WHO Punya Rekomendasi Obat Baru untuk Tangani Covid-19 Lho!

WHO Punya Rekomendasi Obat untuk Covid-19 Illustration Web Bisnis Muda - Canva

Like

Penanganan terhadap Covid-19 semakin mendesak nih, Be-emers. Seiring hal itu, World Health Organization (WHO) punya rekomendasi perawatan pasien Covid-19 beserta rekomendasi obatnya nih.

Dikutip dari keterangan di laman resminya, WHO menyatakan telah memperbarui pedoman perawatan pasiennya untuk memasukkan penghambat reseptor interleukin-6, yang mana merupakan sebuah obat penyelamat nyawa pasien yang sakit parah atau kritis akibat terpapar Covid-19.

Obat tersebut pun direkomendasi untuk pasien dengan gejala berat, terutama jika diberikan bersama corticosteroids.

Baca Juga: Biaya dan Kebutuhan Apa Saja untuk Menangani Covid-19?

Sementara itu, obat tersebut menjadi temuan dari meta-analisis prospektif dan jaringan hidup yang diprakarsai oleh WHO. Data dari 10.000 pasien lebih yang terdaftar dalam 27 uji klinis pun kini tengah dipertimbangkan.


Menariknya, obat tersebut dinyatakan WHO sebagai obat pertama yang ditemukan efektif melawan Covid-19. Sebelumnya, WHO juga pernah merekomendasikan corticosteroids pada September 2020.

 

Obat Covid-19 Illustration Web Bisnis Muda - Canva

 

Efektivitas Obat

Seperti yang kita ketahui, pasien Covid-19 dengan gejala berat atau kritis sering menderita reaksi berlebihan dari sistem kekebalan tubuh. Hal itu tentunya sangat berbahaya bagi pasien.

Nah, si obat penghambat interleukin-6 – tocilizumab dan sarilumab ini bertindak untuk menekan reaksi berlebihan pada tubuh pasien Covid-19 gejala berat.

Berdasarkan meta-analisis jaringan prospektif dan hidup, pada pasien yang sakit parah atau kritis, pemberian obat ini mengurangi kemungkinan kematian sebesar 13 persen, dibandingkan dengan perawatan standar lho!

Dengan kata lain, hal itu bisa mengurangi lonjakan kasus kematian karena Covid-19. WHO mengatakan, bisa jadi nanti ada 15 kasus kematian lebih sedikit per seribu pasien dan sebanyak 28 kasus kematian lebih sedikit untuk setiap seribu pasien sakit kritis.

Selain itu, kemungkinan ventilasi mekanis di antara pasien parah dan kritis berkurang 28 persen, dibanding dengan perawatan standar. Artinya, akan ada 23 pasien lebih sedikit dari seribu yang membutuhkan ventilasi mekanis.

Dengan dukungan kemitraan penting ini, WHO telah mampu mengeluarkan rekomendasi yang cepat dan dapat dipercaya untuk penggunaan penghambat reseptor interleukin-6 pada pasien COVID-19 yang berat dan kritis.

Sayangnya, Direktur Jenderal WHO Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, penghambat reseptor IL-6 tetap enggak bisa diakses dan belum terjangkau oleh sebagian besar orang di dunia nih, Be-emers.

Baca Juga: Ini Tindakan Erick Thohir Terkait Harga Obat Covid-19 yang Melejit

Menurut WHO, adanya kasus distribusi vaksin yang enggak merata, menandakan orang-orang di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah paling rentan terhadap bentuk Covid-19 dengan varian terparah. Makanya, kebutuhan terbesar obat-obatan ini adalah di negara-negara yang saat ini memiliki akses paling sedikit.

Meski begitu, guna meningkatkan akses dan keterjangkauan produk obat tersebut, WHO meminta produsen untuk menurunkan harga dan menyediakan pasokan ke negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah. Terutama sih, di negara dengan kasus Covid-19 yang sedang melonjak.

Adapun, WHO juga mendorong perusahaan untuk menyetujui perjanjian lisensi sukarela non-eksklusif yang transparan menggunakan platform C-TAP dan Medicines Patent Pool, dan untuk mengabaikan hak eksklusivitas.

WHO pun telah meluncurkan pernyataan minat untuk prakualifikasi produsen penghambat reseptor interleukin-6. Tujuannya, untuk memperluas ketersediaan produk yang terjamin kualitasnya dan meningkatkan akses melalui persaingan pasar dan menurunkan harga untuk memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat yang mendesak.

Kira-kira, obat rekomendasi WHO itu bakal dikembangkan di Indonesia enggak ya?