Indonesia Rencanakan Bangun Pembangkit Tenaga Nuklir Tahun 2049

Indonesia Rencanakan Bangun Pembangkit Tenaga Nuklir Tahun 2049 Illustration Web Bisnis Muda - Image: Canva

Like

Be-emers tau nggak sih, PLTN atau pembangkit listrik tenaga nuklir diproyeksikan akan melangsungkan commercial operation date (COD) yang pertama kali pada tahun 2049 di Indonesia, lho!

Pemerintah telah menargetkan total kapasitas PLTN mencapai angka 35 gigawatt (GW).

Chrisnawan Anditya selaku Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyampaikan bahwa pengembangan PLTN akan dimulai setelah tahun 2035.

Ia juga menambahkan bahwa pemerintah pun memproyeksikan PLTN pertama memulai proses COD-nya pada tahun 2049 dan akan mencapai kapasitas 35 gigawatt (GW) pada tahun 2060. Hal tersebut sejalan dalam peta transisi energi menuju negara karbon netral.

Nggak perlu khawatir soal keamanannya, Be-emers. Pasalnya, PLN telah mempertimbangkan dan mengkaji implementasi pembangkit tenaga nuklir di Indonesia pada RUPTL (Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik) PLN 2021-2030.


Potensi penggunaan energi nuklir juga telah dipertimbangkan secara matang oleh PLN lho, terutama saat cadangan energi bahan bakar fosil telah semakin menipis.

Ada beberapa teknologi PLTN yang dikaji oleh PLN, salah satunya adalah molten salt reactor technology yang memiliki bentuk pembangkit terapung atau floating. Jenis pembangkit yang satu ini dinilai memiliki tingkat keselamatan dan keamanan operasional yang lebih tinggi dibandingkan yang lainnya.

Pemilihan jenis pembangkit tersebut juga mempertimbangkan potensi penerimaan masyarakat Indonesia terhadap hadirnya PLTN di Tanah Air.

Hingga saat ini, estimasi sumber daya uranium sebagai salah satu bahan baku utama pembangkit nuklir di Indonesia telah dicatatkan oleh pemerintah sebesar 89.000 ton uranium (tU3O8), serta sumber daya thorium yang mencapai 143.234 ton (tTh).

Papua diyakini memiliki kandungan uranium yang melimpah sebagai bahan baku utama pembangkit listrik tenaga nuklir. Hal tersebut disampaikan oleh BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional).

Yarianto Sugeng Budi Susilo selaku Pelaksana Tugas Kepala Pusat Riset dan Teknologi Bahan Galian Nuklir (PRTBGN) BRIN, menyebutkan bahwa hal tersebut dipengaruhi dengan kondisi geografis daratan Papua di masa lalu.

Namun sayangnya belum ada eksplorasi lebih dalam dan lebih lanjut terkait pembuktian potensi Papua ini, Be-emers.

Mayoritas cadangan uranium saat ini ada di Australia. Oleh karena itu, sejarah yang menyebutkan bahwa dahulu daratan Papua dan Australia menyatu pun mendukung opini bahwa Papua menyimpan banyak kandungan uranium di dalamnya.

Baca Juga: Kejar Target Energi Terbarukan, PLN Dinilai Perlu Kembangnkan PLTN