Doom Spending

Doom Spending adalah perilaku membelanjakan uang secara implusif di tengah ketidakpastian ekonomi (Foto Freepik.com)

Like

Saat ini, cukup viral terkait fenomena doom spending yang terjadi terutama di kalangan generasi gen Z.. Sebetulnya bukan hanya gen Z saja yang terkena doom spending, hampir tiap generasi pun mengalami serta merasakan.

Secara pengertian sederhana, doom spending merupakan sebuah perilaku berbelanja yang impulsif dan terjadi akibat dari sebuah reaksi stress berlebih yang dipicu oleh berita buruk ataupun suasana hati yang buruk. 

Maka dari itu, orang yang terjebak dalam situasi doom spending tidak memiliki pengendalian diri yang cukup untuk menghindarkan diri dari impulsif buying.

Di era serba tidak menentu ini, tentu kebiasaan doom spending akan memberikan dampak buruk terutama bagi kesehatan finansial seseorang. 

Sebelum, saya beritahu cara mencegah terjadinya doom spending. Alangkah baiknya, memahami akar penyebab terjadinya perilaku doom spending pada seseorang. Nah, berikut penyebab doom spending yang sering terjadi : 


Baca Juga: Doom Spending: Fenomena Belanja Impulsif Gen Z yang Harus Diwaspadai

Doom Scrolling: Sadar atau tidak, saat ini manusia sangat akrab dan dekat dengan HP. Bahkan seringkali menghabiskan banyak waktu untuk scrolling via HP. Seringkali, seseorang melakukan aktivitas scrolling berlebihan terhadap pemberitaan atau info negatif.

Atau membaca informasi buruk di media sosial dan memicu keinginan untuk berbelanja secara berlebihan karena merasa stres.

Stres dan kecemasan berlebihan, kedua hal ini pun memicu keinginan berbelanja secara berlebihan dengan harapan memperoleh rasa tenang dan senang. Padahal, kalaupun ada rasa senang dan tenang itu hanya hadir sesaat saja. 

Terpengaruh oleh Influencer, seringnya dengan melihat dan scrolling social media seseorang merasa lebih mudah dipengaruhi oleh informasi dan gaya hidup dari para influencer yang terlihat bahagia serta puas setelah membeli sesuatu. 

Gaya hidup konsumtif, pada dasarnya orang tersebut sudah memiliki gaya hidup konsumtif dan semakin terpacu karena stress, doom scrolling bahkan informasi menggiurkan dari para influencer.