Masih Terbatas Akses Pendanaan, Industri Film Bakal Incar Investor Ritel?

Movie - Canva

Like

Industri perfilman Indonesia terus berkembang. Bahkan, meski menghadapi pandemi dan bioskop yang sempat tutup, film-film tanah air tetap eksis.

Sejumlah film pun lagi diproduksi, dan bahkan sudah siap untuk rilis nih. Misalnya saja, ada film Story of Kale  yang sukses menggaet penonton di platform video on demand, hingga sekuel Petualangan Sherina 2 yang siap rilis tahun depan.

Di sisi lain, rupanya industri film juga masih terbatas dalam akses pendanaan lho.

Soalnya, belum banyak investor, yang benar-benar masuk ke dalam sektor ini karena sejumlah alasan. Salah satunya, yakni pertimbangan risiko.

Baca Juga: 10 Makna Story of Kale, Belajar Memahami Diri Sendiri


Menurut CEO & Founder Visinema Pictures Angga Dwimas Sasongko, dikutip dari Bisnis, hal tersebut berpengaruh terhadap perkembangan industri perfilman tanah air.

Angga menuturkan, para “pemain besar” datang dari usaha turunan. Alhasil, sedikit banget untuk bisa lihat potensi, yang mana para “pemain baru” di industri ini harus tiarap karena enggak punya akses modal.

Bahkan, hal itu juga sempat dialami sama Visinema lho, Be-emers. Dari pengalamannya, Angga mengatakan kalau di awal itu cukup sulit.

Soalnya, investor juga akan melihat track record. Selain itu, hal-hal lain seperti entitas, accountable, dan good governance juga kerap jadi pertimbangan investor.
 

Strategi Rumah Produksi Gaet Investor

Makanya, penting juga bagi pelaku industri film, terutama rumah produksi, untuk memperhatikan sejumlah hal yang jadi pertimbangan investor.

Hal itu juga yang dilakukan Visinema. Selama 12 tahun, Visinema Pictures telah membangun reputasi dan integritas.

Angga juga yakin, modal utama dari mencari investor bukan cuma proposal yang bagus atau bisnis model yang keren nih. Namun, juga track record dari perusahaan film itu sendiri.

Enggak tanggung-tanggung, selama ini pihak Visinema Pictures diketahui menerapkan standar yang sama pada operasionalnya, baik itu saat mengerjakan film besar maupun kecil.

Lebih dari itu, pihaknya pun percaya, investor bukan tentang uang atau investasi, melainkan ikhtiar untuk mengembangkan bisnis bersama-sama. Wuih, salut!

Sementara itu, menurut CEO Jagartha Advisors FX Iwan, berkembangnya teknologi dan keterbukaan, faktor risiko di industri perfilman mampu diminimalisir. Apalagi, telah banyak perusahaan film yang melakukan diversifikasi usaha untuk mendatangkan lebih banyak cuan.

Makanya, dirinya pun berharap agar lebih banyak lagi investor yang melirik industri film secara serius, terutama investor ritel. Adapun, saat ini, perusahaan film yang sudah melantai di bursa dalam negeri yaitu MD Pictures dengan kode saham FILM.

Baca Juga: Library Pictures Bakal Danai CJ Entertainment untuk Produksi Film di 3 Negara, Indonesia Salah Satunya Lho!