Catatan Petani Milenial: Kenapa Daun Tanaman Padi Bisa Kering? Ini Penyebab dan Solusinya

Tanaman Padi dengan Kondisi Daun Menguning dan Kering (Sumber Gambar: Koleksi Pribadi Penulis)

Like

Menanam padi bukan hanya soal mengairinya dengan air atau ... memberinya pupuk sesuai dengan dosis.

Bener enggak, Be-emers?

Seorang petani juga harus bisa menjaga tanaman padinya dari berbagai serangan, baik hama, bakteri, jamur, serta virus.


Mengenal Bakteri Penyerang Tanaman Padi


Pernah enggak Be-emers melihat tanaman padi seperti ini?

 

Tanaman Padi yang Terserang Penyakit Hawar Daun Bakteri (Sumber Gambar: Koleksi Pribadi Penulis)

 

“Awalnya tanaman padi terlihat bagus, daun hijau …. Bakal bulir padi mulai terlihat. Sekitar dua atau tiga hari setelahnya, tiba-tiba daun menguning. Saya keget, wah kenapa ini?” terang Ruri.

“Saya tidak berani nyemprot dengan insektisida serangga lagi, khawatir tanaman saya rusak karena pemakaian insektisida berlebih. Selang beberapa hari setelah menguning, daun menjadi kering, warnanya hitam keabu-abuan.” Pemuda itu terlihat melepas topi bermotif loreng yang sedari tadi ia pakai sembari melihat tanaman padi di sawahnya. 


Untung saja, tanaman padi tersebut tidak disemprot dengan insektisida serangga. Jika saja hal itu dilakukan, dia akan bersedih dua kali lipat.

Pertama, tanaman padinya akan tetap menguning dan lama-lama jadi kering. Kedua, dia kehilangan uang puluhan ribu untuk membeli insektisida serangga.

Kenapa bisa begitu?

Karena yang menyerang tanaman padinya bukan serangga.

Kondisi tanaman padi dengan daun yang mengering ini ternyata akibat serangan bakteri. Jenis bakterinya bernama Xanthomonas oryzae pv. oryzae (Xoo).

Tahu enggak Be-emers? Ternyata …. bakteri ini menyerang tanaman padi pada semua fase pertumbuhan. Dikutip dari laman resmi Kementrian Pertanian RI, bakteri ini tidak hanya menyerang tanaman padi menjelang panen, namun ia juga menyerang tanaman padi saat usia muda.

Pernah dengar istilah penyakit “kresek” enggak, Be-emers?

Ternyata, istilah penyakit “kresek” ini mengacu pada tanaman padi muda yang terserang bakteri Xanthomonas oryzae pv. oryzae (Xoo). Serangannya menyebabkan tanaman layu, kemudian mati. Ketika bakteri ini menyerang tanaman padi dewasa, akan muncul gejala hawar (blight). Oleh karena itu, juga ada istilah Penyakit Hawar Daun Bakteri (HDB).

Berdasarkan jurnal ilmiah internasional tahun 2020, Rice Science, yang ditulis oleh Nan Jiang dan teman-temannya, penyakit ini memiliki pengaruh yang besar bagi produksi padi, tidak hanya di Indonesia, melainkan seluruh dunia.

“Kalau seperti ini terus, petani bisa gagal panen. Saya lihat, sawah yang lain juga sama. Bahkan ada yang masih usia 30 hari sudah menguning,” jelas Ruri sambil berjalan di pematang sawah.
 
Lantas, apa yang harus petani lakukan?

Pertama, petani harus mengenali penyebabnya. Setelah mengenali penyebabnya, petani harus mencari solusinya.


Penyebab Tanaman Padi Terserang Xanthomonas oryzae pv. oryzae (Xoo)


Salah satu faktor penting dalam bercocok tanam adalah lingkungan. Lingkungan yang mendukung berkembangnya organisme ini adalah lingkungan dengan tingkat kelembapan yang tinggi. Kondisi tersebut dapat terjadi di kala musim hujan datang.

Be-emers, ternyata bakteri ini tidak hanya datang saat musim hujan loh ….

Mereka juga bisa datang saat tanaman padi terus tergenang air. Oleh karena itu, petani perlu mengatur suplay air yang masuk ke sawah. Walaupun padi merupakan jenis tanaman yang membutuhkan air, tapi pemberian air yang berlebihan juga tidak baik untuk keberlangsungan hidupnya.

Faktor lainnya adalah pemupukan. Berdasarkan informasi dari laman resmi Kementrian Pertanian RI, penggunaan pupuk dengan kadar Nitrogen yang tinggi tanpa diimbangi dengan pemberian pupuk Kalium juga dapat menyebabkan tanaman terserang penyakit hawar daun bakteri.

Setelah kita mengetahui penyebabnya. Apa yang harus dilakukan?


Solusi Agar Tanaman Padi Tidak Diserang Xanthomonas oryzae pv. oryzae (Xoo)


Eits, tunggu dulu Be-emers!

Berdasarkan studi lapangan yang telah penulis lakukan, pengendalian terhadap kasus penyakit ini tidak serta merta berhasil dengan satu atau dua langkah, walau sudah dilakukan dengan hati-hati.

Karena apa?

Karena tidak semua petani menerapkan pengendalian terhadap penyakit ini.

Pada daerah dataran tinggi, di mana petakan sawah antara petani satu dengan yang lainnya cukup dekat. Sawah yang mereka garap juga tidak begitu luas. Sistem pengairannya bergilir dari satu sawah ke sawah berikutnya.

Apa bila salah satu dari mereka menerapkan pengendalian terhadap bakteri ini, sedangkan yang lainnya tidak, maka tanaman padi di daerah itu bisa saja terserang penyakit, tanpa terkecuali.
 
Oleh karena itu, penanganannya harus terintegrasi secara menyeluruh untuk suatu daerah tertentu.

Perlu adanya koordinasi antar petani, sehingga tanaman padi di daerah tersebut bisa bebas serangan penyakit hawar daun bakteri.

Tentunya tidak mudah untuk melakukan koordinasi antar petani. Lebih baik jika ada pihak yang mewadahi.

Sebagai contoh, Pupuk Kaltim, adalah salah satu perusahaan yang terlibat aktif dalam keberlajutan sektor pertanian. Melalui program-programnya yang terstruktur dan terintegrasi dengan baik, sudah banyak pencapaian yang diperoleh.

Salah satunya adalah keberhasilan mereka dalam program PKT BISA, sebuah program terpadu yang dibuat oleh Pupuk Kaltim bersama para petani beserta kelompok masyarakat lainnya.

Demi mewujudkan tercapainya kemajuan sektor pertanian yang berkelanjutan, lembaga pemerintah tingkat desa atau daerah bisa membuat program-program yang terintegrasi, seperti yang dibuat oleh Pupuk Kaltim. Sehingga para petani bisa bekerjasama mewujudkan swasembada pangan yang sedang menjadi prioritas pemerintah.

Berdasarkan informasi dari laman resmi Kementrian Pertanian RI ada beberapa cara pengendalian yang dapat dilakukan oleh petani agar penyakit hawar daun bakteri tidak hinggap pada tanaman padi mereka. 

Pertama, gunakan bibit atau benih yang sehat dan tahan terhadap bakteri. Petani juga tidak dianjurkan untuk menggunakan bibit yang sebelumnya sudah terserang jenis penyakit ini.

Kedua, lakukan cara tanam yang benar, yaitu dengan menerapkan pengairan berselang (intermediet irrigation).

Ketiga,  lakukan pemupukan yang seimbang. Pemberian pupuk dengan kadar Nitrogen yang tinggi tidak dianjurkan. Sebaiknya petani memberikan pupuk Nitrogen dan Kalium secara berimbang.

Keempat, lakukan sanitasi terhadap lingkungan. Petani perlu menjaga kebersihan lahan pertanian mereka, agar tidak menjadi inang atau tempat hidup bagi bakteri.

Kelima, lakukan pengaturan jarak tanam. Jarak tanam yang terlalu pendek dapat meningkatkan resiko tumbuhnya bakteri di lahan pertanian.

Jika tanaman padi sudah terlanjur diserang oleh penyakit hawar daun bakteri, petani bisa melakukan pengendalian secara kimia. Petani dapat menggunakan bakterisida tertentu untuk mencegah efek berkelanjutan dari adanya bakteri Xanthomonas oryzae pv. oryzae pada tanaman padi.

Semoga ke depan, tanaman padi Be-emers enggak  diserang lagi oleh Xanthomonas oryzae pv. oryzae (Xoo)!


#BisnisMudaWritingCompetition2025

#writingcompetition2025

#BisnisMudaxPupukKaltim