Dengan Baca 5 Buku Ini, Bisa "Cuan" Puluhan Persen dari Investasi saham?

Membaca buku (Sumber Gambar: https://metro.co.uk/2020/03/06/anxiety-stopped-reading-book-decade-12358109/)

Like

Dalam berinvestasi saham, modal yang “wajib” dimiliki oleh investor tak hanya berupa uang, tetapi juga pengetahuan. Kedua modal tadi sebetulnya sama-sama penting, dan saling melengkapi satu sama lain.

Meski begitu, jika ditanya modal mana yang perlu diprioritaskan, maka dengan mantap saya akan menjawab: pengetahuan. Sebab, percuma saja punya modal yang besar, tetapi kalau tidak disertai wawasan yang baik tentang investasi saham, maka bisa-bisa uang yang diinvestasikan bisa berkurang atau bahkan minus. 

Hal ini cukup beralasan, mengingat berinvestasi saham mempunyai tingkat risiko yang tinggi. Maklum, pasar saham adalah dunia yang begitu “keras”. Jika kita meminjam kata-kata dari Lo Kheng Hong, maka pasar saham bisa diibaratkan sebagai “hutan rimba” yang dipenuhi dengan hewan liar dan buas, sehingga siapapun yang masuk ke dalamnya tanpa dibekali pengetahuan yang cukup, bisa terancam bahaya. 

“Pasar saham tidak akan memberi ampun bagi siapapun yang tidak tahu apa yang dilakukannya,” tandas investor yang dijuluki Warren Buffett-nya Indonesia ini.


Satu contoh yang memperlihatkan hal ini adalah pengalaman seorang teman saya ketika ia berinvestasi di saham E***. E*** adalah perusahaan teknologi yang belum lama melakukan IPO. Seperti halnya saham-saham yang baru IPO, harga E*** pun “ngegas” dalam waktu cepat. Saya ingat, pada waktu itu, harganya sempat di atas angka 3000-an. 

Nah, karena trennya terus menanjak, maka teman saya tergiur membeli sahamnya. Sepertinya ia ingin mengeruk untung besar dalam waktu singkat dari momentum kenaikan saham tersebut. Alhasil, tanpa melakukan analisis secara mendalam, ia langsung memborong saham E***, seraya berharap harganya bisa terus naik.

Saat ia menceritakan saham E*** yang dibelinya, saya sempat mewanti-wanti bahwa berinvestasi di saham IPO begitu berisiko. Namun, kata-kata saya diabaikan. Ia terus menambah porsi sahamnya ketika harganya melesat makin tinggi.


Sayangnya “cerita manis” yang dialami teman saya berubah menjadi “mimpi buruk” ketika saham E*** mendadak terjun bebas sebesar 25?berapa minggu kemudian. Karena penurunan tadi berlangsung begitu cepat, maka ia tidak sempat menjual sahamnya. Alhasil, capital gain yang dulu didapatnya “hangus” seketika!

Meski begitu, teman saya cukup mujur. Sebab, saat harganya sedikit rebound, ia bisa menjual semua sahamnya. Investasinya di saham E*** memang tidak sampai rugi, tetapi juga tidak begitu untung. 

Walaupun pada waktu itu, ia tampak menyesal melepas E*** dengan marjin yang “tipis-tipis”, padahal sebelumnya keuntungannya sudah puluhan persen, namun, sekarang ia mungkin bisa tersenyum lebar, sebab sejak saat itu, harga saham E*** terus-menerus “ambyar”, hingga terkapar di level 88 Rupiah/lembar atau minus 95% lebih dari puncaknya!


Alhasil, keputusannya dalam menjual cepat sahamnya ternyata tepat, sehingga ia pun bisa lolos dari “tragedi” dalam berinvestasi di pasar saham.

Agar terhindar dari “tragedi” tersebut, kita tentu mesti belajar menilai kualitas sebuah saham dengan baik. Sebab, di antara sekian banyak saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, tidak semuanya layak dibeli. 

Ada saham-saham tertentu yang memang “berbahaya” jika dimiliki. Meskipun tren harganya tampak naik, namun kenaikan tadi bisa saja bersifat “semu”. Mungkin ada “bandar” yang mencoba memanipulasi harganya untuk memancing minat investor lain untuk membelinya. Jadi, kalau sudah masuk “perangkap” tadi, maka kerugian yang dialami bisa begitu besar. 

Untuk itulah memperkaya wawasan tentang investasi saham “wajib” dilakukan. Caranya bisa bermacam-macam. Salah satunya adalah dengan membaca buku tentang investasi saham. Buku tadi bisa menjadi “bekal” dalam mengarungi dunia pasar saham yang penuh dengan pergolakan.

Di antara sekian banyak buku tadi, saya merekomendasikan 5 buah buku untuk menambah pengetahuan seputar investasi saham.


1. Who Wants To Be A Smilling Investor

Buku ini “diracik” oleh Lukas Setia Atmaja dan Thomdean. Latar belakang pembuatannya terbilang unik. Buku ini berangkat dari sebuah ironi. Lukas yang sehari-hari mengajar di Prasetya Mulya merasa miris melihat mahasiswanya sukar memahami istilah-istilah investasi yang jelimet. Akhirnya, ia terpikir membikin sebuah komik investasi.
 
Dengan dibantu komikus Harian Kompas Thomdean, Lukas kemudian merumuskan konsep investasi yang rumit tersebut ke dalam bahasa yang lebih sederhana. Konsep tadi selanjutnya “diterjemahkan” Thomdean dalam bentuk kartun.
 

Ilustrasi dalam buku who wants to be a smilling investor (Sumber Gambar: https://tempo.co)


Biarpun terkesan sederhana, namun bukan berarti isi buku ini “dangkal”. Lewat kartun-kartun yang dibuat oleh Thomdean, kita akan dikenalkan pada konsep investasi saham yang benar.  

Selain “meluruskan” pandangan tentang bursa saham, buku ini juga mengenalkan seluk-beluk dunia saham, seperti keuntungan berinvestasi, analisis yang dipakai untuk menimbang suatu saham, dan sejumlah strategi dalam menyeleksi saham. Singkatnya, buku ini tak hanya enak dibaca, tetapi juga membuka wawasan, terutama bagi investor saham pemula.


2. Sukses Berinvestasi Ala Buffett: 24 Strategi Investasi Sederhana dari Investor Nilai Terbaik Dunia

Buku yang ditulis oleh James Pardoe ini merupakan intisari gaya investasi yang dilakukan Warren Buffett, seorang investor legendaris dari Amerika Serikat. Isinya begitu sederhana, sehingga siapapun yang belum mengenal dunia saham bisa memahaminya dengan baik. 

Hal itu tentu bisa dimaklumi, sebab cara Buffett dalam berinvestasi saham tidaklah jlimet. Ia hanya mau berinvestasi pada perusahaan yang punya fundamental yang baik dan dikelola oleh manajemen yang berkualitas baik, serta sahamnya sedang dihargai sangat murah.
 

sampul buku sukses berinvestasi ala buffett (Sumber Gambar: https://jimbearclub.com)


Dari buku ini, kita jadi tahu bahwa Buffett begitu berhati-hati dan bersabar dalam berinvestasi. Ketika pasar saham sedang mengalami euforia, sehingga harga saham naik tajam dalam waktu cepat, maka Buffett tetap bersikap kalem. Ia tidak ingin mengikuti “kegilaan pasar”, karena baginya, hal itu terlalu berisiko.

Sebaliknya, saat pasar saham sedang “terbakar” kepanikan, sehingga harga saham banyak yang berguguran, maka barulah Buffett “berpesta”. Ia akan membeli sebanyak mungkin saham yang sudah diincarnya sejak lama ketika harganya begitu murah.

Gaya investasi semacam ini memang “berseberangan” dengan pemikiran banyak orang, tetapi dengan menerapkannya, Buffett sukses menjadi salah satu orang terkaya di dunia. Gaya investasinya ini kemudian dituangkan ke dalam sebaris kalimat yang sudah banyak dikutip dan dijadikan pedoman dalam berinvestasi.
Tamaklah ketika yang lain takut; takutlah saat yang lain tamak.


3. Secrets of Millionaire Investors

Buku lain yang juga layak disimak ialah Secrets of Millionaire Investors, yang ditulis oleh Adam Khoo dan Conrad Alvin Lim. Dari buku ini, saya belajar tentang kekuatan tren.

Pelajaran lain yang bisa dipetik dari buku ini adalah analisis yang digunakan saat memilih saham. Di dunia investasi saham dikenal dua macam analisis, yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal. 

Analisis fundamental mencermati kondisi perusahaan, sementara analisis teknikal hanya memperhatikan naik-turunnya harga saham. Di buku ini dijelaskan secara lebih detail kedua macam analisis tadi.
 

sampul buku secret of millionaire investors (Sumber Gambar: https://karousell.com)


Selain itu, buku ini juga mengenalkan instrumen investasi alternatif, yang Exchange Trade Fund (ETF) dan Saham Opsi. Meskipun cukup rumit dipahami, namun bukan mustahil bahwa keduanya bisa menghasilkan untung dari investasi saham.

Karena bahasanya agak teknis, maka buku ini lebih ditujukan kepada investor yang sudah memahami dasar-dasar investasi saham.


4. How to Make Money in Stocks

Kalau dalam buku sebelumnya analisis fundamental dan teknikal dipaparkan secara terpisah, maka dalam buku yang ditulis oleh William J. Oneil ini, kedua analisis tadi justru digabungkan. 

Hanya bedanya, Oneil mengemasnya dengan rumus CANSLIM, yang merupakan singkatan dari Current Quarterly Earning Per Share; Annual Earnings Increases; New Products, New Management, New High; Supply and Demand; Leader or Laggard; Institutional Sponsorship; dan Market Direction.
 

sampul buku how to make money in stocks (Sumber Gambar: https://www.tradingreviewers.com)


Rumus CANSLIM yang ditawarkan oleh Oneil boleh disebut sebagai sebuah sistem yang tokcer. Konon Oneil telah menyeleksi 500 “saham jawara” untuk bisa menemukan rumus CANSLIM tadi. 

Ia mencermati semua saham tadi mulai dari aspek fundamentalnya hingga aspek teknikalnya. Lewat riset yang panjang, ia akhirnya berhasil merumuskan sistem investasi yang teruji waktu tersebut.

Sebagai sebuah sistem, CANSLIM bisa menjadi pemandu yang baik dalam menyeleksi saham. Saya pribadi menggunakan sistem ini untuk menentukan saham yang layak untuk investasi. 

Sejauh ini, sistem ini berhasil untuk saya. Saham-saham yang saya beli berdasarkan CANSLIM telah menghasilkan keuntungan di atas 5-10%. Sebuah tingkat keuntungan yang terbilang besar terutama kalau kita berinvestasi di instrumen yang notabenenya penuh risiko seperti saham.


5. On Up on Wall Street

Peter Lynch adalah “fund manager legendaris” dari Fidelity Investment. Sebutan tadi tidaklah berlebihan kalau kita mencermati prestasi yang bisa diukir Lynch dalam mengelola portofolio saham. Maklum, selama 13 tahun kariernya, Lynch sukses memberikan imbal hasil 29% per tahun untuk para investornya.

Setelah lama berkiprah di investasi saham, Lynch kemudian “menelurkan” beberapa buku. Salah satunya adalah On Up on Wall Street. Dalam buku ini, Lynch membagikan “resep sukses” dalam memilih dan mengelola portofolio saham. Buku ini kemudian laris manis, dan hingga sekarang menjadi salah satu “kanon” dalam berinvestasi di pasar modal.
 

sampul buku on up on wall street (Sumber Gambar: http://streetfins.com)


Walaupun terkesan teknis, namun Lynch mampu memberikan penyajian yang apik dalam bukunya. Ia banyak bercerita tentang pengalamannya dalam membeli dan menjual saham. Ia adalah orang yang bijak, sebab ia tak hanya menceritakan keuntungan, tetapi juga kerugian yang pernah dialaminya. 

Buku ini dirilis pada tahun 1989, tapi sampai sekarang masih banyak dibaca. Versi Bahasa Indonesianya memang hanya sebatas terjemahan bebas, tetapi jika ingin membacanya secara lengkap, maka kita bisa membelinya di playstore atau di ecommerce. Jangan khawatir tidak paham isinya, sebab Lynch menulis buku ini dengan Bahasa Inggris yang mudah dipahami.

***

Selain kelima buku di atas, mungkin masih banyak literatur lain yang bagus untuk belajar mengenal, memahami, dan mempraktikkan investasi saham. Membaca banyak literatur saham menjadi langkah awal yang baik sebelum mulai berinvestasi. 

Semakin banyak literatur yang dibaca, maka semakin dalam wawasan yang dimiliki. Alhasil, dengan pengetahuan yang cukup, kita dapat menyeleksi saham-saham yang layak dibeli dan menyusun strategi dalam menghadapi situasi pasar saham yang begitu dinamis.

Salam.