Sering Dianggap Sama, Berikut 5 Perbedaan Dropship dan Reseller

Perbedaan dropship dan reseller (Sumber: Pixabay.com)

Like

Memulai bisnis di zaman modern ini semakin mudah, meski kamu hanya memiliki modal terbatas sekalipun. Sebut saja bisnis dengan sistem dropship dan reseller, yang tidak memerlukan modal besar. Selain itu kedua sistem bisnis ini relatif mudah untuk dilakukan oleh siapa saja.

Menurut Neil Patel memiliki usaha bisnis E-commerce memang tidaklah mudah jika kamu seorang pekerja Namun, bukan menjadi hal yang tidak bisa dilakukan. Ia mengemukakan bahwa hal yang harus diperhatikan adalah perencanaan dan fokus ke depannya. Jika reseller maka kemungkinan brandmu akan tumbuh dengan kredibel sudah bisa dipastikan. 

Berbeda dengan menjadi dropshipper, kamu memang bisa lebih untung, hemat atau terasa mudah. Namun, kredibilitas brand tidak selamanya terjamin dan bisa kamu teruskan, semua berdasarkan ketersediaan supplier. Masing-masing memiliki nilai tambahnya. 

Namun tahukah kamu apa perbedaan dropship dan reseller ? Meski mirip bahkan sering dianggap sama, ternyata dropship memiliki perbedaan dengan reseller. Berikut perbedaan antara sistem bisnis dropship dan sistem reseller, simak ulasan selengkapnya.


1. Kepemilikan Modal

Perbedaan pertama antara dropship dan reseller bisa kamu lihat dari kepemilikan modalnya. Dimana seorang reseller yang merupakan pelaku usaha dengan cara menjual kembali produk atau jasa dari distributor, produsen, atau supplier, harus memiliki modal terlebih dahulu.

Modal ini digunakan untuk membeli stok barang dari produsen, yang nantinya akan dijual kembali. Sementara itu dropship umumnya cenderung tidak membutuhkan modal banyak, sebab mereka hanya menjadi perantara antara konsumen dan produsen.


Baca juga:  5 Kata Kata Menarik Untuk Promosi Makanan


2. Stok Barang

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya bahwa dropship merupakan perantara antara konsumen dan produsen. Jadi dropship biasanya tidak memiliki stok barang yang mereka jual. Jadi tugas dropshipper hanya mencari konsumen, yang tertarik atau membutuhkan barang yang mereka jual.

Apabila ada pesanan masuk, maka seorang dropshipper hanya perlu meneruskan detail order serta alamat pengiriman pada supplier atau produsen. Perbedaan dropship dan reseller bisa kamu lihat di sini, sebab reseller sebaliknya harus memiliki stok barang yang akan dijual.

Barang ini mereka beli dari produsen atau supplier dalam jumlah yang relatif banyak, sehingga mereka mendapat harga yang lebih murah. Selanjutnya barang tersebut akan dijual kembali dengan harga yang kompetitif di pasaran.


3. Keuntungan

Karena reseller bisa menjual produk dengan harga yang lebih kompetitif, maka keuntungan yang bisa diperoleh oleh reseller tentunya lebih banyak bila dibandingkan dengan sistem dropship. Selain itu seorang reseller akan memiliki margin yang jauh lebih besar.

Pasalnya reseller ini bisa bebas mematok harga tertentu yang mereka inginkan, ketika hendak menjual kembali barang yang telah dibeli dari produsen atau pemasok. Hal ini berbeda dengan dropship, karena harganya telah ditentukan oleh produsen sendiri sehingga keuntungan lebih kecil.

Baca juga: 5 Cara Menentukan Harga Grosir dan Eceran yang Tepat


4. Risiko


Perbedaan dropship dan reseller juga ada pada risikonya, meski keuntungan yang bisa diperoleh oleh reseller jauh lebih banyak namun risiko yang harus dihadapi juga tentunya akan jauh lebih besar. Sebab reseller harus menyimpan sendiri stok barang yang ada.

Jadi bila barang tidak laku, maka reseller sendiri yang akan mendapat kerugiannya. Sementara dropship lebih minim risiko, sebab mereka hanya perantara yang tidak perlu menyimpan stok barang. Selain itu modal yang dikeluarkan juga tidak banyak, jadi kerugian yang didapat sangat minim.


5. Strategi Pemasaran

Strategi pemasaran antara sistem dropship dan reseller juga sedikit berbeda, meski terkadang keduanya berkecimpung pada bidang yang sama. Karena reseller menyimpan dan memiliki stok barang sendiri, maka mereka bisa bebas memasarkan baik secara online maupun offline.

Sedangkan dropship promosinya sangat bergantung pada media online, misalnya sosial media, grup chat, website, dan lain sebagainya karena mereka tidak memiliki stok barang sendiri. Strategi pemasaran ini menjadi salah satu perbedaan dropship dan reseller.

Baik reseller maupun dropship, keduanya tentu memiliki keunggulan serta risikonya masing masing. Jika kamu ingin keuntungan lebih besar, silahkan pilih menjadi reseller. Namun apabila kamu tidak ingin mendapat risiko yang tinggi, maka dropshipper bisa menjadi pilihan.

Baca juga:  4 Tips Mengatur Keuangan dengan Benar Agar Pengeluaran Tidak Membengkak