Dibayangi Utang, Gimana Nasib Supplier Prada Ini di Sektor Pakaian Jadi Indonesia?

Prada - Canva

Like

Pakaian bukan cuma jadi kebutuhan primer, melainkan sudah menjadi bagian dari gaya hidup. Meski begitu, sektor pakaian jadi di Indonesia juga menjadi sorotan karena para perusahaan pakaian lagi alami kesulitan di pasar kredit, salah satunya yakni Pan Brothers.

Hal itu pun kemudian memicu kekhawatiran yang lebih luas di sektor pakaian jadi, yang notabene sangat rentan sama permintaan global nih, Be-emers.

Diketahui, PT Pan Brothers Tbk. merupakan perusahaan tekstil yang cukup ternama di Indonesia. Bahkan, emiten dengan kode saham PBRX ini merupakan pembuat pakaian untuk brand ternama kayak Prada, Ralph Lauren, dan Adidas lho!

Baca Juga: Intip Kisah CEO Farfetch Jose Neves Soal Pandemi yang Picu Penjualan Fashion Online Yuk!
 

PBRX Dibayangi Utang dan Tekanan di Industri Pakaian Jadi

Meski begitu, dari data Bloomberg, obligasi dolar pabrikan PBRX merosot minggu lalau ke rekor terendah sekitar US$36,7 sen.

Hal itu terjadi setelah pihaknya menunda penawaran utang global baru dan harus mendapatkan perpanjangan, sementara dari kreditor atas pinjaman dalam mata uang AS.


Selain itu, PBRX dan anak usahanya harus bayar atau membiayai kembali US$310 juta utang luar negeri tahun ini dan tahun depan, yang terdiri dari pinjaman dan obligasi sebesar US$171 juta yang akan jatuh tempo pada Januari 2022.

Diketahui, Pan Brothers sedang melanjutkan pembicaraan dengan pihak bank untuk pinjaman sindikasi baru. Sebelumnya, PBRX mengatakan bakal menggunakan dana dari obligasi global baru untuk melunasi hutangnya.

Sayangnya, mungkin PBRX harus menghadapi kesulitan menarik investor, dengan catatan perdagangan yang tertekan.

Masalahnya, perusahaan pakaian terbesar kedua di Indonesia tersebut juga menunjukkan tekanan yang lebih luas di industri pakaian jadi nih, Be-emers. Ekspor pakaian jadi PBRX mengalami stagnasi selama sembilan bulan pertama di tahun 2020.

Hal itu disebabkan oleh banyaknya toko ritel yang tutup selama pandemi. Padahal, di satu sisi, sektor pakaian jadi merupakan salah satu dari sepuluh sektor non-migas terbesar di Indonesia lho!

Namun, sektor tersebut justru menjadi yang terpukul paling parah tahun lalu karena pandemi telah membatasi permintaan pakaian jadi. Bahkan, menurut biro statistik negara, pengiriman luar negeri turun 18,7 persen setiap tahunnya.

Tekanan di sektor ini pun berdampak lebih luas ke perekonomian negara. Seperti yang diketahui, penurunan operasi perusahaan pakaian selama pandemi telah menambah jumlah orang yang kena pemberhentian kerja (PHK).

Padahal, selama bertahun-tahun, industri pembuatan pakaian telah mampu mempekerjakan banyak orang dan menempati urutan kedua tertinggi di sektor manufaktur, yang notabene juga merupakan penyumbang utama produk domestik bruto Indonesia. Namun di 2020, urutan itu harus terjun ke posisi 13.

Adapun, dilansir dari Bloomberg, kini perusahaan yang sudah eksis sejak 1980 ini berharap bisa melanjutkan penjualan obligasi global pada kuartal kedua 2021 untuk menyelesaikan masalah refinancingnya.

Pihak PBRX juga telah siap memberikan jaminan perusahaan atas nota baru serta menggunakan aset miliknya dan aset unit sebagai jaminan, sesuai prospektus penawaran.
 

Rating PBRX Turun

Kasus ini pun jadi bikin rating PBRX turun nih, Be-emers. Pada Februari 2021, Fitch Ratings diketahui telah menurunkan peringkat default penerbit jangka panjang Pan Brothers, dari CC ke C.

Hal itu sekaligus menurunkan peringkat nasional jangka panjang perusahaan ke tingkat yang sama, yang menunjukkan bahwa proses gagal bayar atau penerbit macet.

Dari catatan Fitch, negosiasi panjang perusahaan dengan pemberi pinjaman dan periode macet yang singkat mencerminkan posisi likuiditas yang lemah serta akses terbatas ke sumber pendanaan alternatif.

Enggak cuma Fitch, Moody's Investors Service juga memotong peringkat Pan Brothers bulan lalu, dari Caa1 menjadi Ca. Menurut analis Stephanie Cheong, prospek PBRX mencerminkan ketidakpastian tambahan soal tingkat pemulihan untuk obligasi global jika terjadi gagal bayar.

Adapun, kini fokusnya adalah bagaimana Pan Brothers bisa mencapai kesepakatan pasti dengan pemberi pinjaman. Para investor juga dinilai perlu mengawasi apakah perusahaan akan dapat mengumpulkan dana yang ditargetkan dengan penawaran obligasi yang direncanakan, yang mana dikatakan kupon tahunan maksimal bakal menjadi 12 persen.

Baca Juga: Bisnis Fashion Ternyata Masih Bisa Eksis di Tengah Masa Pandemi