Potensi Pertumbuhan Ekspor Tanah Air Terhambat Akibat Mahalnya Biaya

Potensi Pertumbuhan Ekspor Tanah Air Terhambat Akibat Mahalnya Biaya Illustration Web Bisnis Muda - Canva

Like

Arsjad Rasjid selaku Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menyampaikan secara khusus terkait tingginya biaya ekspor yang disebabkan oleh langkanya kontainer yang dialami para eksportir dalam negeri.

Hal tersebut disampaikan oleh Arsjad ketika memperkenalkan Dewan Pengurus Kadin Indonesia untuk periode masa bakti 2021 - 2026.

Seiring peningkatan ekspor sejumlah produk dalam negeri, kelangkaan kontainer membuat catatan surplus neraca dagang Indonesia menjadi tidak optimal. Arsjad menambahkan, di tengah perang dagang China dan Amerika Serikat, kinerja ekspor untuk produk mebel dan tekstil mengalami peningkatan.

Namun, menurut Arsjad, biaya ekspor logistik masih tergolong mahal. Hal tersebut memang masuk ke permasalahan dunia, tetapi juga tidak boleh luput dari perhatian Indonesia.

Untuk dapat membantu dan mendukung pertumbuhan kinerja ekspor Indonesia yang optimal, Arsjad meminta dewan pengurus Kadin yang baru untuk bekerja sama dalam mengurangi biaya logistik dari kegiatan ekspor produk-produk dalam negeri.


Walaupun para pengusaha saling berkompetisi, kerja sama dalam menurunkan biaya ekspor bisa menguntungkan ekonomi Indonesia, dan juga bisa bersaing dengan negara lain, karena setiap negara menginginkan biaya logistik yang rendah.

Muhammad Lutfi, selaku Menteri Perdagangan (Mendag), menyampaikan bahwa adanya kelangkaan kontainer yang mencapai 5 ribu unit tiap bulannya membuat Indonesia mengalami kesulitan untuk merebut pasar ekspor yang ditinggalkan oleh China.

Selain itu, dampak yang dirasakan akibat kelangkaan kontainer adalah ketidakmampuan memanfaatkan pesanan yang sangat besar untuk mengisi kekosongan yang sebelumnya biasa diisi oleh China.

Salah satu contohnya adalah pada industri furnitur atau mebel di Jawa Timur yang mengalami kesulitan mengekspor hingga 800 kontainer ke Amerika Serikat beberapa waktu yang lalu.

Padahal, menurut data perhitungan yang dimiliki oleh Kementerian Perdagangan dan juga Kadin Indonesia, seharusnya industri yang bergerak dalam bidang olahan kayu membutuhkan 1000 kontainer per minggunya.

Tak hanya industri mebel, permasalahan tersebut juga dirasakan oleh sejumlah industri lainnya dengan realisasi ekspor yang relatif tinggi bagi neraca dagang dalam negeri. Industri tersebut terdiri dari garmen, makanan dan minuman, elektronik, pakaian, hingga alas kaki.

Hal tersebut digalakkan untuk bisa mengambil peluang dalam memenuhi permintaan pasar internasional yang terabaikan oleh China.

Ocean freight atau biaya pengapalan produk ekspor dalam negeri ke pasar Amerika Serikat juga meningkat lebih mahal 5 kali lipat dari biaya pada waktu normal akibat dari kelangkaan kontainer.

Untuk memenuhi kebutuhan kontainer di Tanah Air, Kementerian Perdagangan beberapa waktu lalu menjalin kerja sama dengan Kadin, Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia, serta para MLO (main line operator).

Menurut data dari Kemendag, MLO sepakat dan menyanggupi pemenuhan kebutuhan 800 hingga 1.000 kontainer setiap bulan untuk industri mebel Indonesia, yang nantinya akan dikirimkan ke New York, Los Angeles, Savannah, Baltimore, hingga Florida.

Selain industri mebel, Kemendag juga akan memfasilitasi hingga 3.800 unit kontainer setiap bulan untuk industri makanan dan minuman dalam negeri. Tujuan ekspor makanan dan minuman terbesar yaitu ASEAN, China, Korea Selatan, Jepang, Hong Kong, Pakistan, India, Eropa, Rusia, negara-negara Afrika, Amerika Utara, dan Timur Tengah.