Scared - Canva
Likes
Beberapa waktu lalu, jagat Twitter sempat ramai dengan tagar Xenophobia. Hal itu terjadi seiring dengan hebohnya kasus Kristen Gray di jagat media sosial.
Bule asal Amerika Serikat itu mendadak viral karena kedapatan menjual e-book yang mana mengajak para warga asing lainnya untuk tinggal di Bali selama pandemi Covid-19. Grey pun memposting hal itu di twitter pribadinya.
Alhasil, Gray yang diduga tinggal di Bali secara ilegal itu mendapat cibiran dari para netizen. Parahnya sih, cibiran dari netizen itu bahkan sempat menuai pro-kontra karena disinyalir mengandung unsur rasisme.
Benarkah begitu? Atau hanya sekedar Xenophobia?
Lalu, apa itu Xenophobia?
Baca Juga: Anxiety Disorder Adalah Penyakit Mental, Bukan Penghalang Sukses!
Seperti yang diketahui dari laman Bisnis, Xenophobia merupakan sebuah rasa ketidaksukaan atau ketakutan terhadap orang-orang dari negara lain, atau yang dianggap asing.
Sementara itu, sejumlah sumber bahkan mengatakan kalau salah satu jenis phobia ini terbentuk dari sebuah rasa irasional dan ketidakmasukakalan.
Di satu sisi, Xenophobia merupakan istilah yang luas dan bisa diterapkan pada ketakutan apapun terhadap seseorang yang berbeda dari kita.
Nah, Xenophobia sering tumpang tindih dengan bentuk prasangka termasuk rasisme dan homofobia nih, Be-emers. Namun, ternyata ada perbedaan penting di antara semuanya.
Rasisme, homofobia, dan bentuk diskriminasi lainnya didasarkan pada karakteristik tertentu. Berbeda dengan Xenophobia, yang biasanya berakar pada persepsi bahwa anggota kelompok luar adalah orang asing bagi komunitas dalam kelompok.
Selain itu, Xenophobia juga dikaitkan dengan tindakan pengrusakan dan kekerasan skala besar terhadap sekelompok orang.
Nah, karakteristik dari Xenophobia antara lain:
- Merasa tidak nyaman di sekitar orang-orang yang termasuk dalam "kelompok" yang berbeda
- Berusaha keras untuk menghindari area tertentu
- Menolak berteman dengan orang lain hanya karena warna kulit, cara berpakaian, atau faktor eksternal lainnya
- Kesulitan menanggapi supervisor dengan serius atau berhubungan dengan rekan satu tim yang tidak termasuk dalam kelompok ras, budaya, atau agama yang sama
Namun, kebanyakan orang xenofobia tidak benar-benar fobia lho. Menariknya, orang yang mengekspresikan xenofobia biasanya percaya bahwa budaya atau bangsanya lebih unggul, ingin menjauhkan imigran dari komunitasnya, dan bahkan mungkin melakukan tindakan yang merugikan mereka yang dianggap sebagai orang luar.
Adapun, Xenophobia tidak dikenali sebagai gangguan mental dalam Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental (DSM-5). Namun, beberapa psikolog dan psikiater telah menyarankan bahwa rasisme dan prasangka yang ekstrim harus diakui sebagai masalah kesehatan mental.
Oh iya, ada dua tipe utama Xenophobia lho, Be-emers. Tipe Xenophobia ini antara lain:
Xenofobia budaya
Jenis ini melibatkan penolakan objek, tradisi, atau simbol yang terkait dengan kelompok atau kebangsaan lain. Hal ini dapat mencakup bahasa, pakaian, musik, dan tradisi lain yang terkait dengan budaya.
Xenofobia imigran
Jenis ini melibatkan penolakan orang-orang yang tidak dipercayai oleh individu xenofobia dalam masyarakat ingroup. Hal ini dapat mencakup penolakan orang dari agama atau kebangsaan yang berbeda dan dapat mengarah pada penganiayaan, permusuhan, kekerasan, dan bahkan genosida.
Baca Juga: Jaga Kesehatan Mental, Bercocok Tanam Bisa Jadi Pilihan Nih
Tulis Komentar
Anda harus Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.