Mengenal Canva, Startup Unicorn Pertama Asal Australia

Canva Illustration Web Bisnis Muda - Image: Flickr

Like

Sejak dahulu hingga berkembangnya teknologi seperti saat ini, pasti di setiap kesehariannya tidak lepas dari segala hal yang berbentuk audio dan visual. Bahkan rasanya mungkin seringkali segala hal yang hanya bersifat audio saja masih dianggap kurang, dan aspek visual bisa sedikit diunggulkan jika dibanding audio. Informasi yang disampaikan dalam bentuk visual lebih mudah untuk ditafsirkan dan diterima.

Saat ini, di tengah industri serta ekonomi yang bersifat kreatif, kebutuhan visual atau bahkan audiovisual menjadi komoditi penting untuk segala aspeknya. Namun rasanya tidak semua orang memiliki keterampilan serta kemampuan yang berlebih pada pembuatan visual atau mungkin lebih dikenal dengan istilah desain atau desain grafis.

Oleh karenanya, tak sedikit orang yang kurang memiliki keterampilan serta kemampuan dalam desain akhirnya menggunakan tools atau aplikasi bantu yang dapat menyokong segala urusan perihal desain. Salah satunya ialah aplikasi Canva.

Mungkin sudah banyak yang mengetahui aplikasi Canva merupakan salah satu tools atau aplikasi yang memudahkan aktivitas desain karena didalamnya sudah terancang secara otomatis dan berbentuk template yang memudahkan desain.

Namun, siapa sangka aplikasi Canva ini bisa menorehkan kesuksesan yang luar biasa hingga menobatkan start up asal Australia ini sebagai yang pertama mendapatkan predikat unicorn dan menobatkan founder aplikasi ini menjadi salah satu orang terkaya di Australia.
 

Perjalanan Bisnis Canva

Menghimpun dari Merdeka, Canva sendiri ialah perusahaan start up asal Australia yang didirikan pada 1 Januari 2012 oleh Melanie Perkins dan Cliff Obrecht. Canva hadir dalam bentuk aplikasi yang menyediakan template seputar desain secara online. Melanie Perkins awalnya menginisiasi pembuatan Canva setelah melihat kondisi dari mahasiswa yang kesulitan dalam melakukan desain tetapi dorongan serta kebutuhan desain saat itu sudah mulai tinggi.


Melihat permasalahan itu, Perkins melahirkan salah satu perangkat lunak bernama Fusion Books yang mana aplikasi tersebut berisikan template dan alat desain untuk memudahkan dalam membuat buku tahunan. Mendapat atensi dan respon positif, Perkins langsung berniat membuat perangkat serupa dengan skala yang lebih besar dan umum. Maka terbentuklah Canva pada tahun 2012 dibantu pasangannya Cliff Obrecht.

Pada tahun pertama peluncurannya, perusahaan yang memulai modal sebesar US$3 juta atau sekitar Rp42 miliar dari investor yang berasal dari founder Google Maps yaitu Tai dan Lars Rasmussen ini memiliki pengguna sebanyak 750.000 orang. Lima tahun pertama, Canva langsung menghasilkan laba yang cukup menjanjikan, bahkan banyak investor yang mulai berdatangan seperti Australia Blackbird Ventures serta Sequoia Capital asal China yang memberi suntikan dana sebesar US$87 juta atau sekitar Rp1,2 triliun.

Hingga hari ini total valuasi dari Canva telah mencapai US$40 miliar atau sekitar Rp572 triliun hingga menjadikannya start up terbesar kelima di dunia.

Berkat kesuksesannya, Canva mampu mengantarkan sang founder Melanie Perkins dan Cliff Obrecht mencatatkan total kekayaan masing - masing sebesar US$5,9 miliar atau Rp84,2 triliun yang dihimpun oleh Bloomberg Billionaires Index. Oleh karena itu, Melanie Perkins juga dinobatkan sebagai wanita kedua terkaya kedua di Australia setelah Gina Rinehart dengan total kekayaan US$17,9 miliar atau sekitar Rp243 triliun.

Siapa di sini pengguna setia Canva nih, Be-emers?