Perjalanan Investasi Saham Dari Boncos -33% Hingga Cuan +10% Lebih

Boncos dan Cuan (Sumber gambar: Canva.com)

Like

Oke, teman-teman. Kali ini gue mau cerita pengalaman investasi gue saat 2019 hingga sampe pertengahan 2020 ini. Gue waktu itu invest di sebuah saham consumer goods, yang setelah gue analisa (menggunakan kaedah Value Investing), ternyata bagus.

Oke, akhirnya gue mantapkan diri untuk investasi di sana. Saya investasi dengan sebagian dari gaji gue pada bulan Agustus 2019. Saya sudah membayangkan bahwa investasi di saham ini bakal bertumbuh dengan manis seiring berjalannya waktu.

Dan....seperti yang biasa terjadi di pasar saham, harapan tidak seindah kenyataan. Tiba - tiba di bulan Januari berita Corona mulai mencuat dan pada bulan Febuari udah membuat pasar saham panik.

Bayangin aja, setelah bulan Febuari itu, IHSG langsung turun dratis hingga membuat BEI harus membuat kebijakan darurat supaya penurunan saham tidak terlalu dalam. Dari IHSG 6300 menjadi hanya 3900 dalam waktu 2 bulan, tepatnya bulan April.


Terus saham gue gimana ?

Tentunya turun dong... dan gak tanggung - tanggung boncosnya hingga -33%. Anggapannya loe punya harta, kemudian secara cepat berkurang 1/3-nya, pastinya bakal panik.

Waktu itu sempat syok lihat IHSG dan porto saham gue. Banyak media yang menyatakan IHSG bener - bener turun atau kita menghadapi krisis. Sampai-sampai banyak perusahaan yang berencana melakukan buyback. Namun setelah selesai shock therapy-nya, gue sadar ini PELUANG BESAR.

 

Pasar saham bener-bener lagi pusing 7 keliling dibilang PELUANG BESAR ???

Bener banget...Ini PELUANG BESAR. Nah, gue ceritakan kenapa bisa jadi peluang besar. Jadi ketika gue membeli saham waktu itu, gue membelinya dengan harga di bawah Nilai Perusahaan (sesuai kaedah Value Investing).

Nah ketika sahamnya turun -33?rarti dapat diskon lagi bukan? enggak tanggung-tanggung, diskonnya 50% !! Gue bayangin pas waktu itu ikut flash sale di mall dan diskonannya segede ini.

Itu mall udah bukan mall, itu udah jadi lautan manusia. Bayangin aja, sekarang saham yang gue investasikan dapat diskonan 50%, namun anehnya, bukannya diserbu malah banyak yang menghindari. 

Akhirnya singkat cerita, gue tetap investasi di sana dengan gaji bulanan gue. Dengan metode Dollar Cost Averaging (istilah umumnya nabung saham bulanan), gue membeli semampu yang gue bisa.

Nah tiba-tiba enggak ada angin, enggak ada hujan, IHSG tiba-tiba naik. Dari 3900 dalam waktu beberapa minggu, menjadi 4900. Dan tentu saja saham yang saya investasikan juga menaik. Bahkan, sampai diharga awal gue investasi 2019 lalu.

Yay, akhirnya gue bisa BEP dan dalam hati gue udah seneng. Nah, kemudian saham ini melonjak lagi karena laporan keuangannya meningkat di tengah kondisi Corona. Sampai pada tanggal artikel ini ditulis, gue udah mengubah -33% menjadi keuntungan 10% lebih dengan sebuah strategi simpel yaitu SABAR  

Di sini bukan berarti gue sabar dengan tutup mata. Tidak teman-teman. Di sini gue sadar bagaimana kinerja saham yang saya beli, kemudian membelinya ketika harganya murah. Nah dengan adanya Corona, membuat harga sahamnya lebih terdiskon lagi namun tidak mengganggu kinerja perusahaan. Ditambah dengan karakteristik saham consumer goods, saya tinggal bersabar saja. Dan ternyata, kesabaran tersebut berbuah hasil yang manis.

Nah kalo misalnya nih, ternyata kondisi IHSG bakal anjlok lagi, apakah yang mesti gue lakukan? Simple, analisa dengan menyeluruh dan sabar.

Jika ternyata kinerja baik dan prospeknya masih bagus, saya tetap akan menunggu dengan sabar. Kalau dikasih diskon lagi, ya gue enggak nolak dan bakal menerima dengan seneng. Namun, jika ternyata keadaan ekonomi membaik dan IHSG melaju kembali, saya tinggal menunggu saham ini berbuah manis saja. Inilah keuntungan dari strategi Value Investing yang gue gunakan. 

Nah, itu dulu teman-teman cerita yang bisa gue sampaikan di artikel kali ini. Semoga artikel ini membawa manfaat bagi teman-teman yang sedang berinvestasi di pasar saham :)