Pemerintah Dorong Hilirisasi Sawit, Apa Tujuannya?

Pemerintah Dorong Hilirisasi Sawit, Apa Tujuannya? Illustration Web Bisnis Muda - Image: Canva

Like

Upaya hilirisasi atau yang lebih dikenal dengan pengembangan produk turunan hasil kelapa sawit terus didorong oleh Airlangga Hartarto selaku Menteri Koordinator Bidang Perekonomian.

Dengan mendorong hilirisasi, Indonesia yang merupakan eksportir sawit terbesar di seantero dunia, dapat menjadi penentu harga CPO global. Lapangan kerja juga terus meningkat dengan adanya pertumbuhan industri kelapa sawit.

Faktanya, kelapa sawit adalah salah satu komoditas sektor pertanian dalam negeri yang memiliki daya tahan tinggi. Kelapa sawit juga menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia pada Q3 tahun 2021 lho, Be-emers.

Airlangga menyampaikan bahwa pemerintah telah menyiapkan roadmap untuk penerapan hilirisasi kelapa sawit, seperti peningkatan produktivitas, penyokong kegiatan hilir seperti oleokimia, biofuel, oleofood, penciptaan ekosistem, capacity building, tata kelola, hingga pengembangan teknologi untuk pengembangan usaha kelapa sawit.

Seperti yang disebutkan sebelumnya, Airlangga menekankan bahwa hal tersebut dilakukan agar Indonesia dapat menjadi price center atau penentu harga CPO global.


Nah, tau nggak sih Be-emers, bahwa Indonesia mampu menjadi negara produsen kelapa sawit terbesar dengan luas lahan perkebunan sebanyak 10 persen dari total global land bank for vegetable oil, lho! Selain itu, Indonesia juga menguasai 55 persen pangsa pasar minyak nabati ataupun minyak sawit dunia.

Berdasarkan data yang disampaikan Kemenko Perekonomian, total kontribusi ekspor industri kelapa sawit di tahun 2020 mencapai 15,6 persen dari total ekspor, yang menjadikan industri kelapa sawit menjadi salah satu penyumbang devisa negara terbesar dan konsisten meningkat.

Pada tahun 2019, Kemenko Perekonomian mengkoordinasikan sebanyak 16,38 juta hektar perkebunan kelapa sawit, Be-emers! Luasan tersebut terbagi menjadi 41 persen perkebunan sawit rakyat, 6 persen perkebunan besar negara, dan 53 persen perkebunan besar swasta nasional.

Menurut Airlangga, angka tersebut menunjukkan perkembangan industri perkebunan kelapa sawit yang signifikan turut didorong oleh perkebunan sawit rakyat.

Sebagai upaya peningkatan produktivitas dan penguatan SDM dan juga meningkatkan kesejahteraan petani, Airlangga menegaskan pentingnya program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR).

Adanya program PSR berkontribusi terhadap penyerapan tenaga kerja dan menyebabkan multiplier effect yang positif pada masa pandemi Covid-19. Program tersebut juga mendorong produktivitas masyarakat, menjaga luasan dan optimalisasi lahan.

Kini, pemerintah juga berkomitmen melakukan penanaman kembali atau replanting pada 540 ribu hektar lahan yang tersebar di berbagai wilayah Tanah Air.

Program replanting menggunakan bibit unggul yang berbasis Good Agriculture Practices akan diterapkan pada lahan dengan produktivitas di bawah 4 ton.

Pada awal November tahun ini, harga CPO menempati level atas dengan nilai US$1.435 per ton. NTP atau Nilai Tukar Petani pun turut meningkat dengan harga antara Rp 2.800 hingga Rp 3.000 per kilogram untuk Tandan Buah Segar.

Airlangga menambahkan ada beberapa tantangan yang dialami industri kelapa sawit, di antaranya yaitu kompetisi yang semakin kompleks, hambatan non-tarif seperti ISPO yang belum memenuhi standard RSPO dengan masing-masing negara.