Kisah Nanas Subang yang Jadi Primadona, Tak Hanya Soal Rasa

Meresapi cerita di balik nanas Subang yang membuat lidah bergoyang

Like

Sabtu, 14 Juni 2025, cuaca terik tak menghalangi kami generasi muda yang haus akan sejarah menapaki tanah Subang.

Bagi kamu yang belum tahu, Subang memiliki julukan menarik yaitu Kota Nanas. Julukan ini rupanya disematkan karena sebagian besar masyarakat Kasomalang, Subang, Jawa Barat berprofesi sebagai petani nanas. Subang dikenal karena rasa nanasnya yang manis dan kesegaran yang khas. Wah!

Menyusuri perkebunan dan menahan perih area kaki yang tercucuk 'mahkota' nanas, tibalah kami di hamparan kebun nanas yang luas.

"Selamat datang di wilayah kami, di sini penghasil nanas yang rasanya segar dibanding kawasan lain" sebut saja Pak Budi, salah satu pemerhati yang tergabung dalam komunitas Desa Wisata Kasomalang Kulon.

Menyicipi kesegaran nanas khas Subang sambil mendengarkan penjelasan Pak Petani (Dokumentasi Pribadi)


Dengan cermat dan tanpa ragu, Pak Budi menunjukkan kepada kami nanas khas Subang. Siapa  sangka, ternyata nanas bisa dibudidayakan di pot rumah! Semua itu tergantung dari asal bibit nanasnya, masa panennya akan berbeda.

"Ini tunas dari pohon nanas, kalau yang ini dari buah nanas. Keduanya sama bisa dijadikan bibit dan menghasilkan buah nanas. Yang membedakan adalah masa panen. Kalau tunas pohon hanya 8 bulan sudah bisa panen, sementara kalau dari tunas buahnya membutuhkan waktu 1 tahun baru bisa dipanen," jelas Pak Budi.


Kendati terdengar lama, Subang nggak main-main perihal komoditas nanas yang dihasilkannya. Merujuk data Badan Pusat Statistik Kabupaten Subang, angka produksi nanas di Kabupaten Subang pada 2024 menginjak  1.685.845,64 kuintal. Angka ini meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yaitu 1.674.136,22 kuintal pada tahun 2023. Kasomalang sendiri yang kami kunjungi hari itu pernah mencetak angka produksi nanas 2.579 ton dalam setahun! Kepala kami sibuk menghitung berapa pundi rupiah yang didapat hanya dari nanas!

Baca Juga: Arti Penting Pendampingan Literasi Keuangan untuk Masa Depan Petani

"Nanas itu gampang bu karena nggak perlu bongkar pasang bibit. Ini misal bawa 1 bibit cukup sedia media tanam di pot, bersihkan daunnya. Kalau beruntung bibitnya bagus, sekali panen bisa dapat 5 buah nanas," sambung Pak Budi.

Menariknya lagi, menanam buah nanas tidak ribet dalam hal perawatan. Nanas diibaratkan seperti kaktus yang minim perawatan. Jika terlalu intens disirami air, justru akan mudah busuk. Wah, cocok ini untuk generasi hobi rebahan seperti anak muda sekarang.

Faktor unik lain, Pak Budi menegaskan perbedaan nanas yang menunggu masa panen dengan nanas madu yang rasa manisnya lebih kentara itu. Katanya, nanas madu bisa manis sedemikian rupa karena faktor alam. 

Panen buah nanas madu dilakukan setelah nanas berusia 18 hingga 24 bulan, tergantung jenis bibit yang dipakai. Jika bibitnya berasal dari mahkota bunga bisa dipanen ketika umur 24 bulan sementara tanaman yang berasal dari tunas batang dipanen setelah umur 18 bulan. Kalau dipikir lebih lama dari nanas alami biasanya.

Baca Juga: Bukan Cuma Orang Tua, Gen Z Juga Harus Paham Pentingnya 5 Manfaat Ilmu Pertanian!

 

Nanas Berkelas Tak Lepas dari Pupuk Berkualitas

Nanas Subang naik kelas, bahkan sudah diekspor ke luar negeri (Dokumentasi Pribadi)


Wajar rasanya jika nanas khas Subang akhirnya naik kelas. Hal ini tak lepas dari dukungan setia Pupuk Kaltim sebagai penghasil pupuk urea terbesar di Indonesia bahkan Asia Tenggara. Konsisten berkontribusi mewujudkan misi Indonesia perihal ketahanan pangan, Pupuk Kaltim menghadirkan Program Makmur dan Agrosolution. 

Melalui program ini, Pupuk Kaltim aktif memberikan pendampingan dan ekosistem demi mendukung petani di Subang. Penyediaan pupuk berkualitas tinggi dan bantuan teknis dilakukan yang tujuannya meningkatkan hasil panen dan kesejahteraan petani di wilayah tersebut.