Lulusan 2020 Apa Kabar?

Menjadi Sarjana (sumber gambar:https://www.flickr.com/photos/lesroches/8948719963)

Like

2020 adalah tahun yang cukup berat bagi kita semua. Termasuk diriku, yang lulus sebagai sarjana manajemen perhotelan di Januari 2020 lalu. Industri ini memang terpukul berat di masa Covid-19 ini.

Buktinya, hanya 2 dari 21 teman sekelasku yang berhasil mempertahankan pekerjaannya. Meskipun aku mengambil jalan yang berbeda dari teman-temanku, dengan melanjutkan kuliah Bahasa Mandarin di Cina ketimbang bekerja setelah lulus kuliah. Rencanaku untuk lanjut kuliah pun terpaksa tertunda.

Dengan rencana-rencana yang harus ditunda dan digantikan dengan karantina ini, aku memutuskan untuk mengikuti optional online class dari universitasku. Namun, dangan banyaknya berita yang mengabarkan bahwa industri perhotelan tidak akan pulih dalam dua tahun ini dan ketidakpastian kapan universitas di Cina dibuka kembali, membuatku khawatir.

Bagaimana jika jurusan kuliah yang sudah aku pelajari maupun bahasa yang sedang aku pelajari ini tidak akan berguna dalam beberapa tahun mendatang? Akhirnya, pikiran-pikiran ini membuatku memutuskan untuk berhenti dari online class dan belajar saham.

Untungnya, keputusanku ini sangat didukung ayahku. Dia rela meminjamkan akun sekuritasnya, sehingga aku dapat mempelajari saham. Setelah mempelajarinya selama satu bulan, aku sadar untuk trading atau berinvestasi dalam saham kita harus lebih update tentang ekonomi Indonesia.


Dalam hal ini Bisnis.com telah membantuku untuk mengerti banyak hal. Mulai dari mengetahui apa itu arti dari surplus dagang, betapa pentingnya peran asing dalam Bursa Efek Indonesia (BEI), dan saham saham apa saja yang termasuk dalam blue chip.

Keuntungan untuk mempelajari saham tidak hanya sampai disitu. Ternyata, menabung saham sangatlah penting dalam hidup dan cuan kita.

Bukan hanya karena metode yang mudah, tapi saham juga akan memberikan cuan yang lebih besar dan relatif lebih cepat jika dibandingkan dengan properti dan deposito. Meski begitu, kita harus tetap berhati-hati dengan risiko yang ada dalam dunia saham.

Bagiku, risiko saham saat ini terasa seperti fobia. Bagaimana tidak? Indonesia dikelilingi oleh Malaysia dan Singapura yang saat ini sedang terancam resesi.

Ditambah dengan resiko datangnya gelombang kedua Covid-19 di Indonesia, membuat investasi sangatlah berisiko. Oleh karena itu, saya telah memutuskan untuk mengikuti webinar-webinar yang akan menambah pengetahuan bagaimana cara memanfaatkan risiko Covid-19 ini menjadi lebih menguntungkan. 

Berdasarkan pengalaman saya, meskipun saham-saham saya sudah untung 20%. Namun, di tanggal 10 Mei, Indonesia mencapai kasus penambahan corona tertinggi, yakni 1.241 kasus. Dengan kepanikan ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga menurun.

Akhirnya, saya memutuskan untuk menjual semua saham saya dengan presentase keuntungan yang menurun 5%. Anehnya, di tanggal 11 Mei ini, IHSG bisa dengan cepat rebound di sesi kedua.

Walau 5%, keuntungan saham ini sudah saya lewatkan. Tetapi, karantina ini telah menunjukan bahwa sebenarnya kita lebih dari jurusan-jurusan yang kita ambil di kuliah dan kita bisa mengerjakan apa pun yang kita mau. Akhir kata, saya berharap para sarjana lulusan 2020 sehat selalu dan bisa rebound juga ya seperti IHSG :)