Fenomena Quiet Quitting, Bagaimana Dampak Positif dan Negatifnya?

Quiet quitting adalah fenomena orang bekerja hanya sesuai jobdesk (Foto sumber: freepik.com)

Like

Quiet Quitting adalah seorang pekerja hanya melakukan pekerjaan sekedarnya, artinya tanpa ekstra mile.  Jika diperintahkan lakukan A, maka  ia hanya kerjakan sesuai dengan perintah A.  Bekerja juga sesuai dengan jam kerja kantor yaitu 08.00-17.00

Lalu, dia akan pulang sesuai dengan jam yang ditentukan, tanpa peduli meskipun atasan minta hadir untuk meeting.  

Fenomena Quiet Quitting jadi sebuah dilema bagi karir pekerjaan seseorang. Atasan akan menilai apa motivasi dibalik quiet quitting yang dimiliki oleh pekerjanya.
 

Definisi Quite Quitting

Quiet quitting adalah fenomena di mana seorang karyawan melakukan pekerjaan sesuai dengan yang diminta, namun tidak lebih dari itu.

Mereka tidak lagi berusaha untuk melakukan ekstra kerja atau berkomitmen lebih pada perusahaan. Istilah ini tidak berarti karyawan tersebut berhenti bekerja, melainkan hanya menjalankan tugasnya secara minimalis, tanpa memberikan usaha lebih atau mencari peluang untuk berkembang.

Baca Juga: Quiet Quitting, Dampak dan Solusinya Bagi Karyawan dan Tempat Kerja


Fenomena quiet quitting muncul sebagai respons terhadap tekanan kerja yang berlebihan, kurangnya apresiasi, atau ketidakpuasan terhadap pekerjaan.

Karyawan yang melakukan quiet quitting biasanya tidak menunjukkan semangat atau motivasi tambahan untuk memberikan lebih dari yang diharapkan.


Dampak Positif Quiet Quitting

Walaupun terdengar negatif, quiet quitting dapat memiliki dampak positif dalam beberapa situasi. Salah satu dampaknya adalah mengurangi stres dan kelelahan akibat beban kerja yang berlebihan.

Karyawan yang terjebak dalam budaya kerja yang menuntut sering merasa kelelahan fisik dan mental. Dengan melakukan quiet quitting, mereka mungkin merasa lebih seimbang dan terjaga kesejahteraan psikologisnya.

Selain itu, quiet quitting bisa menjadi tanda bagi perusahaan untuk meninjau ulang kebijakan dan budaya kerjanya. Ini bisa memicu perusahaan untuk menciptakan lingkungan yang lebih mendukung, memberikan pengakuan lebih kepada karyawan, dan menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi.